14

"Pa, Ma, Carmel berangkat ke sekolah dulu," pamitnya.

Ayah dan Ibunya kebetulan sedang menerima telepon dalam waktu bersamaan, membalas pamitnya dengan anggukan kecil yang mampu dilihat oleh Carmelize. Sambil tersenyum, dia berjalan menuju pintu dan menutupinya.

Ada banyak asisten rumah tangga yang mengikuti Carmelize berjalan sampai keluar pintu untuk mengantarnya sampai di mobil hitam yang memang selalu dinaikkinya untuk sampai di sekolahnya. Ayahnya yang membelikan mobil hitam itu khusus untuk mengantar Carmelize ke sekolah--karena gadis itu memang jarang keluar dari rumahnya untuk sekedar berjalan-jalan

Tidak ada yang berbeda jauh dari keadaan sebelumnya. Kedua orangtuanya masih sibuk dengan pekerjaan mereka, namun mereka sudah berusaha untuk menyempatkan waktu untuk Carmelize, terlebih karena hari ini adalah hari ulangtahunnya.

Sudah kelas 3 SMP seperti ini, tentu saja Carmelize sudah pernah didekati oleh beberapa lawan jenisnya. Namun semuanya berhenti tertarik dengannya begitu mengetahui bahwa Carmelize adalah putri dari donatur terbesar di sekolah ini. Tidak ada yang berani bermacam-macam dengannya atau mencoba mendekatinya, hal ini membuat Carmelize tidak memiliki teman dekat, sama seperti keadaan saat dia SD.

Namun, bagi Carmelize, keberadaan teman di sekolah tidak terlalu penting. Carmelize bisa bertanya pada guru jika ada yang tidak dipahaminya, guru-guru akan dengan senang hati menerangkannya kembali. Jika ada tugas kelompok, dia hanya perlu menyesuaikan dengan orang-orang di sana. Dan Carmelize jarang tidak mengerjakan PR, jadi sepertinya dia memang tidak membutuhkan anak-anak itu.

Kemarin, ada seorang anak perempuan yang tidak sengaja menabrak Carmelize dan membuat barang bawaannya terjatuh. Dia panik setengah mati dan langsung berjongkok untuk memungut semuanya dengan cepat sebelum Carmelize yang melakukannya.

Sebenarnya, Carmelize selalu berpikir bahwa mereka semua terlalu berlebihan dalam menyikapi latar belakang keluarganya. Orangtuanya sebenarnya cukup terbuka dalam pertemanannya.

Ayahnya mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain. Walaupun Carmelize merasa tidak membutuhkan mereka, namun jika mereka membutuhkan Carmelize, mengapa tidak?

Sedangkan ibunya, selalu menegaskan bahwa kepadanya untuk tidak langsung mempercayai orang-orang yang baik terhadap kita, karena mungkin dia memiliki maksud terselubung di belakang. Berteman dengan siapapun tidak masalah, selama dia tidak menyesatkan kita ke jalan yang salah dan tidak memanfaatkan kita seenaknya. Menjaga jarak pertemanan adalah hal yang baik, kata Ibu.

Belakangan ini, Carmelize tahu bahwa ibunya sangat tegas akan hal itu, karena ibunya pernah dikhianati oleh teman dekat yang sangat dipercayainya di masa dulu.

Mungkin Ibunya hanya tidak ingin Carmelize merasakan hal yang sama.

"Nona, hari ini pulang jam berapa?" Pertanyaan dari sopir pribadi keluarganya membuyarkan pemikiran dan lamunan Carmelize.

"Hari ini hanya setengah hari," jawabnya sembari tersenyum.

"Apa kami perlu datang untuk merayakan ulangtahun Nona di kelas? Agar teman sekelas Nona juga bisa ikut merayakan?" tanyanya, merasa tidak enak karena tidak ada kejutan ulangtahun Carmelize tadi pagi.

Padahal sebenarnya, Carmelize yang meminta pada orangtuanya agar jangan merayakannya pagi-pagi bersama balon dan kado-kado di tempat tidurnya karena dia sudah remaja.

"Ah, tidak perlu. Hari ini hari terakhir sekolah. Mereka pasti ingin cepat pulang. Lagipula, aku bukan anak SD lagi yang harus merayakan di dalam kelas," ucapnya sambil tertawa kecil.

Carmelize hanya tidak jujur untuk mengakui bahwa sebenarnya, ada hal yang membuat luka lamanya terbuka kembali setiap hari ulangtahunnya.

*

Makan malam untuk memperingati hari ulangtahun Carmelize telah berakhir. Sekotak kado kecil pemberian ayah dan ibunya dibawanya ke kamarnya, ditaruhnya di dalam lemari kacanya saat melihat jam telah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Hai, River. Sudah empat tahun, ya," gumamnya dengan suara pelan.

Tidak ada Putri River di sana. Ya, Carmelize juga tidak bisa melihat sosok atau ilusi teman lamanya itu. Carmelize berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti, Putri River mungkin akan bermimpi tentang menjelajahi dunianya seperti ia menjelajahi Negeri Bayangan dulu. Mungkin Carmelize tidak bisa melihatnya karena tidak mempunyai sihir.

Kemungkinan yang mustahil, namun Carmelize tetap berusaha untuk percaya. Karena, lebih sulit menerima kenyataan daripada menciptakan kemungkinan.

Lemari kaca itu diisi banyak hal. Ada sepasang sepatu flat shoes putih yang memiliki hiasan bunga. Ukurannya sudah tidak bisa lagi dipakai Carmelize, namun Carmelize tidak ingin membuangnya dengan alasan karena itulah sepatu yang dipakainya setiap dia berpetualangan di Kerajaan Bayangan dulu.

Bukan hanya itu, ada juga selembar kertas yang telah dibingkai. Itu adalah hadiah ulangtahunnya yang telah dijanjikan oleh Ayahnya. Desain kerajaan Bayangan dari luar. Tidak sepenuhnya mirip persis, tetapi Carmelize menghargai usaha Ayahnya yang menggambarnya tanpa pernah melihat visualisasinya secara langsung. Hanya ada deskripsi payah dari mulut Carmelize yang menjadi petunjuknya.

Dari bakat ayahnya yang menurun padanya, Carmelize menggambarkan sosok Putri River, sedang tertawa kecil dengan pakaian putrinya. Jika dia tidak bermimpi tentang Putri River lagi, setidaknya dia masih bisa mengingat wajahnya.

Ada satu hal yang membuat Carmelize menyadari alasan mengapa dia tidak pernah lagi bermimpi tentang kerajaan itu.

"Kau masih belum mengizinkan, kan, River?" tanya Carmelize lagi, meski tidak ada yang menyahut. "Sampai kapan?"

Di usianya yang semakin dewasa, Carmelize akhirnya bisa memahami apa yang terjadi di antara dirinya dan Putri River. Setelah Carmelize terbangun di hari ulangtahunnya yang ke sebelas, sekaligus menjadi kali terakhir dia memimpikan kerajaan Bayangan, dia akhirnya mengetahui bahwa dia juga diikuti oleh sebuah bayangan.

Carmelize ingin menangis saat menyadari bahwa bayangan yang membuat Putri River semakin kuat dan melukai Pangeran Vire adalah dirinya. Lalu, menyadari alasan mengapa Putri River memutuskan untuk menghilangkan bayangan itu, karena Carmelize juga diikuti oleh bayangan yang merupakan Putri River.

Putri River tidak sengaja menyerap energi Carmelize yang membuatnya semakin kuat dan membuat Carmelize semakin lemah. Dalam keadaan tidak sengaja seperti itu, mereka saling membahayakan satu sama lain.

Jika tetap bersama, maka Carmelize akan lumpuh pada semua tubuhnya, sedangkan Putri River akan mengeluarkan kekuatan besar yang membuat Kerajaan Bayangan hancur. 

Ini pertemanan yang tidak adil. Namun ...,

"Aku ingin datang di Kerajaan Bayangan, untuk yang terakhir kalinya, kumohon."

Doanya masih sama. Doanya setiap dia meniup lilin ulangtahunnya, doanya setiap orang-orang membicarakan harapan dan keinginan, doanya setiap malam sebelum dia tidur. Dia hanya ingin bermimpi sekali lagi tentang Kerajaan Bayangan, untuk memastikan bahwa Putri River dan keluarga harmonisnya memang baik-baik saja.

Setelah mimpi itu berakhir, dia akan berhenti memikirkan tentang Kerajaan itu dan kembali pada kehidupan normalnya tanpa merasa terbebani.

"Sekali saja, untuk yang terakhir kalinya, aku ingin melihat keadaan Negeri Bayangan...."

Carmelize percaya, cepat atau lambat, dia akan bertemu kembali dengan Putri River. Kerajaan mereka akan baik-baik saja dan mereka akan berpisah dengan salam perpisahan yang baik, dan bukan yang mengenaskan seperti saat itu.

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam empat tahun ulangtahunnya, doanya terdengar.

Dia kembali ke Kerajaan Bayangan, sekali lagi.

Dan dipastikan, benar-benar untuk yang terakhir kalinya.

Tbc

14 Juni 2018

a/n

Maafkan aku karena alurnya kecepetan. Maafkan aku, Carmel, hidupmu terlalu membosankan untuk menunda hal itu satu chapter. Tanpa ada Trio Bayangan, cerita ini sangat hampa.

Carmelize sudah gedeee lhoooo.

Wkwkwkwk.

Lantas yang akan terjadi dengan Carmelize di mimpi terakhirnya? /dengan nada memprovokasi ala blurb dan sinopsis novel/

Aku nggak nyuruh kalian nebak lho, karena aku nggak ngerasa ada apapun yang bisa ditebak di sini. Appetence bukan Mizaph, so its okay.

See you tomorrow~



Cindyana


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top