12
Sudah hampir beberapa menit sejak Carmelize mencari-cari keberadaan Putri River hampir di sekeliling istana.
Kamarnya kosong. Ruang makan kosong. Dari luar kamar Pangeran Alax dan Pangeran Vire, juga tidak ada tanda-tanda dari Putri River (yang biasanya ribut).
Sudah hampir menyerah melakukan pencarian, akhirnya Carmelize pun memutuskan untuk tetap berada di kamar Putri River dan duduk di lantai.
Mulai diobservasinya sekeliling kamar Putri River dari sudut ke sudut, lalu menatap ke arah luar jendela yang tidak pernah dijelajahinya satu kali pun. Karena saat Putri River menawarkan untuk membawanya ke luar istana, Carmelize selalu berakhir terbangun.
Meskipun demikian, Putri River mengatakan bahwa suatu hari nanti, dia akan membawa Carmelize keluar untuk melihat-lihat.
Sudah duduk selama beberapa saat, Carmelize samar-samar mendengar suara bisikan dari luar kamar Putri River. Dia pun memutuskan untuk mendengar perbincangan itu, meskipun dia tahu bahwa itu bukan tindakan yang terpuji. Tetapi dia tetap melakukannya karena dia benar-benar ingin tahu dimana Putri River berada.
"Siapa yang melihat kejadian itu kemarin malam?"
"Kalau yang aku dengar dari orang-orang yang bekerja di bagian kebersihan kastil, yang melihatnya hanya beberapa orang. Itu pun kurang jelas karena saat itu memang sangat gelap."
Carmelize menekuk alis sembari melanjutkan pendengarannya. Ada yang aneh, dan semoga saja mereka bukan membicarakan tentang Putri River, begitu pikir Carmelize.
"Untunglah saat itu ada Pangeran Alax. Kalau tidak mungkin saja semuanya akan berakhir lebih parah."
Ada apa ini? Apa yang terjadi dengan Putri River? Carmelize mengerutkan kening sambil berpikir keras.
"Sihir Putri River ternyata lebih besar daripada yang kita duga dan mungkin raja dan ratu juga tidak bisa menebaknya. Semoga Putri River baik-baik saja," bisik suara itu.
Carmelize tidak bodoh untuk tidak mengetahui bahwa dirinya juga dalam keadaan yang kritis, begitupun dengan Putri River. Dia mulai merasakan ada hal yang tidak beres dan janggal. Mungkin semua ini saling berhubungan.
Menembusi dinding dan dua pelayan yang sedang membicarakan Putri River, Carmelize menuruni tangga dan memutuskan untuk mencari Putri River sekali lagi.
Kali ini dia berhasil menemukan putri River berada di halaman belakang belakang, duduk bersandar pada pohon yang sama seperti kemarin. Putri River sedang memejamkan mata menikmati hangatnya matahari atau mungkin tertidur.
Pelan-pelan Carmelize mendekati pohon yang sedang disandar oleh Putri River, memastikan bahwa tidurnya tak terganggu. Sampai akhirnya Putri River menyapanya dengan suara kecil.
"Hai, Carmelize. Selamat datang kembali."
Carmelize tersenyum, lalu bertanya, "River, apakah kau baik-baik saja?"
Putri River mengerjapkan mata, lalu tertawa kecil. "Mengapa kau bertanya begitu?"
"Aku cemas," jawab Carmelize.
Carmelize tidak sedang bermanis mulut di depan Putri River, karena dia memang mencemaskan temannya. Putri River juga tahu soal itu, tapi dia tidak bisa membiarkan Carmelize merasa khawatir lebih lama.
"Aku tidak apa-apa, hanya saja kemarin malam sihirku lepas kontrol dan aku tidak sengaja melukai Kak Vire," terang Putri River. "Sekarang Kak Vire sedang di kamarnya, Kak Alax, raja dan ratu sedang mencoba memulihkannya."
Carmelize yang mendengar hal itu hanya bisa terbungkam. Dia mengerti bahwa Putri River pasti merasa sangat tertekan karena tidak sengaja melukai salah satu anggota keluarganya.
"Kalau kau mau menjenguk Kak Vire, datang saja ke kamar Kak Vire."
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Carmelize.
"Aku akan di sini saja. Kalau aku berada di sana, mungkin Kak Vire akan semakin parah. Aku belum bisa mengontrol kekuatanku dengan baik. Aku perlu waktu, Carmelize."
Carmelize merasa bahwa Putri River perlu seorang teman untuk mendampingi dan menghiburnya. d
Dia sangat kecewa karena tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik sebagai seorang teman untuk Putri River.
"Aku akan di sini," ucap Carmelize.
"Kau ke kamar Kak Vire saja dan lihat keadaannya untukku. Aku belum punya keberanian untuk melakukannya," ucap Putri River dengan nada yang sendu. "Tolong, Carmelize."
"Tapi kau sendirian...."
"Aku sedang ingin sendirian. Maaf malah menitahmu seperti seorang putri yang tidak tahu diri." Putri River memeluk lututnya. "Dan maaf juga ... kau harus mendengar hal buruk seperti ini menjelang hari ulangtahunmu."
"Tidak apa-apa."
"Tolong, Carmelize."
Suara Putri River yang terdengar memohon dengan sangat membuat Carmelize luluh. Akhirnya Carmelize bangkit dari duduknya menjauhi Putri River dan kembali ke atas untuk memeriksa keadaan Pangeran Vire.
Meskipun belum pernah berinteraksi langsung dengan pangeran Vire, tapi Carmelize berharap bahwa Pangeran Vire baik-baik saja.
Setelah sampai di depan pintu kamar Pangeran Vire, Carmelize langsung masuk ke dalam, setelah mengumpulkan keberaniannya.
Dan pemandangan yang dilihatnya begitu dia menyaksikan apa yang ada di depannya membuatnya sangat terkejut.
Pangeran Vire diperban sana-sini. Tubuhnya penuh dengan luka yang telah mengering. Dia memejamkan matanya rapat di atas tempat tidurnya. Sedangkan Ratu menangis di sisi tempat tidurnya. Raja dan Pangeran Alax hanya diam.
"Kami sudah mengetahuinya, tapi kami malah membiarkan ini terjadi," ucap ratu dengan nada sangat menyesal.
Carmelize mendekati mereka pelan-pelan.
"Maaf, Vire ... Gara-gara Ibumu," lirihnya.
Suasana di kamar Pangeran Vire sangat mencekam. Terlalu hening sampai-sampai Carmelize tadinya tidak menyadari bahwa ada orang di dalamnya.
Tiba-tiba saja, Pangeran Alax menoleh ke arah Carmelize, yang membuat Carmelize tersentak kaget.
Pangeran Alax mendekat, lalu melewatinya.
Di sana, Carmelize baru sadar bahwa dia berdiri tepat di depan pintu kamar Pangeran Vire. Padahal jantungnya yang memang sudah berdebar kencang, sudah nyaris menggila karena mengira bahwa Pangeran Alax melihatnya.
"Aku mau melihat River dulu," ucap Pangeran Alax kepada mereka berdua, sebelum membuka pintu dan keluar.
Carmelize kehabisan kata-kata.
Dia tidak mungkin bercerita bahwa semua persiapan untuk pesta ulangtahunnya yang ke-11 sudah selesai. Dalam keadaan seperti ini ... Dia tidak bisa berbuat apapun untuk Putri River.
"Sudah, jangan menangis lagi, Ibu."
Pangeran Vire tiba-tiba saja membuka matanya, lalu mengelus bahu ratu dengan pelan. Carmelize tidak tahu harus senang atau sedih saat melihat tangan Pangeran Vire yang lemah berusaha menjangkau bahu ibunya sendiri.
"Aku senang River baik-baik saja. Aku juga baik-baik sekarang," ucapnya.
"Ayah bangga kau punya keberanian sebesar itu untuk menggantikan posisi bahaya dari River, tapi sebaiknya lain kali kau tidak melakukan hal beresiko begitu." Raja berbicara panjang lebar. "Bagaimana kalau Alax tidak melihat kalian? Mungkin hanya tersisa Alax."
Ratu yang mendengarkan itu malah kembali menangis, "Jangan mengatakan begitu ...."
"Baiklah, maaf."
"Alax selalu datang di saat yang tepat, setiap aku dan River butuh bantuannya." Pangeran Vire tersenyum tipis. "Alax sangat bisa diandalkan. Kalau Ayah memberikan mahkota raja untuk Alax, bukan hanya ayah yang tenang. Aku juga."
"Ramalan mengatakan bahwa kau yang akan menjadi raja, bukan Alax," terang raja.
"Oh ya?"
Raja mengangguk singkat.
"Dan ramalan River ...."
Seisi kamar hening.
"Tidak apa-apa, hanya ada Vire di sini," ucap ratu yang sepertinya memang meminta raja untuk tidak menahan perkataannya lagi.
Raja mengangguk, lalu menarik napas panjang.
"Ada bayangan yang mengikuti River, bayangan yang akan membuat kehancuran besar bagi Kerajaan Bayangan."
Tbc
12 Juni 2018
a/n
50% kata di atas adalah bantuan dari Google Voice karena aku lagi malas ngetik //sebuah pengakuan//
Aku baru tahu kalau ada fitur ini dari NPC. Dan aku fitur ini kurang cocok buat aku karena Google voice tidak bisa membaca nama-nama karakter yang ada di Appetence.
Mungkin aku akan coba fitur ini lagi kalau aku sudah bikin cerita dengan karakter yang mempunyai nama normal.
Kalau hari ini kalian merasa tulisanku agak aneh, itu sebenarnya adalah ucapanku langsung, hehe.
Aku memang kurang jago ngomong, to be honest.
Buat next chapter, aku usahain nggak pakai ini lagi semoga aku nggak malas. Takutnya akunya malah keenakan wkkwkw.
Tapi tadi aku nyaris bolos update. Serius. Wkwkwk.
Oke see u tomorrow
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top