6
Hari yang telah ditunggu-tunggu telah tiba--setidaknya untuk Putri River, karena sesungguhnya Carmelize melakukannya dengan bimbang. Dia ingin membantu Putri River, dia juga ingin tahu apa yang telah diramalkan kakek peramal ini tentang temannya itu, tetapi dia takut bahwa misi pertamanya akan gagal, lalu Putri River akan kecewa padanya.
Di ruangan luas dengan banyak gambar warna-warni di temboknya, Carmelize untuk pertama kalinya melihat satu keluarga kerajaan berkumpul.
Ada Pangeran Vire yang duduk di samping seorang lelaki yang Carmelize bisa pastikan bahwa itu adalah Pangeran Alax. Dari yang dia lihat sekarang, wajah Pangeran Vire lebih mirip dengan raja, sedangkan wajah Pangeran Alax dan Putri River lebih mirip dengan ratu. Mata mereka bertiga berwarna amber.
Karena sebelumnya Carmelize sudah pernah mendeskripsikan Pangeran Vire dan juga tahu tentang sifatnya yang agak kurang perhatian pada sekitarnya dan sering memperdebatkan hal kecil, Carmelize menyimpulkan bahwa sifatnya dan Putri River agak sedikit sama.
Untuk Pangeran Alax yang baru dilihatnya pertama kali. Matanya amber, rambutnya hitam dan tatapannya tenang. Dia juga lebih berkharisma sebagai keturunan kerajaan--lebih daripada Pangeran Vire atau Putri River yang nyaris adu mulut dan berceloteh hal yang tidak penting di setiap pertemuan singkat mereka.
"Ramai sekali, kan?" bisik Putri River pada Carmelize.
Carmelize mengangguk sambil memperhatikan sekitarnya. Ada banyak orang memakai pakaian yang sama, tengah menunggu di tengah-tengah ruangan.
Putri River mengatakan bahwa mereka adalah peramal-peramal yang akan meramal dia dan kakak-kakaknya.
"Mengapa yang datang melamar banyak sekali?"
Putri River manahan tawanya untuk beberapa alasan. Bukan karena Carmelize yang kebingungan, namun karena Carmelize tidak sadar bahwa dia mengatakan kata yang salah.
"Ngomong-ngomong, tidak apa-apa kau ada di sini? Biasanya kau sudah bangun saat siang datang."
Carmelize menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Hari ini sabtu dan aku sudah menulis di kertas depan pintu agar tidak ada yang membangunkanku."
"Sabtu? Kau membicarakan apa? Aku tidak mengerti."
Carmelize tidak mengindahkan ucapan Putri River, karena jika dia terus bertanya dan acara tiba-tiba saja dimulai, Carmelize tidak akan pernah tahu jawaban dari hal yang dipikirkannya sedaritadi.
"Mendengarkan semua lamaran satu-satu dari orang-orang ini ... pasti akan lama."
Putri River tersenyum ke arahnya, sambil tersenyum, "Cukup dengarkan tiga ramalan tentangku."
"Hanya tiga?" tanya Carmelize, memastikan lagi.
"Iya. Aku akan mematahkan sihir Ibuku saat jam pasir berakhir," ujar Putri River sambil menatap ke arah langit-langit tinggi.
Ada sebuah jam pasir berukuran raksasa yang melayang di sana. Pasir di ruang kaca atas sudah jatuh berbutir-butir ke ruang bawah. Jika pasir telah habis, maka jam pasir itu akan berputar dan membuat ruang kaca yang dipenuhi pasir itu menjadi di atasnya, lalu kembali menghujani ruang kosong di bawahnya.
Selama itulah, mereka diberikan kesempatan untuk memprediksi masa depan ketiga pewaris takhta. Jika waktu mereka sudah habis, maka para peramal akan masuk ke ruangan untuk berbicara kepada raja dan ratu secara rahasia.
Perbincangan itu akan berlangsung lama--yaitu selama proses satu tabung kaca terisi pasir sampai habis. Putri River tidak tega untuk membiarkan Carmelize masuk ke ruangan itu lama-lama. Jadi, rencananya dia akan mematahkan sihir ratu jika dirasanya waktu sudah cukup dan Carmelize telah mendengarkan.
"Tapi ingat, Carmelize. Aku tidak bisa mematahkan sihir ibuku lama-lama. Mungkin kau hanya punya beberapa saat untuk keluar dari sana," ujar Putri River, memperingatkan. "Waktumu hanya sampai ..."
Carmelize mengikuti pandangan Putri River yang menatap ke arah jam pasir dengan serius.
"Seperempat tabung. Bagaimana?"
Carmelize mengerutkan kening, "Aku tidak mengerti apa maksudmu."
"Seperempat tabung itu--"
"River, banyak yang memperhatikanmu. Duduklah dengan tenang," tegur sang Ratu saat mendapati putri satu-satunya mengayunkan kakinya saat duduk di kursi kebesarannya dan membuat gaun bagian bawahnya berkibar lebih gagah daripada bendera kerajaan mereka yang berada di luar sana.
"Ups." Putri River berhentu mengayunkan kakinya. "Maaf, Yang Mulia Ratu," ucapnya dengan nada pelan, lembut dan tentu saja dibuat-buat.
Posisi duduk Putri River sebenarnya sedikit tidak menguntungkan. Di sisi kanan ada Pangeran Alax yang diam mengobservasi keadaan sekitar dan di sisi kirinya adalah Pangeran Vire yang memainkan jari-jarinya dengan gerakan sihir karena dia kebosanan duduk di tempatnya.
Sementara itu, raja dan ratu dari Kerajaan Bayangan duduk di belakang putra-putrinya di kursi yang lebih tinggi dan mencolok.
Masih menjadi sebuah rahasia bagi Putri River. Bagaimana caranya ratu bisa melihatnya mengayunkan kaki barusan?
Tentu saja Putri River langsung menoleh ke kiri, di mana Pangeran Vire berada. Pangeran Vire yang sudah membentuk jarinya hingga buku sihir halaman 32 langsung terbuyar pikirannya. Dibalasnya adik bungsunya yang menoleh tidak senang padanya.
"Bagaimana ratu tidak melihatmu? Gelagatmu aneh. Kau bicara sendirian," ucap Pangeran Vire, seolah telah membaca pikiran Putri River yang sebenarnya akan menyalahkannya sebentar lagi.
Baiklah, kalimat Pangeran Vire membuatnya agak kaget, karena sebenarnya dia membuat sihir yang sama dengan sihir yang dibuat Pangeran Alax beberapa malam yang lalu, saat hujan lebat menguyuri negeri bayangan.
Pangeran Alax sangat ahli jika membuat sihir pengedap suara di sekitarnya, yang membuat Putri River berinisiatif membawa Carmelize di sana--karena sebenarnya sihir yang dicobanya tidak berhasil sama sekali.
Putri River bahkan yakin bahwa Pangeran Alax sedang membuat sihir kedap suara di sekitar dirinya sendiri, karena Pangeran Alax tidak terlalu menyukai keramaian. Dan Putri River adalah keramaian hidup yang duduk di sebelahnya, maka sebaiknya dia melakukan itu.
"Aku tidak berbicara sendiri," elak Putri River. "Aku berbicara dengan Kak Alax."
Dan Putri River benar. Pangeran Alax sama sekali tidak menoleh ke arahnya, meskipun dia sudah menyebut namanya agak keras untuk mempertegas ucapannya di depan Pangeran Vire.
"Alax tidak mendengarkan omonganmu. Jangan-jangan, dia malah membuat sihir kedap suara selama kau berbicara. Bukankah itu menyedihkan, putri?"
Meskipun Pangeran Vire mengejek hal yang sebenarnya tidak pernah terjadi, Putri River akhirnya terbakar oleh ucapannya.
Pangeran Alax langsung menoleh, begitu menyadari ada hal yang tidak beres di sekitarnya. "Kenapa?"
"Tidak ada," balas Putri River dengan kesal.
Carmelize yang menyaksikan perang saudara itu hanya bisa tersenyum kikuk saat Putri River melirik ke arahnya. Lucu sekali rasanya saat melihat pangeran-pangeran Kerajaan Kabut kebingungan atas hal yang tidam mereka lakukan.
Terutama Pangeran Alax, dia masih mengerutkan kening sambil melanjutkan kegiatannya dalam mengobservasi sekeliling, begitu Putri River mengabaikaannya tanpa sebab.
Jam pasir yang melayang di langit-langit pelan-pelan kehabisan semua pasirnya karena menumpahkannya di tabung bawah. Di saat yang sama, terompet-terompet mulai dimainkan oleh pemainnya, dengan kompak dan lagu yang membuat Carmelize hanga bisa tercegang mendengarkannya.
Musik-musik itu berakhir begitu jam pasir itu sukses berputar 180 derajat dan kini kembali menuangkan pasir begitu tabung yang tadinya di bawah menjadi di atas.
Bersamaan dengan itu, barisan kakek-kakek peramal yang berjajar rapi mulai pelan-pelan bergerak rapi menuju ke tempat duduk tiga pewaris kerajaan.
Carmelize merasa deg-degan, meski bukan dialah yang menjadi pusat perhatian. Dia bahkan tidak dapat terlihat oleh siapapun selain Putri River.
"Aturannya tetap sama seperti kemarin," ucap raja saat mereka berada dalam perjalanan nyaris mencapai putra-putrinya. "Dilarang berbicara dengan pangeran dan putri.
Dan apapun yang kalian lihat, jangan pernah menunjukkannya."
Carmelize tiba-tiba saja setuju dengan perkataan Putri River. Tampaknya semua hal ini penuh dengan rahasia gelap yang tidak diketahuinya sama sekali.
Tbc
6 Juni 2018
a/n
Bagian serunya ... Kalo nggak next chapter, berarti nextnya lagi. Ingat, ini belum puncak konflik.
Cindyana
😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top