Apa pun Dirimu 19

Cahpter sepesial ulang tahun Satoru bagian 1


(Sebenarnya ulang tahunnya Sasuke sih. Tapi kan sudah jadi Satoru)

Buat kalian yang udah vote dan komment kemarin, berribu2 terimakasih. Selamar membaca ....

Hari ini, Satoru, Haruka, Nagisa dan Asami tengah berada dalam mobil yang melaju pada kecepatan 60 km/jam. Tujuan mereka melakukan perjalanan tiba-tiba ini adalah untuk menghibur Ibu Hamil yang kini sudah tertidur nyenak di kursi belakang. Bersandar pada pundak Haruka yang sedang memandang pemandangan hutan lebat yang mereka lewati.

Nagisa terbangun tepat saat Asami melakukan manufer terakhir untuk memakir mobil SUV Haruka dengan rapi di parkiran resort mewah di depan pantai. Yang pertama turun adalah Satoru, ia membukakan pintu untuk Haruka. Diikuti Nagisa yang sedikit kesusahan untuk keluar oleh karena perutnya, dan kesadaran yang belum pulih normal setelah bangun tidur. Asami yang telah mengunci mobil dengan baik, sigap ingin membantu Nagisa berjalan menuju pintu masuk resort.

"Tidak perlu Asami, aku bisa sendiri," tolak Nagisa halus. Kemudian ditanggapi Asami dalam dengusan kecewa.

Karena pemesanan tempat telah di lakukan Satoru secara online, dan kebetulan pemilik Resort ini memiliki hubungan kerja sama dengan Hasegawa group. Nagisa merasa seluruh rombongan menerima perlakuan yang lebih istimewa, setidaknya itu yang Ia rasakan sat mereka tengah ada di depan pantai, dan pemilik hotel dengan suka rela menemui mereka.

"Hasegawa-san," katanya berjalan perlahan dengan gaya berwibawa. Angin kuat dari pantai yang kini terlihat lebih suram karena cuaca buruk seolah menambah kesan dramatis pada orang tersebut. Berpakaian serba merah bata dan kemeja coklat muda, menabah kesan gagah yang telah tanpak pada tubuh tegapnya.

"Harada-san, selamat sore." Satoru langsung mendekat untuk mebalas penyambutan yang dilakukan sang pemilik hotel.

"Sudah lama sekali sejak kita bertemu di peresmian Hotel Quarts di Kyoto, bagaimana kabar keluarga, dan selamat untuk calon anak pertama Hasegawa-san dan Yamamoto-san."

"Terimakasih sudah menerima kami di penginapan ini," Satoru sopan.

"O iya, saya mengira kalian akan datang berdua untuk liburan, tapi Hasegawa-san rupaya melakukan double date pregnant couple, ha-ha-ha..." Harada mencoba memecah ketegangan.

Nagisa merasa orang di depannya termasuk orang yang menyenagkan. Untuk kalangan mereka pastinya.

"Ha-ha-ha, walaupun terjadi secara tidak sengaja, tapi ijinkan saya memperkenalkan kedua teman saya yang lain. Nagisa, beliau adalah pemilik resort ini, Takumi Harada. Harada-san, dia temanku, Hanazawa,"

"Salam kenal," Nagisa menundukan badan tanda peghormatan, dan disambut Harada dengan hal yang sama.

"Dan yang terkhir ada Asami," Satoru menujuk Asami untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, nama saya Asami Fuyuhiko, saya adalah suami Nagisa," perkenalan Asami langsung menyerobot perkatan Satoru, dan membuat Satoru, Haruka, dan Nagisa terkejut bersama-sama.

"Hem, baiklah. Sesuai pesanan, kami telah menyiapkan tiga kamar untuk anda sekalian." Harada memberikan instruksi pada asistenya untuk memberikan kunci. "Satu Double suite room untuk Hasegawa dan Yamamoto-san. Dan untuk Asami dan Hanazawa, masing-masing single suite room untuk mereka," kata Harada tidak menggubris kehobohongan Asami lebih lanjut. Sang aisten yang membagikan kartu kunci hotel, sedikit menahan tawa ketika memberikanya pada Asami. Dan Asami hanya dapat menunduk malu oleh kebohongan yang gagal.

Bahakan Satoru memberikan tatapan merendahkan pada Asami saat melewatinya. Membuat supir itu semakin merasa bersalah dan malu pada sat yang sama.

"Tidak pa-pa, dia memang seperti itu dari dulu. Aku sudah kenyang dengan sikapnya. Tidak usah di masukan hati." Asami semakin mengkerut hilang percaya diri, dihibur oleh Nagisa, korban kebohonganya sendiri.

~CupChocochip~

Satoru membuka pintu kamar hotel menggunakan kartu yang telah diberikan. Kemudian masuk diikuti Haruka di belakangnya.

"Hm... lumayan, seleramu bagus Haruka," kata Satoru sambil berjalan menuju jendela samping tempat tidur.

Suite room yang mereka tempati sat ini memiliki pemndangan langsung menuju pantai biru, ranjang ukuran king size, bed cover putih, dan tambahan kombinasi biru bermotif. Sebelah kiri tempat tidur, terdapat sofa ukuran sedang dengan tatanan bantal berjajar rapi dan terlihat nyaman. Juga tidak lupa televisi, DVD, kulkas, dan segala prabotan yang ditata sedemikian rupa hingga menciptakan suasana mewah tapi sederhana dalam ruangan.

Satroru masih mengawasi pantai indah yang kini terlihat mencekam di depanya. Langit-langit pantai kini telah berubah warna menjadi abu-abu khas permen kapas besar dan tebal, menggantung rendah dengan angin kecang yang mulai datang. Membuat Satoru teringat akan seseorang.

"Aku akan ke kamar Nagisa sebentar untuk membantu menata barang,"

"Ok. Aku mau mandi dulu," Haruka menaggapi santai, masih mengaduk-aduk isi koper, mencari barang yang dibutuhkan.

Satoru keluar kamar. Melangkah jarak tiga kamar dari kamarnya, dan mendapati sebuah kamar yang terlihat kosong dengan pintu yang terbuka.

"Dasar ceroboh," kata Satoru mulai masuk dalam ruangan yang hamir sama secara dekorasi, walau memang sedikit lebih sempit karena bersetatus single room. Selain itu. Pemandangan jendela kamar Nagsia menghadap kolam renang di belakang resort, bukannya pantai luas seperti miliknya.

"Hoek... Hoek."

Mendengar suara sesorang tengah muntah dalam kamar mandi, Satoru segera menghampiri dengan berlari.

"Mabuk perjalanan?" tanya Satoru seraya berlutut, dan mulai menggosok pelan punggung Nagisa yang kini duduk di depan closet sambil muntah.

"Parfum ruangan ... harumnya, um... hoek."

Satoru menekan tenggkuk Nagisa dengan sedikit kuat untuk meringakan mual.

"Lilin aroma terapi?" Satoru menghirup dalam-dalam harum ruangan yang menenyenangkan baginya, tapi tidak untuk Nagisa. "Akan aku matikan, tunggu sebetar,"

Satoru bergerak lincah untuk mematikan lilin yang telah menyala pada beberapa tempat, kemudian membuka jendela sekaligus pintu kaca pada kamar. Membuat angin kencang dari badai yang akan terjadi, menerobos kamar tanpa permisi.

Dengan bantuan angin laut, satu menit sudah sangat cukup untuk membuat kamar Nagisa tak lagi berbau parfum lilin yang meyiksanya. Digantikan udara asin air laut yang kini mendominasi. Dengan cara itu, suara muntahan Nagisa sudah tak terdengar lagi.

Lalu sebuah kilatan cahaya datang tiba-tiba, menerangi seluruh ruangan dalam sekejab mata. Membuat semua orang yang melihat, reflek memutup telinga.

DUAAAAR

Suara gutur menggelegar di temani gerimis yang langsung berubah menjadi hujan lebat. Angin kencang yang sejak tadi telah terjadi, menambah kesan menakutkan pada badai yang tengah terjadi.

"Nobi-chan!" teriak Nagisa dalam kamar mandi, menyadarkan Satoru yang terdiam menatap badai dari jendela kaca.

"Ya ...," Satoru menyahuti untuk segera bergerak menemui Nagisa.

"Kembali ke kamarmu," perintah Nagisa tiba-tiba, sat Satoru telah berdiri di belakangnya.

"Tidak apa-apa, aku di sini saja."

DUAARRRR

"KEMBALI KE KAMARMU CEPAT!" teriak Nagisa sedikit panik.

Satoru bimbang. Petir, dia tahu maksud Nagisa, tapi juga tidak bisa meninggalakan ibu hamil yang duduk di depan keloset itu sendirian dalam kondisi pucat dan lemas. Satoru berfikir cepat, kemudian berakhir dengan sebuah keputusan.

"Hup ...." Satu kali gapai, Nagisa telah berada di gendongannya.

"Satoru apa yang kau lakukan, turunkan aku!"

"Diam, dan jangan banyak bergerak."

Satoru bergerak rerlalu cepat untuk ukuran pria yang tengah menggendong seorang ibu yang hamil tua. Tidak sampai 2 menit Ia telah sampai di depan pintu kamar. Tepat sat Satoru membuka kamar Suite Room sewanya, sebuah benda melayang dan mengenai tepat di wajahnya.

Buagh.

"Dasar brensek, kau meinggalkanku pada cuaca berpetir. Dasar penghianat!" amuk Haruka si tersangka pelempar bantal di wajah Satoru, yang kini telah mendarat mulis di pangkuan Nagisa yang masih di gendongan.

DUAARRRR

"WAA..." teriak Haruka, seketika menyembunyikan diri di balik selimut lagi.

Satoru maupun Nagisa sudah tahu kelemahan sosok wanita paling berwibawa di depan mereka sejak kecil. Petir dan guntur adalah salah satu hal yang dapat membuat Haruka ketakutan, lari, dan bersembunyi. Itulah alasan kenapa Nagisa ngotot pada Satoru untuk segera bergegas menemui tunanganya.

"Satoru....." ujar Haruka lirih, memelas meminta bantuan dari balik persembunyian.

Sebelum sempat Satoru maju menolong Haruka yang ketakutan, Nagisa dalam gendongan mulai memukul-mukul dada Satoru meminta perhatian. Dilihatnya Nagisa menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangan, dan ekspresi seseorang menahan semburan lava pijar dari kuncup bibir yang semakin mengerat.

Tanpa basa-basi Satoru segera berlari menuju kamar mandi dan menurunkan Nagisa tepat di depan closet.

"Hoek ...."

Tepat waktu, Satoru bernafas lega karena Nagisa belum sempat membuat mereka berdua harus mandi lagi.

"Haruka, bisa kau matikan seluruh lilin dalam ruangan? Nagisa tidak tahan dengan wanginya," perintah Satoru sat masih berada dalam kamar mandi. Membantu memijat tengkuk Nagisa untuk meringankan rasa mualnya.

"Kau pikir aku bisa turun dari atas kasur?"

DUAAR

"AAAA...."

Satoru membuang nafas berat. Meratapi nasipnya terjebak dengan dua orang hamil yang merepotkan.

"Tunggu di sini sebentar, akan aku matikan lilinnya,"

Nagisa memberikan isyarat tangan mengusir pada Satoru sat dirinya masih membungkuk di Closet.

Satoru bergerak cepat menuju jendela kaca yang menunjukan pemandangan hujan lebat dan angin kencang yang masih terjadi.

"Ini akan lebih praktis," katanya pada diri sendiri.

"Mau apa kau Satoru, jangan bilang kau akan membukanya," kata Haruka masih di dalam selimut.

Tanpa menjawab pertanyan Haruka, Satoru langsung membuka jendela, membuat angin dasyat dan butiran hujan masuk dalam ruangan, mematikan semua lilin yang menyala, dan menetralisir wangi yang menyiksa Nagisa.

DUAAAR

"HUAAAAAAAAAAA," teriak Haruka lebih keras. Oleh kerasnya Guntur yang terdengar sat jendela terbuka.

Satoru segera menutupnya setelah melihat semua terkendali. Tentu saja kecuali Haruka yang kini mengumpat tiada henti padanya.

"Kau berensek, penghianat, bajingan, tidak tahu diri, tidak setia kawan, huuuuuu," Haruka mulai menagis dalam amarah.

Satoru mendengus lelah, lagi.

.

~CupChocochip~
.

Haruka membelakangi Satoru dalam posisi bergandengan Tangan. Sementara tangan kiri Satoru digunakan untuk menggenggam tangan Haruka erat, tangan kanannya masih berada di tengkuk Nagisa yang asik jongkok di depan closet untuk muntah. Situasi yang sangat aneh sat melihat mereka bertiga ada dalam sebuah kamar mandi resort bersama-sama. Dengan Satoru sebagai inti penjaga.

"Di sat seperti ini, aku sangat merindukan Natsume," kata Satoru dalam ratapan.

"Un,un, aku juga," sambut Haruka menyetujui.

"Huft~ poligami bukan gayaku.'' Satoru frustrasi.

"Ha-ha-ha," tawa lepas Haruka.

"Hoek ...," dibalas Nagisa dengan ketidak antusiasan.

Bersambung pada part 2

Vote💎 + Komment ya say! 🐶

Anda malas komment, saya akan lebih malas lagi untuk nulis (tidak malas saja up date 1 bulan sekali, apa lagi kalau malas? Horror😱😱😱).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top