Apapun Dirimu 1
Bagian 1
Pilihan
Saksikan perubahanya, nikmati sensasinya....
Warning: Bahasa kasar, Tipo, Mpreg, No Lemon (for ever).
Dilarang mengcopy sebagian apalagi seluruh fic ini
*Siklus: Siklus menstruasi.
..............................
Bayak orang menafsirkan dunia hanya pada dua sisi.
Atas dan bawah
Hitam dan putih
Perempuan dan laki-laki
Tapi jarang yang menyebutkan sisi ketiga dari masing-masingnya.
Atas dan bawah selalu punya sisi tengah. Tanpa salah satu dari ketiganya tidak akan ada bagun ruang di dunia.
Hitam dan putih dapat menciptakan abu-abu. Jarang diungkit walau keberadaanya ada sebagai sifat manusia.
Lalu bagaimana dengan laki-laki dan perempuan?
Ternyata selain laki-laki dan perempuan masih ada istilah Interseksual.
Jika hitam dan putih dianggap sebagai warna tunggal, selalu ada abu-abu di tengah-tengahnya. Maka sisi abu-abu tersebut adalah kedudukan para interseksual. Kondisi yang terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir, menciptakan satu individu yang menengahi dua jenis klamin.
Cinta bagi seorang iterseksual adalah penyimpangan. Itulah pendapat masyarakat pada mereka. Penderitaan akan cacat tubuh harus di tambah dengan penghakiman mereka yang tak tahu. Karena mereka menganggap hitam hanya untuk putih, begitu pula sebaliknya. Maka abu-abu tidak akan mendapat tempat manapun di anatara kedua warna.
Kisah cinta ini tidak akan membuatmu merubah keyakinan bahwa perbuatan menyimpang itu dibenarkan. Tapi ketika penyimpangan itu merupakan sekenario Tuhan, apa yang manusia dapat lakukan untuk mencegahnya.
Maka kita mulai cerita ini dari pusat kota Tokyo yang ramai bangunan-bangunan tinggi menjulang yang terdiri dari pusat perbelanjaan, apartemen, perusahaan, dan sebagainya. Melintasi beberapa mil dari pusat kota, terdapat sebuah apartemen sederhana yang terdiri atas 3 lantai dan 24 kamar. Salah satu diantara keduapuluh emat kamar itu kini berisi seorang laki-laki kecil yang menjadi pusat dari cerita ini.
"Ck-ck-ck" suara dari pria kurus, berwajah sandar, berambut coklat, dan berkulit tan yang saat ini menyesali kondisi ruang tengah sekaligus kamarnya, karena unit apartemen tersebut memang dibangun tampa sekat. Satu-satunya tempat yang memiliki sekat hanyalah kamar mandi.
"Nobi-chan brengsek!" katanya sambil tertatih-tatih menuju kamar mandi, lagi. Ia menurunkan celananya, dan melihat kondisinya dengan seksama.
"Kenapa belum keluar juga, dan kenapa sangat sakit?" laki-laki bernama lengkap Hanazawa Nagisa ini harus berjalan dengan tertatih-tatih ketika bangun tadi pagi. Ia merasa kemaluanya sangat sakit dan berdenyut. Mungkin siklusnya akan segera terjadi.
Salahkan saja semua pada Satoru yang mengajak Nagisa minum-minum semalam suntuk.
Masih teringat kata-kata Satoru tentang tunangannya tadi malam.
"Dia kabur. Dia mengatakan belum siap menikah. Dia masih ingin senang-senang. Tentu saja aku setuju denganya. Tapi aku memiliki tanggungan yang lebih besar dibanding Haruka." Satoru atau yang biasa dipanggil Nobi oleh teman-temanya, mulai menenggak minumanya lagi dengan kasar.
Memiliki kekasih kaya, cantik, dan baik. Belum tentu membuatmu bahagia. Itu adalah kata-kata yang tepat untuk Satoru. Sesudah mengumumkan pertunangan antara kedua anak konglomerat di Jepang itu, tidak ada kabar lagi mengenai kapan tepatnya pernikahan akan dilaksanakan. Keduanya teralu sibuk dengan urusan masing-masing, dunia masing-masing, dan kesenangan masing-masing.
Nagisa hanya menatap kedua sahabatnya ini dengan perasaan sedih.
Beberapa hari yang lalu. Sebemum haruka pergi bersama salah satu sahabatnya sahabatnya Takashi.
"Kalau mereka terus-terusan memaksaku seperti ini. Jangan heran kalau aku akan pergi dari sini sebelum mereka sempat menanyakan tanggal pernikahan untuk kesekian kalinya!" Haruka membuang muka setelah menyatakan unek-uneknya pada Nagisa.
"Tapi itu memang benar Haruka. Kau hanya perlu mengatakan tanggal. Dan seluruh persiapan akan terjadi sebelum kau mengatakan 'beres'." Tentu saja akan sangat mudah bagi mereka yang kaya raya, keluarga lengkap, dan sehat tanpa cacat apapun untuk ritual satu ini. Sedangkan bagi Nagisa, ini adalah suatu yang mustahil baginya.
Alasanya adalah karena Nagisa menderita kelainan atau cacat sejak lahir. Ia adalah seorang IS. Atau lebih jelasnya Interseksual. Penjelasan secara gambling mengenai IS adalah bahwa Nagisa memiliki kelamin ganda. Sejak lahir ia sudah mimiliki dua organ reproduksi. Terdapat alat kelamin laki-laki walaupun tidak sempurna, karena hanya berupa sebuah testis kecil dengan ditengahnya terdapat sebuah bulatan lemas seukuran kelereng. Sedangkan organ reproduksi wanita juga ia memiliki oleh keberadaan vagina di bawah testis yang terhubung dengan rahim di bawah perut.
Kesengsaraan hidup tidak hanya menjamah fisik, karena secara finansialpun ia adalah salah satu yang tidak beruntung.
Nagisa hanyalah seoarang pemuda miskin tanpa orang tua. Mulai menanggung biaya hidup dan pendidikannya sendiri sejak ia mulai hidup mandiri. Hutang yang tak kunjung surut membayangi tiap hidupnya yang sebatangkara. Karena kedua orang tuanya telah meninggal saat usia Nagisa masih 10 tahun.
---13 tahun yang lalu---
"Nagisa sayang, untuk hadiah ulang tahunmu kamu minta apa?" Tanya Ibu Nagisa dalam kelemah lembutan.
"Aku ingin oprasi kelamin mama. Aku tidak mau harus ditanya macam-macam soal kelainanku saat aku masuk SMP nanti." Harus mererima pil pahit oleh pernyataan anak semata wayangnya. Sang anak harus menerima perlakuan berbeda ketika akan mendaftarkan dirinya pada sebuah instansi umum oleh karena statusnya yang tidak jelas. Walaupun teman-temanya tidak mengetahui kelainan yang ia derita. Tapi berbeda dengan pihak guru yang telah mengetahui keistimewaan Nagisa sejak memasuki sekolah. Mereka bingung untuk memperlakukan anak ini dengan secara laki-laki atau perempuan. Tetapi karena sejak kecil orang tua Nagisa membesarkanya dengan cara Laki-laki, para guru hanya meneruskan cara ajar mereka pada Nagisa.
"Baiklah, kalau begitu kamu ibu berikan ini." Kushina menyerahkan sebuah celengan besar berbentuk katak kepada Nagisa.
"Celengan?" Tanya Nagisa heran.
"Ya, kau harus menabung untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Ingat semua hal tidak ada yang bisa kau dapatkan secara instan. Kau harus berusaha. Setidaknya untuk apa yang menjadi tujuanmu kelak. Isilah celengan ini sampai penuh. Maka apa yang kau inginkan akan menjadi kenyataan." Kata Ibunya mengakhiri.
Beberapa hari kemudian, musibah dasyat menimpa keluarga Hanazawa. Mobil yang mereka dikendarai harus jatuh kejurang yang menyebabkan keduanya meninggal ditempat kejadian. Hal tersebut sangat berdampak pada kehidupan Nagisa. Mulai saat itu ia harus tinggal di yayasan panti asuhan milik keluarga Yamamoto. Betapa berdukanya hati anak 10 tahun itu sampai akhirnya bertemu dengan ketiga sahabatnya, yaitu Haruka, Takahasi, dan Satoru .
Takahasi dan Nagisa adalah salah satu penghuni di panti asauhan, sedangkan Satoru adalah donatur tetap di yayasan. Orang tua Haruka dan Satoru sering mengajak mereka datang ke sana untuk memperkenalkan kehidupan berbagi pada yang tidak mampu sejak mereka kecil. Mereka pun tidak membatasi pertemanan anak-anaknya dengan penghuni panti asuhan. Tapi dengan ketentuan hanya sekedar hubungan pertemanan.
Hal tersebut berlaku juga untuk Nagisa yang pernah tertarik pada Haruka. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia hanya manusia cacat yang mungkin tidak dapat menikah. Sampai usia menginjak 17 tahun, Nagisa sama sekali tidak mendapati kecondongan dirinya lebih menuju jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Ia belum pernah mimpi basah, maupun haid. Walau tubuh jangkungnya lebih mengarah pada fisik laki-laki. Termasuk diantaranya adalah kurus, dan tidak memiliki buah dada. Sehingga ia tak pernah menganggap dirinya adalah seorang wanita.
Saat berusia 18 tahun ia dipanggil pengadilan untuk pengesahan jenis kelamin. Ia diberi kebebasan untuk memilih jenis kelamin yang ia kehendaki, karena hasil tes kesehatan menyatakan bahwa hormone testoteton maupun esterogen yang dimiliki Nagisa seimbang dan tidak ada yang mendominasi.
Maka Nagisa pun memilih satatus laki-laki secara hukum, dan telah diketok palu dan kemudian resmi dicetak dalam KTPnya.
Tapi rupanya Tuhan tidak memihak pendapat hakim. Beberapa hari kemudian Nagisa harus menelelan kenyataan pahit, karena salah satu oragan reproduksinya mulai berfungsi. Adalah Ovariumnya.
Ia mengalami haid untuk pertama kalinya dalam hidup. Terjadi seminggu setelah dirinya menjalani siding dan ditetapkan sebagai laki-laki. Betapa terpukulnya hati Nagisa ketika mendapati kenyataan dirinya adalah wanita disaat ia telah menyandang gelar yang selama ini ia inginkan.
Dilarang Copy Fic Ini.
Seminggu penuh Nagisa tidak keluar dari kamar. Bingung dengan kondisi yang ia alami. Ia merasa pusing, lemas, dan bahkan pernah pingsan di dapur ketika hendak memasak. Ia malu membeli benda yang disebut pembalut. Maka ia hanya menggunting kaos bekas yang dilipat persegi panjang. Kemudian menempatkanya pada celana dalam. Mungkin itu adalah pertahanan dasar seorang manusia. Karena cara tersebut tiba-tiba terpikir tampa saran dari siapapun. Walau ia sendiri memahami hal tersebut kurang efektif karena masih sering kecolongan ketika mendapati ia sudah membasahi celananya levis miliknya dengan darah.
Seminggu itu pula teman-temanya khawatir akan keberadaan Nagisa yang menghilang dari peradaban. Keempatnya masih sering bertemu karena bersekolah pada tempat yang sama, yaitu sekolah yang dimiliki keluarga Hasegawa. Harusnya mampu memepertemukan mereka dengan mudah. Tapi tidak untuk saat itu.
Satoru, Haruka, dan Takahasi pun berkunjung ke tempat sahabatnya yang hilang. Nagisa sempat tidak bersedia menerima kunjungan mereka. Satoru yang tidak sabar dengan tingkah Nagisa, langsung menendang pintu apartemen ketika Nagisa membuka sedikit pintunya.
Para sahabat berkumpul dan meminta penjelasan mengenai apa yang terjadi. Lalu tanpa pikir panjang, Nagisa langsung menangis sesenggukan di depan mereka. Mungkin sudah terlalu lelah untuk bersembunyi, atau karena factor Menstruasinya. Ia menceritakan segala permasalahan tanpa ada rahasia sedikitpun. Sama sekali tidak berfikir mengenai bagaimana reaksi mereka nanti. Ia percaya bahwa sahabatnya akan mampu menerima dirinya apa adanya. Keyakinan itu terbukti. Selesai bercerita, Nagisa langsung dijatuhi pelukan ketiga sahabatnya dengan serentak untuk memberikan semangat padanya.
~Nagisa POV~
Haruka memberikan sebuah pembalut dan menunjukan bagaimana cara memasangnya di celana dalam. Pastinya tidak mempraktekan cara memasangnya di sana. Hanya cara memasang di celana dalam. Itu pun dengan perasaan canggung dan malu menekanku sampai ubun-ubun. Aku menerima pengetahuan darinya dengan rasa syukur memiliki satu-satuya sahabat wanita yang sangat baik dan cantik. Di saat itulah rasa sayangku pada Haruka semakin besar dan juga kandas pada saat yang sama, oleh karena kesamaan gender yang kami miliki.
Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Menurut penjelasan Haruka, siklus menstruasi terjadi setiap bulan pada setiap wanita. Tapi aku tidak mendapatkanya dibulan selanjutnya, juga bulan berikutnya.
Senang, gembira, dan lega. Itu yang aku rasakan ketika mendapati tubuhku menjadi tidak jelas lagi setatusnya. Tidak masalah bagiku untuk menjadi ambigu kembali, yang penting aku bukan perempuan. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Karena sebulan kemudian siklus itu kembali datang dan menamparku untuk kedua kali.
Tidak seperti wanita normal, aku mengalaminya 3-4 bulan sekali, dan terjadi selama 6 hari. Itu pun dengan pendarahan hebat dan rasa sakit yang amat menyiksa di hari pertama dan kedua.
Bulan-bulan selanjutnya bukan Haruka yang menemaniku di saat aku harus koleps menjalani hari pertama dan kedua siklusku. Tetapi Satoru. Ya Satoru. Aku sangat malu padanya. Dan berhutang budi sangat-sangat besar pada sahabatku itu. Ia selalu menyempatkan diri datang ke apartemen kecilku sepulang kerja untuk merawatku saat dalam masa siklus. Mengompresku ketika demam, menuntunku menuju kamar mandi, tapi sama sekali aku tidak ingin menunjukan kelemahanku. Itu adalah pantangan. Ia boleh merawatku, tapi di saat yang sama aku tidak ingin ia melihat sisi kewanitaanku padanya.
Dari semua itulah hubungan persahabatan kami sedikit mengendur. Satoru lebih sering bersamaku, dan Haruka lebih sering bersama Takahasi. Hal tersebut juga terjadi karena tempat bekerja kami yang berbeda. Aku bekerja di perusahaan milik Satoru sebagai seorang akuntan. Sedangkan Takahasi menjadi sekertaris di perusahaan Haruka. Berbeda dengan Satoru yang merupakan kekasih Haruka, tentunya mereka lebih sering bertemu.
~End Pov Nagisa~
Kembali ke Nagisa yang masih mendekam di kamar mandi.
Tadi pagi ia masih heran dengan rasa sakit yang pada bagian bawahnya. Saat berdiri ia merasakan ada yang mengalir dari dalam vagina. Cepat-cepat ia berlari meuju kamar mandi. Ia takut hari ini adalah hari menstruasi.
Tapi ia merasa ini berbeda. Biasanya itu terjadi hanya pada area bawah perut atau tempat rahim berada, dengan rasa ngilu yang luar biasa. Tetapi pagi ini Nagisa merasakan sakit pada vagina dengan perih dan sakit seolah ada yang telah robek, tapi juga hangat di saat yang sama. Ia berjongkok di kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi. Bukan hanya darah yang mengalair di sana, melainkan sebuah cairan putih susu yang kental bercampur darah keluar dari dalamnya.
Sedikit bingung dengan apa yang terjadi, kemudian memutuskan menganggap ini hanya tanda-tanda awal siklusnya. Darah putih yang biasanya ada sebelum menstruasi terjadi. Dari kesimpulan tersebut, akhirnya ia menelfon Satoru untuk menyatakan absenya hari ini. Syukurlah Nagisa selalu melembur sebelum siklusnya terjadi sehingga tugas-tugas kantor tidak terlalu menumpuk setelah dua hari ia absen.
"Moshi-moshi"
("Ya, ada apa Nagisa?") Suara Satoru dalam telfon.
"Kenapa Nobi-chan? Kenapa suaramu terdengar lebih aneh dari biasanya?" Nagisa merasakan kejanggalan.
("Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit masalah dibagian pemasaran. Dan aku sudah memperingatkanmu untuk tidak memanggilku Nobita,") protes Satoru.
"Ha-ha-ha... Siapa yang merengek meminta Doraemon dan memaksakan diri memakai kacamata sejak kecil?" Olok Nagisa tersenyum sendiri, teringat akan tingkah dirinya dan Satoru saat masih berusia 10 tahun.
("Huh~ sudahlah. Apa kau menelfonku hanya untuk mengatakan kau rindu?")
"Aku absen 4 bulanan hari ini. Titip salam buat Kurenai-san."
Kurenai adalah atasan Nagisa yang juga mengurusi masalah absen pegawai. Tidak ada yang bisa meniru tindakan Nagisa yang menyuruh Direktur untuk menyampaikan absen pegawai rendah seperti dirinya.
("Baiklah, akan aku sampaikan. Tapi apa kau tidak apa-apa?") Satoru dengan nada yang lagi-lagi berbeda.
"Apannya yang tidak apa-apa, kau memaksaku minum. Dan kau tahu aku tidak bisa minum." Begitulah, Nagisa sama sekali tidak tahan dengan alkohol. Sekalinya ia minum, dia tidak akan sadar kejadian selanjutnya.
("Aku perlu kesana sekarang?") Kata Satoru datar, dan memang selalu datar.
"Tidak, tidak perlu. Aku masih baik-baik saja. Kau urusi saja masalahmu. Aku tidak mau kembali kekantor yang ada tulisan 'disita' di pintu masuknya." Nagisa mencoba mengalihkan perhatian. 'Sungguh beruntung Haruka mendapatkan sesorang seperti Nobi-chan di masa depanya.' Pikir Nagisa.
("Baiklah, aku tidak bisa ke tempatmu nanti. Jadi kau lebih baik menyiapkan makanan dan minuman di meja dekat temapat tidurmu sebelum kau istirahat. Letakan ponselmu di dekatmu. Bila ada apa-apa kau bisa menghubungiku.") kali ini dengan nada cemas.
"Ya-ya.... Baka Nobi-chan sangat perhatian padaku. aku akan melakukanya sendiri mulai saat ini. Sukur-sukur membisakan diri sebelum kau dan Haruka menikah nanti. Ya sudah, Arigatou Gozaimasu Hasegawa Sama."Lalu ia menutup telfonnya.
Nagisa lupa untuk mengatakan bahwa diapartemennya masih tertinggal beberapa dokumen. Saat memutuskan untuk menelfon Satoru kembali, ia meyadari pulsa telfonya telah habis.
Ia tidak punya anggaran dana untuk menambahi pulsanya bulan ini. Maka Nagisa memilih menunggu Satoru datang dan menyerahkan langsung dokumennya.
Nagisa muda sudah terbiasa hidup dengan uang pas-pasan. Gajinya yang tidak terlalu besar, 40% ia gunakan untuk membayar hutang biaya pendidikan kuliahnya dulu. Nagisa 18 tahun memutuskan untuk tidak lagi bergelayut di lengan Satoru dengan mencari dana sendiri untuk melanjutkan ke jenjang universitas. Dari pilihanya tersebut, Nagisa akhirnya menyetujui program dana pinjaman pendidikan dari pemerintah bagi masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan kuliahnya di Universitas swasta elit di kawasan Tokyo. Hingga saatnya ia menebus hutangaya hingga 10 tahun kedepan.
Hal pertama yang akan menjadi pertanyaan adalah kenapa Nagisa memilih Universitas elit yang hanya menyisahkan uang logam dalam dompetnya, adalah karena ia ingin membalas budi pada Hasegawa Satoru. Dengan cara bekerja di tempat sahabatnya itu.
Ia tidak bisa memesuki perusahaan elit Satoru dengan hanya bermodalkan nama Universitas abal-abal. Maka dengan tekat ia akan melakukan sekuat tenaga untuk dapat bekerja pada sahabatnya.
Satoru yang sejak kelas tiga SMA telah pindah ke London ternyata mengetahui hal tersebut, dan sempat mengajukan tawaran untuk memberikan uang pendikan pada Nagisa. Tapi ditolak Nagisa mentah-mentah karena merasa sudah telalu banyak berhutang budi pada shabatnya.
Nagisa memandang kearah sebuah lemari besar yang menjadi penyimpanan harta karun miliknya. 60 % simpanan gajinya ada di dalam sana. Bagi orang normal, 60 % gaji Nagisa hanya cukup untuk makan, biaya sewa rumah, dan trasportasi. Tapi bagi Nagisa ia bisa melakukan segalanya. Setengah lusin celengan yang kini berjajar rapi, menjadi bukti kegigihan Nagisa dalam menjalani kehidup. Mulai dari celengan kodok pertama yang diberikan sang ibu, sapai celengan rubah yang paling besar. Berikut adalah daftar celengan yang sudah ia anggap sebagai peliharaanya itu.
Si Opra Kodok : celengan Kodok besar untuk biaya oprasi kelamin.
Si Ayam goreng : Celengan Ayam besar untuk biaya pokok ketika pensiun di hari tua.
Si Ular Manda : Celengan ular besar untuk biaya buka usaha masa depan.
Si lintah Kyusu : Celengan lintah besar untuk biaya liburan ke Bali di masa depan.
Si Lebah dadakan : Celengan lebah yang kepalanya bisa di buka. Satu-satunya celengan yang bisa diambil sewaktu-waktu ketika ada keperluan mendadak.
Si Hiu : Celengan Hiu untuk membeli rumah masa depan.
Demikian daftar nama-nama dan tujuan dari celngan yang di tulis rapi dan ditempel menggunakan kertas stiker. Ambisinya mengoleksi celengan didasari pada kata-kata sang ibu tentang celengan dapat mewujutkan apa yang ia harapkan. Ia rela melakukan apapun agar dapat mewujutkan mimpinya. Walau harus makan ramen instan setiap pagi, atau hanya minum air putih pada malam hari.
Sampai saat ini Nagisa tidak pernah menyimpan uangnya dalam Bank. Gaji yang ia terima selalu disimpan dalam celengan, dan beberapa ia simpan sendiri sebagai kebutuhan sehari-hari. Tentunya kebiasaan ini di ketahui oleh seluruh teman-temanya, dan mereka hanya menggeleng-geleng dengan tingkah aneh Nagisa.
"Kenapa kalian menatapku dengan tatapan lapar. Kalian tahu aku belum gajian. Kurang beberapa hari lagi. Aku akan mengisi perut kalian semua dengan uangku. Kalian puas!" Ia berkata pada celenganya.
Sebenarnya ada satu celengan lagi yang tersembunyi di dalam lemari pakaian. Tetapi tidak peranah diisi ataupun dibuang oleh pemiliknyanya. Celengan itu masih tersimpan dalam pojok lemari paling tersembunyi. Dengan bentuk rubah dan nama Kurama in Love. Tujuan yang selama ini ia harapkan akan terjadi padanya, walau itu mustahil. Adalah celengan untuk biaya pernikahan.
Dilarang Copy Fic Ini.
Keesokan harinya.
Nagisa sedang membersihkan apartemennya ketika sebuah ketukan pintu terdengar.
"Satoru, ada apa kau pagi-pagi ke sini?" kata Nagisa setelah membukakan pintu.
"Huh, syukurlah kau baik-baik saja," Satoru berkata dan langsung masuk menuju ruang tengah.
"Lalu kau berharap aku kenapa-kenapa. Bilang saja kau mau makan gratis. Tunggulah di sini. Aku membuat sup tomat kesukaanmu." Nagisa segera melesat menuju dapur.
"Kau benar-benar dalam siklusmu kan? Kenapa kau masih bisa berdiri tegak?" Satoru mengambil Koran di hadapanya dan mulai membaca.
"Ehm, entahlah... mungkin ada kemajuan. Aku sama sekali tidak merasa sakit. Jadi kau tidak perlu khawatir lagi padaku Nobi-chan. Kau fokus saja pada pernikahanmu. Dan kau harus segera membawa Haruka pulang." Nagisa mengenakan pelindung tangan dan membawa sup panas dalam panci untuk meletakanya di atas meja di depan Satoru.
Ia berbohong pada Satoru. Ia belum mencapai siklus. Ternyata apa yang ia takutkan kemarin tidaklah terjadi. Tapi ia merasa berbohong saat ini akan membuat semuanya lebih baik. Satoru mungkin tidak akan terlalu kawatir padanya apabila ia terlihat baik-baik saja bahkan ketika ia mencapai siklus 4 bulanannya. Dan bisa lebih fokus pada pernikahannya dengan Haruka.
Dilarang Copy Fic Ini.
Satu bulan berlalu tanpa peritiwa berarti. Satoru yang kini tengah berkelut dengan pekerjaan yang tiada pernah usai, mengumpat sebal saat orang tuanya maupun orang tua Haruka yang terus menelfon dan menanyakan tentang pernikahan.
Satoru berdiri dari kursi dan memandang ke arah jendela. Laki-laki dengan perawakan tinggi 180, kulit kuning cerah, dan badan yang cukup atletis itu memejamkan mata untuk menghilangkan penat. Hingga terlihat jelas wajah tampan yang terukir dari hidung mancung, mata hitam nan tajam, alis tebal yang hampir bertaut, rambut hitam tersisir rapi, dan wajah tegas yang menyatakan pada seluruh wanita untuk jatuh cinta ketika memandangnya. Tapi tetap tidak dapat menyembuyikan ekspresi jengah yang kini tengah mendera hati dan fikiranya.
Bukan hanya orang tua, pers pun mulai bertanya-tanya tentang keberadaan Haruka yang entah dimana. Orang tua Haruka pun tidak tahu dimana anaknya sekarang. Satoru hanya mampu menjawab bahwa Haruka sedang berlibur sebelum mengakhiri masa lajang dan mengubah namanya menjadi nyonya Hasegawa. Tapi sudah hampir sebulan Haruka pergi tanpa kabar dimana dan sedang apa dia sekarang.
Kalau bukan karena desakan orang tua, Satoru lebih memilih diam dan membiarkan kekasihnya tenang dalam liburan. Karena ia sendiri terlalu sibuk dengan urusan kantor sehingga belum sempat menanyakan keberadaan sang kekasih yang hilang sejak sebulan yang lalu. Dia hanya ingin urusan dalam kantor beres sebelum Haruka pulang. Ia bahkan punya pemikiran, kalau saja Haruka datang hari ini, Satoru bersedia langsung menikahinya saat itu juga. Tapi setelah itu ia akan langsung berangkat ke kantor melanjutkan pekerjaanya.
Bukan Satoru saja yang pusing saat ini. Nagisa pun mengalami hal yang sama. Tetapi dalam konteks yang berbeda. Nagisa bagun dengan keadaan pusing menyerang. Ia tidak berani bangkit dari tidur untuk sesaat. Pertama ia mencoba meluruskan badan untuk menenangkan sayarafnya. Tapi malah membuatnya mual dan berlari menuju kamar mandi kemudian memuntahkan isi perutnya. Sudah seminggu ini Nagisa mengalami hal yang sama. Ia berfikir ini adalah dampak dirinya yang belum menginjak siklus bahkan sampai 5 bulan lamanya. Tapi juga senang dengan kondisinya yang tidak mengalami siklus menstruasi layaknya wanita. Yang harus dibayar dengan rutinitas baru yang membuat pagi harinya terganggu acara muntah-muntah tidak jelas.
Dilarang Copy Fic Ini.
"Hasegawa-sama. Apa anda sudah makan?" Kata Nagisa saat istirahat makan siang di kantor milik Hasegawa.
"Sebentar Nagisa. Kurang sedikit lagi. Kau pergilah dulu, jangan menungguku." Satoru berkata sambil tetap fokus pada komputernya. Rupanya usaha Nagisa untuk lebih sopan dalam kantor tidak di gubris oleh sang Hasegawa.
"Tidak apa-apa Nobi-chan, aku akan menunggumu sampai selesai, dan kita bisa makan bersama." Nagisa menghempaskan diri pada kursi empuk tempat penerimaan tamu di dalam ruang direktur elegan milik Satoru.
"Sudah aku bilang kau bisa-" Satoru menghentikan kalimatnya sesaat setelah memandang Nagisa. "Nagisa, apa kau sudah sarapan tadi pagi." bertanya pada Nagisa. Pemandangan di depannya membuat Satoru merasa bersalah melihat kondisi sahabatnya yang pucat dan kurus. Beberapa hari ini Satoru sama sekali tidak memikirkan apa-apa selain pekerjaan. Bahkan untuk memikirkan Nagisa, Haruka saja sama sekali tidak ia hubungi.
"Aku tidak suka sarapan. Aku hanya sarapan bila aku tidak makan malam." Jawab Nagisa sambil mempernyaman posisi duduknya diatas sofa sambil menyandarkan diri dengan nyaman. Dibading hari-hari normal, akhir-akir ini ia merasa lebih mudah lelah dan jenuh dengan rutinitasnya. Duduk di sofa empuk dikantor presedir dengan AC sejuk dan wangi khas Satoru memang sunguh paling nikmat. Itulah yang terpikir oleh Nagisa ketika mual pagi harinya langsung hilang ketika mencium harum parfum Satoru ketika mereka berpapasan di kantor. Beberapa hari ini bahkan Nagisa membeli celengan baru. Ia bermiat akan menabung demi membeli parfum milik sahabatnya itu. Walau harus menunggu sampai 6 bulan gajinya.
"Ayo pergi makan." Satoru menutup laptopnya kasar dan beranjak dari kursinya.
"Kau makan duluan saja, nanti aku menyusul. Uh... Soafamu bahkan lebih empuk di banding kasurku. Aku mau istirahat di sini saja." Nagisa menikmati istirahat siang dengan nyaman dan hendak memejamkan mata ketika ada sebuah tangan yang menarik lenganya dengan paksa.
"Kita pergi makan. Setelah itu kau boleh ke sini lagi untuk istirahat." Satoru menarik lengan Nagisa untuk membuatnya bangun dari sofa.
"Hey tadikan kau sendiri yang bilang sibuk. Sekarang giliran aku yang kehilangan nafsu makan dan ingin istirahat, kau memaksaku makan. Hasegawa-sama, lepaskan aku!" Nagisa masih memberontak di tengah perjalanan menuju kantin. Satoru tidak menggubris apa yang dikatakan sahabatnya, dan masih dalam posisi mencengkeram lengan Nagisa untuk membawanya ikut.
" Katakan! apa yang ingin kau makan." Satoru memberikan tatapan ganas pada Nagisa. dan hanya di tanggapi Nagisa dengan malas.
"Aku akan makan apa saja yang kau pesan. Terserah padamu," kata Nagisa benar-benar kehilangan nafsu makannya siang itu.
"Ramen." Satoru berkata pada diri sendiri dan hendak memesan sebelum Nagisa menghentikanya.
"Tidak, aku tidak mau ramen. Aku tidak menyukai aroma ramen akhir-akhir ini. Yang lain saja."
"Katsudon?" Satoru bertanya sekali lagi.
"Tidak, aku suka yang berkuah." Nagisa membuang muka.
Satoru merasa geram pada Nagisa. Dia sendiri yang menyuruhnya memilih, tapi malah selalu protes pada pilihannya.
"Lalu kau mau apa Nagisa?" Satoru geram pada puncak kesabaran.
"Terserah kau saja Nobi-chan."
Jawaban yang membuat otot pelipis Satoru menegang. Ia meletakan tanganya di kening. Nagisa tiba-tiba berubah menjadi mahluk yang sangat menjengkelkan. Satoru menghembuskan nafas berat kemudian memulainya lagi.
"Baiklah, Aku pesan sup tomat. Kau mau makan atau tidak terserah." Satoru hendak memesan sebelum Nagisa kembali berbicara.
"Ok, aku ikut. Sup tomat enak kok." Nagisa berkata riang. Sangat berbalik dengan Satoru yang menatapya dengan tatapan api.
Dilarang Copy Fic Ini.
Satoru dan Nagisa telah duduk berhadapan untuk menikmati makanan mereka.
"Itadakimasu" Satoru telah siap memakan makanannya ketika ia melihat Nagisa sama sekali tidak memegang sumpitnya. Ia terlihat sibuk melirik dan mengamati makanan yang akan di makan Satoru.
"Sekarang apa lagi Nagisa?" Satoru meletakan kembali sumpitnya.
"Punyamu terlihat lebih enak Nobi-chan. Lihat! kuahnya lebih banyak!" Sambil menunjuk makanan milik Satoru.
"Ini sama saja Nagisa. Coba perhatikan, dagingmu lebih banyak." Giliran Satoru menunjuk makanan milik Nagisa. Merasa sedikit konyol dengan menanggapi keanehan sahabatnya.
"Pasti pemilik kantin membuatkanmu sepesial Nobi-chan. Kau kan direktur. Hidungku mencium aroma makananmu lebih enak daripada milikku," Nagisa tidak mau kalah.
"Baiklah hen-Nagisa*. Kesinikan makananmu. Akan aku berikan makananku."
(*Henna;hengna=aneh. Hen-Nagisa = Nagisa aneh)
Satoru hanya bisa bersabar hari ini. Kelakuan Nagisa benar-benar sesuatu untuknya. Tapi ia senang ketika mendapati nafsu makan Nagisa telah kembali. Apa benar makanan miliknya lebih istimewa. Padahal kedua makanan tersebut ia secara langsung. Harusnya mereka memiliki rasa yang sama. Satoru merasa konyol untuk percaya pada omongan Nagisa yang merasa miliknya lebih istimewa.
TBC
Dream for future....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top