Prolog
"Hai News melaporkan diberitakan telah terjadi kecelakaan maut di pertigaan jalan Merdeka Barat. Karena hujan deras membuat sebuah mobil tergelincir dan menabrak mobil didepannya. 2 korban tewas salah satunya seorang anak SMA yang sedang dipinggir jalan pun menjadi korban dan terlempar sejauh 5 km,"
Sementara di lain tempat...
"Melaporkan kejadian kecelakaan seorang laki-laki terjatuh di rel kereta api dan langsung meninggal di tempat dengan badan yang sudah hancur,"
_____
Padahal aku hanya ingin menyebrang jalan namun mengapa aku harus merasakannya. Saat itu sebuah mobil putih datang dengan kondisi belakang bonyok dan mobil belakang yang tak bisa mengontrol kecepatannya.
Rasa sakit itu benar-benar rasa sakit yang paling tak kuinginkan. Aku bisa merasakan tubuhku melayang dan jatuh di aspal. Semuanya terasa perih sekali. Aku tak lagi bisa merasakan kakiku. Tanganku pun yang berusaha ku angkat sudah mati rasa. Darah merah mengalir deras. Baunya yang amis bercampur aduk dengan air hujan.
Kupikir itu adalah hari terakhirku hidup. Memang ya, sudah sedari awal tidak ada yang menyenangkan dari hidupku. Monoton. Makan tidur belajar itu terus siklus yang kulakukan.
Kalau boleh Tuhan aku meminta aku hanya ingin hidup bahagia, punya teman walaupun satu saja sudah bersyukur. Dengan keluarga yang harmonis.
Aku lelah Tuhan hidup seperti ini.
Seperti sudah selesai aku menyampaikan pesan terakhirku. Terima kasih...
_____
*Brugh
"A-aw," aku memekik keras tak kala merasakan sebuah bogem mentah di pipiku
'Sepertinya aku masuk di neraka' batinku namun ketika ku membuka mataku yang kulihat bukan penampakan api merah dengan iblis menyeramkan tapi...
Sebuah pemandangan aku di tengah tengah orang yang sedang berkelahi.
Tunggu? Kok aku bisa ada disini? Kan seharusnya aku mati terus masuk surga gitu. Tapi—
"Aduh!" Sekali lagi aku memekik keras ketika seseorang tengah meninjuku. Aku yang dipukul secara tiba-tiba itu pun oleng dan terjatuh.
"Tolong... tolong..." Aku berteriak memohon kepada siapapun tuk menolong.
*Bughh
"Hoi Takemichi bangun. Kalau kau tidak bisa bertarung lebih baik tidak usah bergabung," sebuah suara memanggil Takemichi.
Aku hanya diam karena namaku bukan Takemichi. Tapi tiba-tiba sebuah tangan mengangkat tanganku. Dan...
Mitsuya?
Mengapa dia disini?
"Kau tak apa-apa?" tanyanya
"I-iya tak a-apa," jawabku terbata-bata
"Sudah kalau begitu jangan lengah ya, Takemichi," ucap Mitsuya
"I-" aku terdiam sejenak,'Takemichi?' batinku.
Aku melihat ke tanganku dan itu begitu besar dan kasar lalu melihat kebawah dan mendapati celana jeans dan baju putih dengan pinggir lengan berwarna biru.
"Oi tunggu—" aku tersentak dan melihat ke genangan air
"KOK BISA AKU DITUBUH TAKEMICHI?" Tanpa sengaja aku berteriak begitu keras.
Gak mungkin kan? Tuhan apa-apaan ini? Jangan mempermainkanku. Jangan bilang Tuhan mengabulkan doa ku dan aku masih diberi hidup ke dua.
Tapi bukan seperti ini Tuhan yang kumau.
Aku melihat ke sekeliling ku mendapati mereka masih berkelahi dan beruntungnya tempatku bukanlah tempat yang banyak di datangi mereka. Sengaja aku memojokkan diriku agar suaraku tak terdengar.
"Eh? Itu kan Kiyomasa? Kenapa disini?"
Aku segera mengikuti Kiyomasa dan ia sedang melihat kearah Draken sambil membawa pisau.
Kiyomasa berlari aku yang melihatnya pun langsung ikut berlari.
"DRAKEN AWAS!!!!!" teriakku.
*Cring
Suara gemrcik benda tajam itu pun terjatuh. Draken berhasil menghindari pisau itu dengan tangannya. Beruntungnya Draken tak ada luka sama sekali. Kulit tangannya yang keras dengan kuat menghindari dengan cepat sehingga tak ada luka sama sekali.
Aku tersungkur di tanah dan menangis melihat Draken tak kenapa-kenapa.
"Syukur... syukur...huhu..." Aku mengusap air mataku dengan kasar berusaha untuk menahan tangisan ini.
"Terima kasih Takemichi," ujar Draken di depanku.
"Dasar kau jangan cengeng bodoh. Malu dilihat orang," ucapnya lagi sambil mengusap rambutku eh maksudnya rambut Takemichi.
"Habisnya... habisnya aku takut kau kenapa-napa...hiks...hiks," jawabku sesenggukan.
Sedangkan Draken hanya tersenyum. Pandangannya melesat ke arah Kiyomasa dan segera meninju dengan keras. Membuat langsung pingsan ditempat.
Perkelahian masih berlanjut seperti di alur ceritanya. Hanya saja yang berbeda tak ada bagian Takemichi membawa Draken ke rumah sakit dan bagian Draken di rumah sakit.
Kini aku diantar Draken ke rumah Takemichi. Draken membungkukkan badannya dihadapan ku,
"Terima kasih Takemichi sudah menyelematkan nyawaku. Aku berhutang budi padamu," kata Draken
Mikey menepuk pundak Takemichi, "Takemichi terima kasih sudah menyelamatkan kenchin, aku dan Touman teramat sangat berterima kasih dan berhutang budi padamu," sambil tersenyum.
Aku hanya tertegun melihat Mikey bisa kulihat wajahnya. Senyum menunjukkan betapa pentingnya Draken baginya.
"Iya," jawabku sambil tersenyum menunjukkan rentetan gigiku.
Hari itu semuanya berjalan seperti biasa yang berbeda adalah diriku yang terjebak ditubuh Takemichi.
"Aku harus menemukan jalan keluar dari semua ini dan harus mulai membaur dengan tubuh ini," sambil berlalu dan masuk ke dalam rumah Takemichi.
•°•
Hi! Bagaimana ceritanya? Maaf ya kalo absurd masih pemula soalnya. Terima kasih sudah mau baca ceritaku ya.
Jangan lupa vote maupun komen ya karena itu sangatlah berharga. Terima kasih dan
Sampai jumpa...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top