1.4 | Smeraldo (1)

Tak di dunia ini pun di dunianya dulu, Soobin nyalar berada dalam kungkungan adikara imperatif. Pada jadwal pemeriksaan kali ini, orangtuanya mengharuskannya pergi bersama tunangannya, Oh Sera. Memang bebauan zat kimia khas rumah sakit yang tercium masif penghidunya telah amikal dengan dirinya. Gadis Kim pun menjadi alasannya membikin tungkainya mengayun ringan menapaki bangsal. Alih-alih pemeriksaan rutin, justru ia ingin bersua dengan sang jelita.

Namun, tidak untuk hari ini. Harap-harap Areum tidak berada di sana dan harus menemui kenyataan bahwa Soobin bersama Sera. Kecemasan itu langis tatkala balasan pesan dari Areum menyatakan bahwa ia berada di toko bunganya. Satu helaan napas, ia bisa pergi dengan lega. Namun, tak memungkiri air mukanya tampak kalut. Sera pun menyadari.

Soobin terkesiap tatkala sentuhan pada lengannya membangunkan kelojot saraf sensoris. Ia menoleh ke samping di mana Sera yang berada di balik kursi kemudi tampak mengulas senyum. Ia tahu jika Sera bermaksud menenangkannya, tetapi pengaruhnya tak bereaksi. Hanya saja Soobin sempat berpikir jika Oh Sera yang ia kenal di kedua dunia ini memiliki perangai berbanding terbalik. Jauh berbeda, bagai langit dan bumi. Soobin setidaknya sedikit bersyukur tak menghadapi Sera seperti di dunianya dulu. Jika saja begitu, di dunia kini dengan keadaan Soobin setengah sekarat ini, mungkin sisa usianya sudah mencapai limit. Sebab, butuh kesabaran bak malaikat menghadapi gadis Oh di dunianya dulu. Siapapun takkan sanggup.

"Kau baik-baik saja 'kan?" anggukan jemala menjadi respons. Pun ulasan senyum Sera sebagai balasan.

Tuk kedua kalinya Soobin terkejut. Pasalnya, baru saja ia memuji bahwa Sera berbeda, kini perspektif tadi pun lenyap. Sebab Sera mengaitkan lengan padanya. Ia tahu jika ia ingin membuktikan bahwa Soobin tunangan resminya. Akan tetapi, Soobin tak merasa begitu. Toh, ia tak pernah menjalani proses pengikatan secara langsung. Mungkin itu dilakukan Soobin di dunia ini.

Sepanjang tungkai mereka mengayun hingga menyusuri setiap koridor bangsal, Sera menyadari manik mata Soobin tampak sibuk melirik sana-sini menyapu pandangannya. Ia sadar akan segala tindak-tanduk Soobin. Sera memicing. Apakah ia tengah mencari seseorang?, pikirnya.

Tepat sekali. Kini Soobin tampak ketar-ketir. Hingga netranya menangkap pintu kamar bangsal Nenek Kim yang tertutup. Sayang sekali, ia tak bisa sekadar melongo ataupun setidaknya mengintip sedikit jika entitas yang ia khawatirkan ternyata berada di balik pintu bernomor 213.

Entah mengapa jika perasaannya seperti ini ia tampak tengah bermain di belakang Areum. Kendati sebenarnya mereka belum menjalin hubungan. Jalinan benang mereka masihlah semu. Ia memilih silabel 'bukan' karena berarti 'akan' pada suatu saat nanti. Jika merujuk pada suatu fakta, justru Soobin-lah yang bermain di belakang Sera sebab gadis Oh adalah tunangan resminya. Dengan sepasang cincin yang mengikat mereka, kendati hanya cincin Sera seorang yang setia melingkari jari manisnya, tidak dengan Soobin. Beruntunglah, Sera tak pernah sekalipun mengimplementasikan kuriositasnya. Jika itu Sera di dunianya dulu, mungkin bukan hanya ocehan kata tanya, tetapi juga imperatif yang menuntut. Namun, itu tak pernah terjadi sebab Soobin melabuhkan hatinya kepada sang pujaan yang kini mungkin sudah damai di atas sana tanpa merasakan selaksa sakit yang nyalar menderanya.

Konyolnya, justru kini dialah yang berada dalam dekapan rasa sakit seperti apa yang sang pujaan hati rasakan. Begitu hebat gadisnya menahan segala kesakitan ini sedang ia menutupinya dengan ulasan senyum, ganal-ganal semua baik-baik saja. Mungkin tatkala mendengar setiap hasil pemeriksaan di mana si tengil berengsek semakin menggerogoti bagian tubuhnya, sang jelitanya akan tenang mematri kurva. Sementara Soobin kini mendengar hasil pemeriksaannya barusan yang terlontar dari celah bibir Dokter Shin begitu menderanya. Tungkainya seketika mati rasa. Jika saja Sera tak memberi sebagian energinya, mungkin lututnya telah bersimpuh. Kendati Sera pun sama terpukulnya. Soobin terkesima tatkala tanpa sengaja melirik samping profil Sera tampak menahan bendungan likuid agar tak jatuh dari pelupuk intannya.

Bukannya Soobin bersyukur dengan adanya Sera di sampingnya sebagai penguat dirinya, ia malah dengan berengseknya berharap yang berada di sampingnya kini adalah Kim Areum-di dunia ini.

"...Aku akan selalu di sampingmu menjadi penguat hidupmu, Choi Soobin."

Ia takkan menyalahkan Areum berdusta. Toh, kini situasinya malah ia yang mengkhianati.

Begitu keluar dari bangsal pemeriksaan, kontan Soobin merasa dirinya lunglai. Arkian, ia merobohkan daksanya pada kursi tunggu dengan bantuan Sera. Sungguh, ia membutuhkan Areum sebagai tumpuan kemasygulannya. Namun, ia tak hipokrit akan kenyamanan dekapan serta tepukan lembut Sera.

"Semua akan baik-baik saja. Kau bisa melewatinya, Soobin. Kau pun tak sendiri, banyak orang yang berada di sisimu, termasuk diriku."

Sementara Soobin tetap membisu. Bahkan, bertindak abstain. Likuidnya pun tak sanggup mengalir dari pelupuk matanya, mungkin entah sudah mengering ketika menangisi gadisnya di dunia sana. Justru kini likuid yang mengalir bukan miliknya, melainkan gadis yang mendekapnya kini. Arkian, Soobin menarik sebelah sudut garis bibirnya. Ia baru menyadari bahwa mungkin ini karma baginya. Mungkin pula dunia angkara padanya sebab tak menjaga gadisnya dengan baik. Baiklah jika memang begitu, ia sadrah menerima keaangkaraan dunia yang kini mencabarnya.

"Soobin?"

Desibel yang melontarkan epitelnya membuat dekapan mereka merenggang. Soobin merotasi kepalanya menuju sumber suara, kontan matanya membeliak. Pasalnya presensi yang sedari tadi ia cemaskan eksistensinya kini tepat tertangkap pupil matanya. Kim Areum, gadis yang sedari tadi ia rapalkan epitelnya dalam hati. Soobin gelagapan, tetapi ia tetap bertindak abstain.

"Ah, aku minta maaf, bukannya aku ingin mengganggu kalian. Hanya saja aku refleks memanggilnya," ujar Areum simultan membungkuk.

"Tak apa," balas Sera lembut. Sungguh, sosok Oh Sera ini sangat berbeda dengan yang Soobin kenal di dunianya. Ia bahkan seakan-akan bermimpi, jika kedua insan di hadapannya ini saling beramah-tamah. "Ah, mendengar kau memanggil nama Soobin, sepertinya kalian saling kenal."

"Aku Kim Areum..." ia menggantungkan kalimatnya, manik matanya sempat melirik sekilas pada Soobin. "...hanya kenalannya saja ketika ia dirawat di sini."

Sera mengulas senyum, "Aku Oh Sera, tunangannya Soobin," ujarnya seraya mengulurkan lengan.

Pada saat itu juga, seakan gelegar menginvasi rungunya simultan dengan hatinya yang seketika benjut ditikam kenyataan. Maniknya teralih kembali melirik Soobin yang kini hanya bisa membuang muka. Ia kembali menatap profil jelita Sera. Lantas Areum pun kembali mengulas senyuman seraya membalas membalas jabatan lengan Sera yang sedari tadi menggantung menunggu balasan.

"Senang berkenalan denganmu."

...

Update nih walopun di tengah uas /jan ditiru mahasiswi nakal ini yak/, gabisa aku ga update. Soalnya gatel pen ngetik di lapak ini lalu tekan publish, geregetan sendiri.

So, jan jadi sider ya. Hargailah dengan klik vote. Ga seberapa kok. Apalagi klo kalian bersedia ketikkan komentar kalian. I'm so really excited n grateful accepting ur appreciation. Itu berguna bgt buat nambah semangat aku.

C ya n thx~

luv, ara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top