Prolog
Suara TV terdengar jelas di ruang tengah, disambut mentari pagi yang cahayanya masuk mengintip dari jendela yang kian terbuka. Ruang tengah itu cukup rapi semenjak orang tua wanita itu datang setahun yang lalu. Karpet bulu berwarna merah muda, hiasan dinding yang simpel menambah estetika isi ruang apartemen itu.
Pintu diketuk oleh seseorang beberapa menit setelah wanita itu menyiapkan persiapan jalan-jalannya. Dengan sendal rumah yang tipis, ia berjalan cepat ke arah pintu depan. Tangan melambai ketika pintu dibuka, menyapa sang insan.
"Pagi mbak Rachel! Cepetan kuy."
"Sabar, belum matiin tv," respon pemilik ruang apartemen itu. Ia mengundang temannya itu, "Masuk dulu gak?"
Wanita yang berdiri di depan pintu, langsung menyambar masuk ke dalam dan membuka sepatunya. Lalu, duduk di sofa ruang tengah. Sementara, Rachel sedang membereskan penampilan kasualnya di kamar.
Rachel Tamara, perempuan berusia 19 tahun yang sekarang sedang menuntut ilmu di salah satu universitas di Yogyakarta. Dia bukan kelahiran Yogyakarta atau besar di kota itu, dia dari kota lain. Sekarang hidup mandiri di apartemen, beda dengan teman satu SMA-nya dulu, Audrey yang tinggal di rumah keluarganya.
"Sel, lama banget. Ntar ngantri." Audrey menyilangkan kakinya, menonton berita pagi yang tak ada habisnya. Menguap lalu memainlan ponselnya.
Dengan jalan pelan sambil melihat sekitar, Rachel menuju ke arah Audrey dan memegang remot TV. Mematikan TV yang hidup sedari tadi. Setelah memastikan semuanya sudah lengkap dan terkendali, ia berjalan ke arah pintu depan dan memakai sepatunya.
"Rei, cepetan," sahut Rachel yang sedang memakai sepatunya.
"Yaelah, dari tadikan elu yang lama. Kok jadi aku?" Audrey mencibir dan ikut memasang sepatunya.
Sekarang baru jam setengah tujuh, mereka berdua jalan ke tempat parkir. Pakai mobilnya tantenya Audrey, mereka berangkat ke mall daerah Sleman.
"Bentar," gumam Audrey setelah memasang seatbelt dan melihat ke arah Rachel yang kini terdiam melihatnya. "Pasang make up dulu biar cantek."
Saling tatap-tatapan, hingga akhirnya Rachel menepuk pundak temannya. "Apasih!" raung Audrey.
Intinya, setelah Audrey memakai makeup-nya. Dia baru mengendarai mobilnya ke daerah tujuan. Misi hari ini mencari karpet bulu estetik untuk kamar Audrey, ke gramedia buat cari binder baru dan peralatan belajar lainnya, cari novel baru, lalu cari sarapan pagi.
Sesuai dengan misi pertama, Rachel dan Audrey langsung pergi ke toko perabot rumah tangga. Tokonya besar, ya tentu. Setelah bertemu dengan karpet yang diidamkan Audrey, mereka berdua bergegas ke misi kedua.
Keduanya pergi ke gramedia. Audrey nemenin Rachel di bagian binder. "Sel, ntar buruan ya. Aku barusan nitip karpetnya di kasir," ujar Audrey yang berdiri di belakang Rachel.
"Iye."
Audrey cuma menunggu di sekitar situ. Rachel terfokus memilih binder yang bagus. Di rak yang besar, binder berpuluh-puluhan, mulai dari warna biru biasa hingga warna merah muda menyala.
Wanita itu cuma terdiam, memperhatikan binder-binder itu secara teliti. Kayak milih jodoh. Hingga mata Rachel tertuju ke satu binder yang menarik perhatiannya. Tak berapa jauh juga tak berapa dekat dari keberadaannya. Jadi dia buru-buru ke rak itu. Tepat saat Rachel menyentuh benda yang di carinya, tangan lelaki yang sedari tadi disana juga hampir meraih. Tidak terjadi sentuhan, hanya saja keduanya saling kaget.
"Eh." Rachel melihat ke arah pria itu. Awalnya mau minta maaf, tapi Rachel terdiam bentar karena dia kenal sama orang ini.
"Rachel Tamara ya? Udah lama gak jumpa," ujar lelaki itu. Rachel mulai memutar otak. Ini siapa? Tunggu, Rachel kenal wajahnya, tapi ga kenal namanya. Rachel sudah terdiam bergumam tak jelas.
"Maaf, aku lupa." Rachel cuma bisa menjawab itu. Karena sungguh! Rachel sering kenal muka, gak hapal nama. Dengan menyengir sedikit, lelaki yang Rachel lupa namanya cuma melambaikan tangannya beberapa kali.
"Gapapa. Kita juga terakhir jumpa udah lama. Aku Sam Arthadinata. Biasa dipanggil Sam. Masih gak ingat?"
▪ Bersambung ▪
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top