Apapun Dirimu 3

Bagian 3

Spesial

Hari ini sedari pagi Satoru sudah memperingatkan sekertarisnya untuk menunda seluruh rapat diluar kantor untuk dilakukan dihari yang lain. Sekali lagi menyuruh sekertarisnya untuk membawakan seluruh dokumen yang perlu ia tandatangani baik yang sudah di sortir olehnya maupun yang belum.

"Bawakan semua ke mejaku. Aku akan membantumu memilahnya. Bahan keperluan rapat besok. Persiapkan dengan rapi, dan akan aku periksa di rumah. Hari ini tidak ada pengumpulan dokumen diatas jam 03.00 siang. Karena aku akan kembali kerumah sekitar pukul 05.00 sore. Infokan pada seluruh devisi untuk segera menyelesaikan laporan, atau mereka harus menunggu tanda tanganku esok hari." Sang sekertaris yang bernama Nohara kelabakan dengan apa yang telah disampaikan bosnya dengan tiba-tiba. Ia tidak tahu harus melakukan apa terlebih dahulu. Tidak tahan dengan reaksi Nohara, Satoru bergerak mendekatinya dan mengangkat seluruh dokumen yang ada di meja Nohara menuju mejanya.

Dilarang copy fic ini

Suasana dikantor hari ini terlihat sangat sibuk dan serba cepat. Pengumuman mengenai dokumen yang wajib ditandatangani hari ini harus terkumpul sebelum pukul 03.00 siang, membuat seluruh devisi berkerja ekstra keras dan perfek dalam tugasnya. Seluruh karyawan sibuk mengetik, menyortir, dan memilah data-data untuk laporan mereka.

Kesibukan juga terlihat di dalam kantor milik Hasegawa muda. Disaat banyak projek baru dan tugas menumpuk, memutuskan untuk pulang lebih awal adalah sesuatu yang mustahil. Tapi kata-kata mustahil sepertinya tidak berlaku untuk Hasegawa Satoru.

Satoru tengah membaca dan memilah laporan yang hendak ia tandatangi atau yang belum bisa ia tandatangani. Sang sekertaris juga sibuk membacakan isi dokumen yang dapat ditandatangi Satoru atau tidak. Jadi hampir seluruh tubuh Satoru berguna saat ini. Matanya ia gunakan untuk menyortir dokumen. Tangan ia gunakan untuk mengetik dan menandatangani dokumen yang lolos spesifikasi. Telinga kanan ia gunakan untuk mendengar penjelasan mengenai laporan yang dibacakan oleh Nohara. Sedangkan telinga kiri, ia pasang Handset yang tersambung dengan telfon milik asisten rumah tangganya Tori untuk mengabari seputar keadaan Nagisa.

Rupanya kalau sungguh-sungguh bahkan Nohara sama sekali tidak dapat menandingi kecepatan Satoru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Walau seperti itu sama sekali tidak ada yang bisa terlewat oleh Satoru, karena sedikit kesalahan saja Satoru tidak akan bersedia menanadatangani dokumen tersebut.

"Bagaimana kondisinya?(pada Tori). Baik, berikan laporan itu (pada Nohara)" Nohara memberikan laporan tersebut untuk ditandatangani Satoru. Kemudian memulai membacakan laporan ynag baru.

("Nagisa-sama sudah sadar dan demamnya sudah turun. Tapi dia tidak mau makan. Jadi kami tidak dapat memaksanya meminum obat.") Kata Tori dalam Telfon.

"Terus bujuk dia sampai mau. Coba tawarkan ramen, atau sup tomat (pada Tori). Kembalikan laporan itu pada devisi pemasaran. Katakan pada mereka bahwa wilayah penyebaran produk masih belum lengkap (Pada Nohara)."

Nohara masih sempat terkagum-kagum pada kemampuan multitasking yang dimiliki CEOnya.

("Nagisa-sama bersedia makan Satoru-sama. Dia bertanya mengenai piring bekas sarapan anda tadi pagi yang tergeletak di meja dekat tempat tidur, dan meminta makanan yang sama dengan yang anda makan.") Tori menjelaskan dengan suara yang lebih riang.

Satoru tertawa ringan dengan pernyataan Tori mengenai tidakan Nagisanya yang selalu menginginkan hal yang sama dengannya. Rasanya ingin segera pulang dan menggoda Nagisa lagi.

"Nohara, bisakah kau membacakan dokumen itu dari awal. Aku kehilangan fokusku." Kata Satoru.

Sepertinya masih manusia. Pikir Nohara dalam hati. Tapi masih terbayang wajah senyum Satoru yang baru saja terlihat oleh Nohara adalah bekal mimpi indahnya nanti malam.

Dilarang copy fic ini

Satoru memasuki kamarnya dengan membawa bungkusan dalam tas. Metihat Nagisa yang duduk di tempat tidurnya dengan kondisi yang lebih baik dari yang ia lihat tadi pagi, membuat Satoru merasa lega.

"Kenapa? kau tidak mau menyambutku?"

"Hemh." memalingkan wajahnya.

"Kau tahu, Kurenai-san menitipkan salam padamu." Satoru berjalan kearah Nagisa dengan wajah datarnya. Kemudian Nagisa sadar mengenai arti perkataan Satoru.

"LAPORAAAAAAAAAN!!!" Nagisa hendak berlari menuju ruang tengah untuk mengambil laptop sebelum langkahnya dihentiakn oleh Satoru dengan merangkulnya.

"Ini sudah jam 6 Nagisa. Kontor telah tutup."

"Tapi, aku akan kena marah besok." Nagisa masih berusaha keras untuk melepaskan dirinya dari Satoru.

"Tidak akan, kau tidak akan bekerja di sana besok." kata Satoru singkat.

Nagisa langsung menatap Satoru dengan mata berkaca-kaca.

"Kau memecatku Nobi-chan?"

"Hm" Satoru membawa Nagisa yang syok untuk duduk kembali di kasurnya.

"Kau tega sekali padaku Nobi-chan. Kau tidak hanya membunuhku, tapi juga membunuh seluruh peliharaanku. Hua...." Nagisa menagis ala bayi sambil memeluk kakinya.

"Dasar bodoh. Aku tidak memecatmu."

"Kau sungguh-sungguh Nobi-chan? Lalu apa yang kau maksud tadi?" Nagisa sambil menghapus air matanya.

"Kau akan tau besok." Satoru singkat.

"Tapi tetap saja laporan itu harus selesai hari ini. Itu tanggung jawabku."

"Sudah selesai. Aku menyelesaikanya." Satoru naik ke ranjangnya dan duduk berselonjor di sebelah Nagisa. Nagisa memandang Satoru dengan tatapan berkaca-kaca, terharu.

"Kau sangat so sweet Nobi-chan. Terimakasih~" Nagisa langsung memeluk Satoru tanpa aba-aba. Tapi tidak lama sebelum ia melepaskan pelekunaya dan mendorong Satoru jauh-jauh.

"Kau bau Nobi-chan. Mandilah!" Kata Nagisa menutup hidung.

"Sejak kapan kau sensitive dengan bauku. Lagi pula kau lebih bau Nagisa." Satoru berdiri dan siap-siap menuju kamar mandi.

"Aku juga ingin Nobi-chan. Tapi tidak boleh sama Tori-san." Kata Nagisa sedih.

"Lebih baik memang jangan dulu. Kau baru sembuh."

"Tapi bau tubuhku sendiri membuatku mual Nobi-chan." Nagisa mengenduskan nafas keras.

"Ambilah ini." Satoru menyerahkan tas kertas besar pada Nagisa. Didalamya ternyata terdapat replica Mobil Sport merah dengan tipe sama seperti milik Satoru.

"Untuk apa ini Nobi-chan?" Nagisa heran dengan apa yang dilakukan Satoru dengan memberikan mainan anak-anak dengan model tiruan Mobil Sport yang sama denga miliknya.

"Itu celengan Nagisa. Kau ingin membeli Mobil kan? Kau bisa memulai dari sekarang." Satoru melonggarkan dasi, membuka kancing kemeja pada pergelangan tangan dan kerah bajunya.

"Kalau kau memberikanku yang asli juga tidak apa-apa Nobi-chan. He-He-He... Tapi terima kasih."

"Hm."Sahut Satoru yang kini mengambil sesuatu dari ruang gantinya yang besar dan penuh baju dan barang-barang brandit.

"Nobi-chan!"

"Hmm?"

"Kau tidak mau memberi makan peliharaan baruku. Sumbanglah sedikit." Nagisa menyodorkan celenganya di hadapan Satoru.

Satoru mengeluarkan beberapa uang 10 ribu yen dari dalam dompet yang langsung ia masukan pada lubang celengan Nagisa.

"Terimakasih Hasegawa-Sama. Saya berharap anda sudi menjadi donatur tetap untuk peliharaan saya ini."

Satoru hanya tersenyum dengan tingkah konyol sahabatnya. Tanpa mempedulikan apa yang dikatakan Nagisa selanjutnya, yang sepertinya berbicara pada peliharaan barunya, Satoru langsung pergi menuju kamar mandinya untuk memersihkan diri.

Dilarang copy fic ini

"Se-sekertaris?" Nagisa menyatakan dengan nada terkejut dan sedikit takut. Ia saat ini sedang mendegar penjelasan tentang dirinya yang akan diangkat menjadi Sekertaris Satoru.

"Hem, asisten sekertaris tepatnya. Kau akan membantu Nohara melakukan tugas-tugasnya selama kami rapat di luar kantor. Selebihnya kau bisa bertanya pada Nohara." Satoru meninggalkan Nagisa untuk kembali pada kursinya.

Sekertaris dan asisten sekertaris menempati satu ruangan bersama direktur. Hanya saja Sekertaris memiliki wilayah pojok kecil disudut ruangan, dan hampir seluruh ruangan besar adalah ruang kerja Satoru dan sofa peneriamaan tamu yang pernah diduduki Nagisa.

"No-Hasegawa-sama tidak seharusnya menempatkanku di posisi ini." Bantahnya masih belum percaya.

"Percuma Nagisa, Posisi yang dulu sudah terisi orang lain." Satoru mulai membuka Applenya.

"Bukan seperti itu Hasegawa-Sama."

"Hm?" Satoru menatap Nagisa bertanya.

"Harusnya kau memilih orang yang montok dan seksi." Kata Nagisa konyol.

Cup. Chocochip

Dasar baka mesum Nagisa.

"Hentikan pikiran konyol dan anehmu Nagisa. Duduk dan kerjakan tugasmu."

Bagi Nagisa ini bukanlah pekerjaan yang tidak ia inginkan. Gajinya termasuk besar dan tempatnya bekerja saat ini lebih bagus dan nyaman dibanding ruangan lamanya yang penuh dengan buku-buku dan dokumen yang berserakan. Diatambah dengan atasan seperti Kurenai yang super lampir. Ruangan yang ia tempati saat ini sangat besar, satu ruangan dengan Direktur, fasilitas lengkap. Dan yang paling penting adalah bau Satoru yang sangat membuatnya kecanduan.

Bahkan saat ia bangan tidur tadi pagi, rasa mual yang biasanya menyerang, langsung hilang ketika Satoru yang rapi dan wangi membagunkanya. Sungguh nikmat hidup bila Satoru selalu didekatnya.

Penyesuaan dalam tugasnya sebagai sekertaris ternyata tidak mudah bagi Nagisa. Bahkan Nohara pun tidak sama sekali memihak padanya. Bahkan mungkin memusuhinya.

Nagisa tidak tahu alasan Satoru menempatkan dirinya pada posisi ini. Padahal jelas-jelas dia merupakan lulusan akuntan. Tapi Nagisa tidak ingin menyerah begitu saja. Maka ia bertekat untuk melakukan yang terbaik untuk posisi barunya saat ini.

Dilarang copy fic ini

Sampai suatu hari.

"Kami akan menuju Kyusu untuk rapat. Nanti mungkin akan ada telfon penting dari Mr. Haz Miler dan Toyama-sama. Maka jangan sampai kau membuat mereka kecewa dengan sikapmu." Kata Nohara pada Nagisa dengan gaya sok bosnya.

"Baik Nohara-san, kau tidak perlu kaku seperi itu." Nagisa mententuh pundak Nohara pelan, tapi langsung disingkirkan olehnya. Nohara menepuk-nepuk pundaknya sendiri seperti menyingkirkan debu yang tersisa dari telapak tangan Nagisa.

Sakit hati, tentu saja ada. Tapi ia berharap seiring berjalanya waktu, Nohara mampu menerima keberadaanya.

Dilarang copy fic ini

01.00

"Yosh akhirnya istirahat makan siang. Aku ingin pergi menemui teman-temanku. Ku rasa aku akan mampir ke bagian pemasaran sebentar." Nagisa berkata pada dirinya sendiri. Bermaksut menemui teman-teman lamanya di departemen pemasaran. Pasalnya, akhir-akhir ini ia jarang sekali bersama mereka. Karena setiap makan siang ia selalu bersama Satoru. Dan pastinya membuat teman-teman Nagisa yang lain sungkan mendekati mereka.

Perjalanannya menuju bagian pemasaran, Nagisa mendapati pemandangan aneh, yaitu banyak orang yang berbisik ketika melihatnya lewat. Ada yang secara terang-terangan menunjukan tatapan membenci, ada yang takut, ada pula yang melengos dan sama sekali tidak ingin menatapanya. Ia tidak ingin berfikir macam-macam. Mungkin hanya perasaannya saja.

Sesampainya di bagian pemasaran.

"HALO TEMAN-TEMAN." Sapa Nagisa. Semua orang sejenak melihat ke arah sumber suara. Tapi apa yang dilakukan teman-temanya sungguh di luar dugaan. Mereka langsung bubar meninggalkan ruangan tanpa menganggap Nagisa pernah menyapa mereka.

"Enaknya makan apa nih?" Kata Masato.

"Gak tau. Kita ke kantin saja. Disini sudah gak seru lagi. Ada pengganggu sih..." Kata Higemoto yang juga berasal dari devisi yang sama dengan Nagisa beberapa hari yang lalu.

Nagisa terdiam di tempatnya berdiri. 'Ada apa ini? Kenapa seperti ini? Kemarin mereka baik-baik saja. Kenapa hari ini mereka bersikap aneh padaku?' Pikirnya.

Nagisa berjalan linglung menuju kantin, berharap dapat meminta penjelasan dari teman-temanya tentang apa yang terjadi, dan mungkin ia dapat mencoba memperbaikinya.

Sesampainya di kantin. Giliran Nagisa dihadang beberapa karyawan yang bersal dari devisi personalia.

"Wah ada sahabatnya direktur nih? Tumben sendirian? Ditinggal pak direktur kencan ya?" Dengan sikap yang menantang. Semua orang yang berada di kantin kini melihat kearah Nagisa.

"Hey, kamu hati-hati kalau bicara sama sahabatnya direktur. Nanti diaduin lho!" Celetuk seorang yang lain.

Mereka seolah-olah tidak sedang berbicara dengan Nagisa. Tapi yang di saksikan dari tatapan merendahkan mereka padanya, Ia tahu. Nagisa tengah dibully.

"Ya, enak ya jadi sahabatnya Hasegawa-sama. Baru kemarin dimarahi karena salah, besoknya langsung diangkat jadi sekertaris." Kata laki-laki pertama yang tidak diketahui namanya oleh Nagisa. Nagisa hanya mampu mengepalkan tanganya tanpa mampu untuk membalas perkataan mereka.

"Tapi sayang sekali kalau hanya jadi sekertaris. Minta dinikahin aja langsung!" Salah seorang wanita diantara mereka pun menyahuti. Ternyata lelucon yang dianggap Nagisa menyakitkan itu malah mengundang banyak tawa.

Nagisa yang mulai kesal dengan perbuatan mereka, mencoba membela diri.

"Aku tidak memintanya. Dia sendiri yang menempatkanku disana." Nagisa melihat sekelilingnya. Tidak ada satupun orang yang bersedia membantunya. Bahkan teman-temannya. Walaupun mereka tidak tertawa, tetapi mereka juga tidak mencoba membela Nagisa untuk mempertahankan diri.

"Wah-wah-wah. Ternyata sahabatnya direktur berani bicara ya.... Aku kira cuma berani kalau sedang ada di bawah ketiaknya Hasegawa-sama saja."

Lagi-lagi tawa meremehkan semua orang terdengar olehnya. Tidak ingin berlama-lama di tempat itu, akhirnya Nagisa berlari sekuat tenaga kembali ke tempatnya. Ia butuh waktu untuk meresapi hal yang baru saja terjadi. Ia juga berusaha keras untuk tidak menangis. Kemudian mengutuk dirinya sendiri untuk menjadi sangat cengeng akhir-akhir ini.

'Its ok, ini akan segera berakhir nanti. mereka akan segera melupakan apa yang terjadi dan bisa menerimaku kembali.' Nagisa berdoa dalam hati. Tapi ia juga memutuskan untuk lebih berhati-hati terhadap tindakanya saat bersama Satoru.

Semua hiburan yang ia lakukan pada diri sendiri, rupanya tetap tidak mampu menghilangakan rasa sedih dan kecewa pada teman-temanya.

'Seperti itukah pendapat mereka tentangku selama ini,'

Cup. Chocochip

Kedatangan Satoru dari rapat membuat hati Nagisa lebih tenang. Ia berjalan menuju kursinya dengan Nohara yang masih membicarakan hasil rapat.

"Selamat datang kembali Hasegawa-sama." Nagisa berdiri dan menyambut kedatangan CEOnya itu.

"Sudah jam 07.00. Pulanglah!" Kata Satoru tiba-tiba. Membuatnya merasa lebih kesal pada Satoru.

"Saya tidak akan pulang sebelum menyelesaikan tugas saya." Protes Nagisa yang tidak ingin lagi menerima perlakuan istimewa.

"Kau bisa pulang sekarang, dan menyelesaikan tugasmu esok pagi."Satoru memaksa.

"Tolong ijinkan saya menjadi karyawan yang baik dengan menuntaskan kewajiban saya Hasegawa-sama. Saya telah menerima hak saya. Maka sudah kewajiban saya untuk melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Juga tidak pantas bagi seorang sekertaris yang juga merupakan tangan kanan seorang atasan untuk pulang mendahului atasanya." Nagisa tidak berani menatap Satoru secara langsung. Ia lebih memilih melihat sepatunya sambil menunduk saat berbicara.

"Baiklah terserah kau saja."

Satoru sama sekali tidak berbicara pada Nagisa sampai mereka meninggalkan kantor. Bahkan Nagisa menolak mentah-mentah ajakan Satoru untuk mengantarkanya pulang. Tapi bukan Satoru kalau tidak bisa memaksa Nagisa. Sekalipun harus mengikatnya di dalam mobil.

"Ada apa denganmu?" Tanya Satoru halus.

"Tidak ada apa-apa Hasegawa-sama." Kata Nagisa.

"Tidak mungkin tidak apa-apa Nagisa. Kau bersikap aneh saat aku pulang. Apa ada yang mengganggumu?" Tanya Satoru. Seperti biasa, selalu tepat untuk menebak situasi yang dialami Nagisa. "Mulai besok aku memberikan kebijakan baru untukmu. Kau harus pulang jam 07.00 malam. Dan tidak boleh melebihi itu. Karena gajimu akan aku pot-"

"Aku tidak peduli Nobi-chan! Aku akan bekerja lembur bahkan tidak pulang kalau kau tetap memperlakukanku seperti ini. Berhenti memperlakukanku lebih sepesial dibanding karyawan lain! Bairakan aku menjadi karyawan biasa," teriakkan marah Nagisa oleh tindakan Satoru yang kelewatan. Ini sangat tidak masuk akal baginya.

"Kau berani menentang atasanmu Nagisa?" menatap Nagisa dengan kesal kemudian melanjutkan kalimat."Sudahlah, aku tidak ingin berdebat lagi denganmu."

"Kenapa? Kau takut kalah denganku lagi?" tantang Nagisa.

"Tidak, aku takut kau sakit lagi." kata Satoru menolak memandang Nagisa, dan lebih memilih fokus pada jalanan.

"JANGAN MEMANDANGAKU SEOLAH-OLAH AKU MANUSIA LEMAH NOBI-CHAN BRENGSEK!" Nagisa geram.

Satoru menanggapinya dengan membuang nafasnya berat. Memandang Nagisa dengan lembut, kemudian mengacak-acak rambut sahabatnya.

"Jangan memaksaku." Katananya lirih. Seolah-olah memohon pada Nagisa untuk tidak menentang.

Kemarahan Nagisa langsung sirna oleh tindakan lembut nan mengancam Satoru. Cara tersebut selalu membat Nagisa tidak dapat berkutik. Ia lebih memlih diam dan marah dengan dirinya sendiri. Kemudian merencanakan rencana lain untuk menyadarkan Satoru tentang sikapnya yang keterlaluan besok.

Dilarang copy fic ini

Sesampainya di apartemen kecil milik Nagisa.

Pukul 09.00 malam, Nagisa sedang asik duduk berselonjor diatas sofa sambil menanti acara kuis milioner yang sering ia tonton di televisi sambil memakan jeruk. Ketika terdapat sekilas berita pengisi jeda di anatara pergantian acara. Tapi yang membuat Nagisa heran adalah, bukanya Breking News yang ditampilkan, melainkan Infotaiment Breking News.

Siapa orang di dunia intertaimen yang mampu membuat adanya gebrakan baru. Sebuah gossip dapat tayang di sekilas info? (kecuali berita kematian).

Seorang wanita cantik pembawa acara gossip yang bernama Michiyo Saitama menyiarkan beritanya.

"Berikut ini kami sampaikan secara up to date, sebuah kabar yang kami terima beberapa jam yang lalu, mengenai keberadaan salah satu anggota kekuarga Yamamoto, yaitu Yamamoto Haruka yang minggu lalu sempat menjadi pertanyaan publik. Setelah menerima konfirmasi dari tunangannya yang merupakan pengelola salah satu perusahan besar Hasegawa Corp-Hasegawa Satoru. Bahwa Yamamoto-san sedang berlibur ke luar negeri untuk mempersiapkan diri sebelum acara pernikahan. Kami menerima sebuah foto yang menunjukan Yamamoto-san sedang bergandengan tangan dengan seorang pria di Hawai"

"APA?"

Bersambung.....

Aku suka bintanng-bintang. Jadi bintang kecil di atas ^, mohon di sentuh ya...

Dan jangan lupa, Follow please......

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top