Epilog
Terima kasih sudah memberikan vote selama ini.
"Raito, jangan jauh-jauh, Nak."
Suara Nagisa tertelan kerasanya deburan ombak.
Wanita berambut panjang kuncir kuda itu memandang jauh pada sosok kecil yang dengan terlalu lincah bermain air di pinggir pantai. Melompat-lompat tiada henti saat ada ombak besar menerpa kaki mungilnya.
"Satoru! Jangan tidur saja. Anakmu itu. Ya Tuhan. RAITO, KE SINI ATAU MAMA JEWER TELINGAMU!" Nagisa berujar marah pada Satoru yang masih saja tertidur di atas pasir.
"TIDAK MAU!" teriak Anak laki-laki 4 tahun yang sedang berlarian di pinggir pantai sendirian.
Tidak sabar menunggu suaminya yang sedang malas-malasan. Nagisa akhirnya berdiri, membuat baju tak berlengan dengan rok biru muda panjang di bawah lututnya tertiup angin pantai dan berkibar bagai bendera. Ia sedikit terhayung karena berat badannya sendiri. Merasa sulit menyeimbangkan diri karena pasir pantai yang terlalu lembut hingga menyulitkanya berjalan.
"Oh Tuhan. Kenapa kau menghamiliku lagi saat Raito mesih sangat kecil. Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab!" Nagisa berlari dengan kesusahan karena kehamilan keduanya kini telah mencapai usia enam bulan.
"Kemari Raito! Raito! Aduh." Nagisa hampir terjatuh kalau saja tidak ada lengan yang menangkapnya dari belakang.
"Kenapa kau lari-lari, hah?" tanya pria yang teryata telah berdiri menjulang di belakangnya. Satoru, dengan potongan rambut baru, lebih pendek tapi masih bergelombang, menatap Nagisa dengan satu alis terangakat penuh tanya.
"Kau tidak lihat Raito yang main terlalu jauh! Bagaimana kalau dia tenggelam?" oceh Nagisa ketus.
"Duduklah, aku akan mengambilnya." Satoru segera berlari menemui Raito yang masih saja asik dengan kegiatannya. Kaos biru deongkernya sangat pas di tubuh, hingga tidak menyisakan cela untuk angin menerbangkan kain yang tersisa. Juga celana pendek longgar berbahan jins berat yang ia pakai, hanya sedikit tergerak ketika pria itu berlari.
"Raito, ya ampun," sambat Satoru saat Raito terus saja berlari saat ia hendak menemui dan menggendonganya. "Ya Sudah! Ayah pulang saja dengan Mama. Ayo Ma, kita tinggal saja Raito di sini."
Satoru berbalik, pura-pura meninggalkan Raito yang kini cemberut dan mulai drama queen-nya lagi. Rambut hitam pendeknya tertiup angin, dengan pipi cabi yang mulai memerah menahan tangis, dan mata besar coklat mirip ibunya, kini berair. Sedangkan hidung dan bibir yang mirip dengan kepunyaaan Satoru, mulai terbuka untuk memprotes tindakan ayahnya.
"Huaaaa ...." Tangis Raito, tidak terima ditinggal begitu saja. Meraung-raung minta ampunan dari orang tuanya.
Satoru segera berbalik, menangkap anaknya, dan ia gendong dalam pelukanya.
"Kamu itu nakal, tapi cengeng," ejek Nagisa pada Raito yang masih terisak dalam pelukan Ayanhya. Ia telah berdiri di belakang Satoru, membawa tas berpergian mereka yang berisi pakaian, peralatan, dan susu Raito.
"Dia tidak nakal kok, cuma terlalu aktif," pembelaan Satoru.
"Ayo pulang!" tukas Nagisa mengkhiri perdebatan.
"Ma ... kapan dedek bayi lahir?" tanya Raito yang masih ada dalam gedongan Satoru.
Mereka berjalan sama-sama. Menikmati matahari perbenam di pulau pribadi yang dibeli Satoru untuk liburan keluarganya.
"Kau sudah bertanya empat kali hari ini," jawab Nagisa, lagi-lagi dengan ketus. Mood swing-nya sedang buruk akhir-akhir ini.
"Aku pengin adek cepet lahir," tuntut Raito masih belum menyerah.
"Kamu pengin laki-laki atau perempuan, Sayang?" Kali ini giliran Satoru yang bertanya.
"Aku ingin dia seperti Mama," jawab Raito dengan senyum gigi bolongnya.
Nagisa tersekat. Ia berhenti berjalan dan menyatukan ke dua tangan dan merematnya dengan gugup. Ia takut apa yang dikatakan Raito benar adanya. Anak keduanya, bisa saja cacat sepertinya. Ia selalu berdoa setiap hari agar anak keduanya pun sempurna seperti anak pertamanya. Namun siapa yang tahu apa yang mengahadang di masa depan. Hal itu selalu menakutinya hingga kini.
Satoru menurunkan Raito, meletakan tanganya pada pundak interseksual yang kini telah resmi menjadi wanita sempurna. Kemudian berkata dalam penuh pengertian untuk istrinya yang tercinta. "Laki-laki, perempuan, bahkan interseksual. Aku akan tetap menyayanginya, apa pun dia," jawab Satoru.
Nagisa mulai dapat tersenyum lagi. Menatap suaminya dengan penuh haru. Kemudian berjongkok untuk menghadap anaknya yang pertama. "Laki-laki, perempuan, atau Interseksual. Maukah kau berjanji pada Mama, untuk menyayaingi adikmu kelak dengan setulus hati?"
"Tentu saja," jawab Raito dengan antusias.
Satoru ikut berlutut. Mencium kedua pipi anaknya dengan sayang, beralih mencium kening Nagisa, dan terakhir, ia memeluk keduanya dalam dekapan hangat.
Matahari menyingsing. Memperlihatkan pemandangan orange di langit yang separuh ungu hingga berubah biru gelapnya malam. Mengakhiri kisah panjang perjalanan cinta seoarang interseksual yang memutuskan untuk menjadi wanita, seutuhnya.
Selesai ....
Karena tidak ada pertanyaan kemarin. Jadi tidak ada sesi jawaban juga. Wkwkwkw ....
Kenapa aku sedih ya?
Karena berpisah dengan novel Apa pun Dirimu?
Jujur, aku lebih suka Apa pun Dirimu dari pada Putra Yakuza. Hanya karena AD menjadi original. Maka peminatnya juga tidak sebanyak PY. Namun dalam tingkat kepuasan, aku menjunjung tinggi-tinggi AD pada Novel yang paling aku sayangi.
Tapi ya, sekarang saatnya menyatakan selamat tinggal.
Untuk kalian semua yang selama ini selalu mendukung AD aku juga ucapkan selamat tinggal. Huuuu ... tidak rela.
sadar nggak sih teman-teman. Aku sudah buat ini selama tiga tahun. Tiga tahun sama kalian. Menunggu up date-anku yang kurang ajar telat. Jangan lupa novel ini ya, Say. Kalau kangen, silahkan mampir kapan pun juga kalian suka.
Untuk yang terakhir, sampai jumpa di novel selajutnya ....
Ini ada novel baruku, teman-teman. Kalau tertarik silahkan mampir ya .... cek aja di profil-ku.
Sang Raja jatuh cinta. Pada seorang penyihir miskin yang paling cantik di dunia.
Dia adalah Claudia, ratu penyihir pertama yang menaklukan hati Raja Stephen dengan kecantikan dan kecerdasannya. Meminangnya sebagai Ratu, dan mengubah jalan hidup semua orang yang ada dalam kerajaan.
Claudia's Spell
I want be queen.
I will be queen.
I must be queen.
I definitely be queen.
I am The Queen.
So, die for me!
QUEEND
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top