0.8 | Revoir (1)
Seluruh pandangan takzim terfiksasi pada pemuda Choi. Penampilan necis serta rupawan membuat dirinya menjadi atensi utama bagi para karyawan. Ketakziman mereka sebagai bawahan kepada atasan direalisasikan dengan bungkukan hormat.
Ia merasa agak kikuk hanya sekadar tersenyum. Bukannya ia tak pernah diperlakukan seperti ini, hanya saja ia merasa gugup tatkala harus mengemban jabatan yang cukup tinggi dibandingkan sebelumnya tanpa pelantikan maupun pelatihan. Kendati memang ia bisa saja mendapatkan pengalaman dari posisi manajer utama di kehidupan 'dunia lamanya'. Namun, posisi direktur yang akan dipikulnya lebih berat dan pelik untuk diemban. Ditambah lagi ia merasa ingin menertawakan dirinya sendiri tatkala menyadari jika dirinya merupakan seorang direktur yang berpenyakitan. Apakah ia mampu? Walakin, ia akan menghadapinya. Bukankah skenario kehidupan itu harus dihadapi sepelik apapun itu? Bukannya malah dihindari bagai melarikan diri dari entitas durjana. Ia tak ingin mengulangi hal yang keliru untuk ke sekian kalinya. Tak akan pernah, lagi.
Sebenarnya sebelum ia masuk ke gedung perusahaan, ia merasa tak nyaman tatkala di hari pertamanya masuk kembali harus disambut dengan sorotan lensa kamera. Semakin tak nyaman di mana Oh Sera, tunangannya, berada di sampingnya, sehingga mengharuskannya untuk bersikap layaknya pasangan. Jujur saja ia muak akan presensi gadis berkarisma ini. Namun, ia lakukan untuk patuh pada perintah Presiden Direktur Choi, yang tak lain adalah ayahnya sendiri, beliau berdalih demi menjaga citra Soobin. Kendati tujuan sebenarnya ialah demi menjaga citra ayahnya. Persetan dengan citra dirinya sendiri, ia patuh karena menyangkut citra keluarga. Terlebih lagi ia tak ingin menghancurkan perusahaan keluarganya untuk yang 'kedua kali' dengan menghilangkan tim hukum perusahaan terbaik karena harus menghilangkan pengacara terbaik seperti Oh Sera. Gadis itu memang merupakan sosok yang krusial.
Bukan tanpa alasan dirinya muak dengan gadis pemilik epitel Oh Sera, ia masih menyimpan rasa tak suka akan kejadian di kehidupan 'dunia lamanya'. Ia masih sangsi manakala Sera memiliki sikap yang sama dengan Sera sebelumnya.
Derap langkahnya terhenti tatkala seorang pria jangkung, tetapi masih tak jauh tinggi dibandingkan Soobin seakan-akan menghadang jalannya. Tatanan rambut klimis yang dibelah dua dengan menampakkan dahi luasnya terkesan semakin rupawan. Namun, bagi Soobin itu memuakkan. Ia benar-benar tak menyukai akan eksistensi pria itu. Agakanya ada aura negatif yang mengalir darinya. Soobin sangat sensitif mencium bau seseorang yang bermuka dua.
Pria itu membungkuk agak rendah direk menyodorkan lengannya bermaksud berjabat tangan dengan Soobin, dan jangan lupakan senyuman kapitalis yang membuat Soobin semakin muak. "Senang melihatmu kembali, sepupuku. Ah, maksudku, Pak Direktur Choi."
Soobin masih membiarkan lengannya mengudara, tanpa maksud membalas jabatannya jika saja ia tak melihat sekeliling yang menjadikan dirinya sebagai atensi utama. Dengan terpaksa ia membalas jabatan beserta senyumannya, "Ya, senang bertemu denganmu juga, Manajer Kim Seokjin," ujarnya dengan penuh penekanan di akhir kalimat.
Tatkala Soobin mengeja jabatannya, semakin kentara saja roman Seokjin yang picik. "Suatu kehormatan bagi saya dapat bekerja kembali di bawah tunjukkan Anda, Pak," satire pemuda Kim itu.
"Tentu saja aku harus kembali, apa jadinya sebuah perusahaan tanpa direktur, bukan begitu?" balas Soobin, ia mendekatkan bibirnya tepat di samping kuping sepupunya. "Terlebih lagi ada seseorang yang ambisius menginginkan jabatan itu," bisiknya diakhiri dengan sebelah sudut bibirnya yang naik.
Mungkin memang ucapan Soobin tepat sasaran, sehingga membuat Seokjin bungkam seketika. Soobin berkata demikian sebab ia tahu jika di 'dunia lama' pun sosok picik Seokjin menginginkan jabatan Namjoon, yaitu sebagai direktur. Siapa sangka di sini pun demikian.
Lamat-lamat terdengar gigi yang bergemeletuk, agaknya Seokjin mulai dongkol. Karena bukan Seokjin namanya jika tak ingin menang, apalagi itu mengenai harga dirinya. Pandangannya kini beralih pada Sera yang berada di samping Soobin yang sedari tadi hanya mengamati perang dingin antar kedua sepupu. "Nona Oh, sepertinya Anda harus bersiap melepaskan karier anda sebagai pengacara demi merawat sang calon suami. Malangnya Anda memiliki calon suami yang akan menyusahkan nanti," ujarnya.
Sera tertawa sarkastik begitupun Soobin, "Heol, aku lebih kasihan lagi pada Jisoo, bagaimana bisa sebegitu payahnya harus memilihmu? Aku yakin, cepat atau lambat ia akan meninggalkanmu mengetahui sikapmu yang tak lebih baik dari Gureum," sarkas Sera.
"G-gureum?" Seokjin gelagapan.
"Ya, anjingmu. Bukankah anjing selalu menggonggong?"
Sera lekas menarik lengan Soobin masuk ke lift, meninggalkan Seokjin yang mematung. Baik ia maupun Soobin terlalu muak mendengar celotehan dari bibir ranum Kim Seokjin.
"Hei, Nona Oh! Akan kupastikan jika aku menjadi direktur, kau akan kupecat dari tim hukum. Kau tahu?"
Keduanya mengabaikannya bagai angin berlalu ataukah lebih tepatnya anjing yang menggonggong?
"Terima kasih," ujar Soobin sebelum Sera keluar dari lift menuju ruangannya.
Sera berbalik, birai senyum terpatri pada wajah karismatiknya, "Sudah seharusnya sebagai tunanganmu dan pengacara pribadimu juga."
"Kalau begitu, aku akan masuk ke ruangan kerjaku. Kau pun, selamat bekerja!" lanjutnya.
Soobin tersenyum tipis kontan menampakkan lesung pipitnya yang menawan. Siapapun pasti terpikat olehnya tak terkecuali Oh Sera. Namun, demi menjaga karismanya ia menyembunyikan perasaan itu.
Sementara sepeninggalan Sera, elevator mengantarkan Soobin sampai menuju lantai di mana ruang kerjanya berada. Ia tersadar jika sikap Sera berbanding terbalik dengan Sera di 'dunianya'. Sera di 'dunianya' terlalu menyusahkannya yang selalu menempel padanya terlebih lagi sebelum Sera ke London, tak luput ia menangkap basah tindakan infantilnya kepada Areum. Sementara Sera di dunia 'ini', ia terkesan lebih tenang dan berkarisma. Sepertinya ia takkan disusahkan seperti di dunianya dulu.
Soobin masuk ke ruang kerjanya yang sebenarnya ia yakini seharusnya ruang kerja ini milik kakaknya, Choi Namjoon. Ia semakin terasa gila saja menghadapi kenyataan ini, entah daksanya sekarang ini tengah berpijak di belah dunia mana. Ia tak tahu pasti. Dibilang mimpi pun agaknya terlalu nyata.
Resonansi ketukan pintu menyadarkan lamunannya, menampakkan pria pemilik senyum rupawan dengan hidung bangirnya.
"Jadi, bisakah kau beri tahu jadwalku hari ini?" tanya Soobin langsung pada intinya sebab ia bukanlah tipe yang suka basa-basi terlalu lama jika berkaitan dengan pekerjaan.
Dengan sigap Taehyun melaporkan jadwal sang direktur layaknya ia sudah hafal di luar kepala. "Satu jam lagi Anda akan melakukan check-up rutin ke rumah sakit, Pak."
Sial, tak bisakah ia tak kembali ke gedung berbau khas zat kimia itu setelah kemarin ia dinyatakan boleh pulang? Rasanya benar-benar sesak. Apakah Areum pun dulu begini?
Mau tidak mau tungkainya telah membawa daksanya ke dalam gedung berbau khas zat kimia. Ia harus melakukan segala rangkaian pemeriksaan yang berakhir dengan hasil pemeriksaan yang mengharuskannya menyiapkan diri akan kenyataan yang menerjangnya. Sehingga ia lebih baik keluar dari ruang bernuansa putih dengan bebauan khas zat kimia, membiarkan sekretarisnya yang mendengarkan penjelasan sang dokter. Ia benar-benar tak sanggup. Situasi dan kondisi ini berkebalikan dengan sebelumnya. Apakah ini merupakan karma baginya? Entahlah, ia yakini begitu.
Soobin mengambrukkan semenjana daksanya di kursi tunggu, memejamkan matanya berharap segala kekalutan ini langis dari mindanya. Penghidunya membiasakan dirinya menghirup bebauan khas obat-obatan kimia. Namun, ia tak yakin mengapa ada aroma bunga menyapa penghidunya. Ia yakini itu bukanlah pengharum ruangan, aromanya terkesan khas semacam bunga asli. Bagaimana bisa? Secara perlahan kelopak matanya menyingkap menemukan entitas sang jelita tengah membawa sebuket bunga di lengannya yang menjadi asal sumber aroma tadi. Soobin memicingkan matanya guna memperjelas dugaannya tak salah.
Gadis itu mematri lengkungan tipis nan manis yang tercanang pada paras jelitanya.
"Kim Areum?"
…
*Revoir (French) : Bertemu lagi
Makin jelek gasi kepenulisanku?
Gimme some votes+comments, bby! ♡
—luv, ara.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top