1.0 | Flores de Felicidad
Flores de Felicidad
Begitulah papan nama toko bunga yang berada di seberang mobil hitam metalik terparkir. Soobin terdiam sejemang melamati dari jauh setiap konstruksi serta interior yang koheren dengan pajangan berbagai jenis bunga di depannya.
Indah.
Cantik.
Secantik sang puan.
Leksikal kata itulah yang kini tercanang pada inti jemalanya tatkala lensa pribadinya menangkap sosok sang jelita tengah merawat tanaman bunganya dengan tangan dinginnya.
Benar-benar sesuai nama tokonya yang berarti bunga kebahagiaan. Afeksi yang merenjis secara tak direk menyentuh hatinya. Hal tersebut terimplementasi tatkala kurva yang mematri lesung pipit pemuda Choi itu tertarik ke atas.
"Pak Direktur, apakah Anda akan memesan bunga lili putih sebelum ke kolumbarium? Biarkan saya yang akan memesannya."
Soobin secara impulsif sadar dari dunianya sendiri tatkala Taehyun membuyarkannya. Namun, Soobin tak lantas menjawab. Ia kembali melirik ke arah luar jendela mobil. Tidak, lebih tepatnya menuju sang gadis pemilik toko yang kini punggung mungilnya langis dari pandangannya.
"Biar aku yang membelinya sendiri, Sekretaris Kang," ujar Soobin pada akhirnya.
Ia tak menyangka jika setiap tempat di dunia ini tampak sama persis dengan dunianya dulu, sukar sekali mencari kontur yang diferensial. Ganal-ganal ia tak pergi ke dunia manapun, daksa serta atmanya menetap di satu dunia. Namun, asumsinya hancur tatkala ia berjumpa ataupun berpisah dengan setiap entitas terdekatnya. Ini memang rancu, nyalar membikin inti jemala Soobin sengkarut. Mana bisa diterima oleh akal seseorang yang terenggut jiwanya oleh Sang Kuasa, hidup kembali.
Turbulensi yang menderanya pun ganal-ganal bagai dirinya tersambar kilat tatkala menerima kenyataan ia terbangun di ranjang bangsal berbau khas zat kimia, didiagnosis bahwa si tengil berengsek itu bersarang di jantungnya sejak lama, hingga kenyataan yang tak bisa didistorsi bahwa Choi Namjoon, kakaknya telah beristirahat di persemayaman bertahun-tahun lamanya. Tak masuk di akal. Jelas sekali sebelum hari di mana Soobin pergi ke kolumbarium Areum, lensa pribadinya menangkap jelas entitas sang kakak.
Soobin hanya tertawa remeh. Ya, ini jelas bukanlah mimpi. Ini dunia yang berbeda, bukan dunianya. Ia tak bisa mendistorsi jika dirinya terjebak di spasial dan masa yang tak jelas asal-usulnya. Ia hanya mencoba menyesuaikan diri.
Tungkainya kini menapak pada lantai ruang yang begitu amikal. Netranya mengedarkan ke sekeliling. Sama persis. Sungguh, ia semakin yakin ini bukanlah mimpi tatkala aroma bunga yang secara nyata terhirup penghidu.
"Ada yang bisa saya bantu—oh, Choi Soobin?"
Areum terperanjat jika entitas yang tak bisa diperkirakannya merupakan pelanggan barunya. Soobin hanya mematri kurvanya yang menawan simultan terciptanya lesung pipit sebagai penambah daya tarik.
"Bagaimana bisa kau tahu tokoku?"
"Suara hati," jawab Soobin sekenanya. Tak mungkin bukan jika ia membeberkan kenyataannya. Sudah dipastikan takkan ada yang percaya, mungkin akan dianggap sebagai derau belaka.
"Ada yang bisa kubantu? Kau mencari jenis bunga apa? Atau kau bisa sebutkan tujuan memberikan bunga itu dalam rangka apa, biar kupilihkan."
Soobin mengabaikan, ia hanya membiarkan tungkai serta manik jelaganya mengeksplor setiap jenis bunga yang menyapanya. Hingga atensinya terfiksasi pada bunga anyelir merah.
"Aku tidak akan melupakanmu."
"Ya?"
"Itu arti bunga anyelir merah," jelas Areum sebab ia telah membuat Soobin kebingungan. Kentara sekali tatkala pemuda itu secara impulsif melirik ke arahnya. Namun, saat Soobin mendengar penjelasan yang dituturkan sang jelita, hatinya terasa benjut.
Ia meretur memoarnya di mana beberapa hari sebelum Areum di dunianya dulu pergi, sang jelita memberikannya bunga anyelir merah. Ia tak tahu jika ada makna di balik bunga indah yang diberikannya sebagai hiasan di ruang kerjanya. Ia benar-benar tak menyangka dan tak menyadari jika itu merupakan tengara salam perpisahan dari sang jelita yang kini berada di hadapannya.
Tidak, hanya mirip.
Entahlah, mungkin bisa diartikan orang yang sama di dunia yang berbeda ataukah jelas-jelas orang yang berbeda.
"Terkesan ironi," Soobin berkomentar.
"Memang. Sungguh ironi."
"Dan aku baru tahu jika ada makna terselubung dari bunga indah ini. Kurasa maknanya terkesan seperti salam perpisahan, bukankah begitu?" tanya Soobin meyakinkan.
"Terkadang sesuatu yang indah itu tak selamanya bermakna indah. Begitupun sesuatu yang tak indah tak selamanya buruk."
"Kau benar, seperti halnya sesuatu yang kita anggap baik tidak akan terus baik, ataupun sebaliknya. Begitulah hidup, benar 'kan?"
Anggukan jemala terejawantah sebagai respons. Kedua insan itu kembali terbisu, sibuk dengan pikirannya masing-masing yang menginvasi mindanya. Hingga Soobin kembali bercerak memecah keheningan.
"Kim Areum."
"Ya?"
"Bisakah kau menemaniku bertemu seseorang?"
…
*Flores de Felicidad (Spanish) = Bunga kebahagiaan
Okay, gimana? Kependekan ga?
Seperti biasa si pengemis ini akan terus mengemis vote dan comment kalian. Don't be a sider, bby. C ya~♡
—luv, ara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top