[{Cerita Selingan} ONESHOT AU INDO!]

Kalian percaya tidak dengan cinta pandangan pertama?

Kalian percaya bahwa cinta itu tak memandang seseorang.

Bahkan yang notabene laki-laki bisa jatuh cinta pada seorang laki-laki?

Ini gila pokoknya gila. Dan Mikey berusaha menampiknya.

Awal mula cinta itu bersemi dimulai ketika ia sedang menemani adiknya Emma pergi jalan-jalan ke Pasar Tanah Abang sambil menenteng plastik berisi baju.

Sambil memegang berbagai macam warna plastik dengan wajah bersungut-sungut dan ocehan ia memegang dengan tidak ikhlas. Emma hanya tertawa kecil dan masa bodoh dengan Mikey.

Mikey terus berjalan sambil menatap marah ke arah adiknya itu.

*Brukk

"Ahh maaf..." ucap seorang dengan lembut terdengar sangat pelan. Mikey langsung menoleh melihat seorang laki-laki berambut hitam lebat dengan bola matanya berwarna biru berbeda dengan kebanyakan orang lainnya. 

Ia terperangah melihat pesona laki-laki di depannya. Begitu terlihat tampan tapi di satu sisi terlihat sangat manis berbeda dengan laki-laki lainnya. Wajahnya yang terlihat khawatir itu terlihat menggemaskan.

Plak! Mikey memukul pipinya dengan keras berusaha menyadarkan dirinya bahwa orang yang didepannya adalah seorang laki-laki. Tak mungkin ia menyukai seorang laki-laki. Ia tidak punya masalah pada seksualitasnya dan masih menyukai perempuan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki didepannya lembut. Sekali lagi Mikey terperangah dengan pesona laki-laki di depannya.

"Ya aku tak apa," balas singkat Mikey. Ia segera berlari menjauh dari laki-laki itu takut ketahuan suara jantungnya berdegup kencang kedengaran.

"Tunggu-" laki-laki itu menahan tangan Mikey. Mereka hanya berdiam diri sebelum menyadari bahwa laki-laki itu mulai menangis.

"Kau kenapa?" tanya Mikey khawatir sambil mengusap air mata laki-laki itu.

'Astaghfirullah halus banget ya ampun.' batin Mikey.

"Aku... Aku... Aku terseswatt.... Huweee... Hiks..." tangis laki-laki itu pecah. Mikey hanya diam mengedipkan matanya, bingung. Melihat laki-laki menangis di zaman sekarang ini adalah hal yang langka. Dan laki-laki menangis sekarang terlihat begitu manis.

Mikey langsung melupakan soal Emma di gandengnya tangan laki-laki itu dan dibawanya ikut bersamanya.

"Kau datang pada orang yang tepat," ucap Mikey sambil tersenyum manis berusaha menghibur laki-laki didepannya.

"Ehh serius?" tanya laki-laki itu sambil menatapnya dengan wajah melotot namun terlihat imut sekali.

"Haha ya, ayo cepatlah," ajak Mikey sambil menarik laki-laki itu semakin dekat dengannya.

Perjalanan itu dimulai...

Perjalanan menolong seseorang yang tak dikenal

Yang menghantarkan ke sebuah kisah



"Kita mau kemana?" tanya laki-laki itu. Saat ini mereka sedang berada di Pasar Tanah Abang sambil berjalan menyusuri lorong yang disekelilingnya banyak pakaian berjejer.

"Cari orang yang kamu sebutkan," ucap Mikey enteng masih memegang plastik Emma dan tangan laki-laki itu.

Laki-laki itu hanya tersenyum canggung dan menggaruk pipinya, "Anu makasih ya err..."

"Mikey." Mikey langsung menyebutkan namanya.

"Ahh Mikey?" laki-laki itu menoleh ke arah Mikey dengan raut wajah yang aneh.

"Kenapa kau ga suka?" tanya Mikey sedih.

"Enggak. Aku malah suka banget!" jawab laki-laki itu dengan mata berbinar-binar dan melompat kecil, "Aku juga mau punya nama keren kayak gitu dong!"

Mikey diam sebentar berusaha mencerna apa yang ia alami setelah itu ia tertawa melihat tingkah laki-laki itu.

Ia mengusap air matanya dan mengusap rambut laki-laki di depannya, "Namamu siapa? Biar ku buatkan nama yang keren seperti aku juga."

"Ta— ahh! Itu dia! Orangnya!" teriak laki-laki itu menunjukkan ke kerumunan orang sambil menarik tangan Mikey.

Mikey yang tangannya ditarik itu hanya bisa pasrah dan menenangkan si pria yang badannya pendek darinya.

Laki-laki itu makin membawa Mikey memasuki kerumunan itu. Mereka berdempetan dengan banyak orang dan tak sesekali laki-laki itu terkena senggolan dari orang lain karena badannya yang pendek.

"Mikey! Mikey! Dimana kau?" laki-laki itu masih menggenggam erat tangan Mikey sambil meneriaki namanya.

"Aku disini!" teriak Mikey keras sambil mengangkat tangannya satu menunjukkan keberadaannya. Namun semakin banyaknya orang ditambah Mikey menabrak troli baju membuat tangannya terlepas dari laki-laki itu.

"Mikey!" kekhwatiran melanda laki-laki itu ketika menyadari tangannya memegang angin. Ia menoleh ke kanan dan kiri namun ia tak menemukan laki-laki berambut pirang itu.

Badannya bergetar sebentar saja air matanya berkaca-kaca, ia tetap berjalan menuju arah pinggir dan menangis memanggil nama Mikey berulangkali, "Mikey ... Mikey ... Mikey ..."

Di sisi lain Mikey menendang troli itu hingga baju-bajunya terjatuh.

"HOI—" kalimat itu terhenti ketika melihat wajah Mikey yang menatapnya dengan tatapan tajam.

Ia berlari menerjang kerumunan, mendorong orang-orang yang menghalangi jalurnya demi menemukan laki-laki itu.

Mikey hanya bisa terdiam mendudukkan dirinya di sebuah tangga. Matanya masih menelusuri orang-orang yang ada di bawahnya.

"Cih!" ia mendecak kesal. Bagaimana bisa ia meninggalkan laki-laki itu sedangkan belanjaan Emma masih di tangannya. Seharusnya laki-laki itu yang ada di tangannya.

"Eh lu tadi liat laki-laki kecil pakai baju putih kedodoran sama celana jeans gak?" tanya Mikey ke orang sebelahnya, "Oh sama rambutnya tebal hitam agak bergelombang acakan gitu."

"Gatau bang ane," jawab anak remaja di sebelahnya.

"Yaudah deh," balas Mikey acuh. 

"Aduh anak siapa sih itu?" ucap ibu-ibu di sebelahnya.

"Gatau saya, orang tuanya kemana sih?" balas ibu-ibu yang merupakan temannya.

"Nangis gitu lagi. Kasihan saya," ibu-ibu itu mengangguk sambil menunjuk rautnya sedih.

"Siapa yang nangis Bu?" tanya Mikey penasaran.

"Anak bocah manggil nama Mikey Mikey gitu. Itu bapak atau kakaknya kali," jawab ibu-ibu berkulit sawo matang itu ke arah Mikey.

"Mikey? Laki-laki itu?!" Mikey segera menyadari maksud perkataan ibu-ibu itu.

"Dia sekarang ada dimana?" tanya Mikey khawatir.

"Lantai 4." jawab ibu berambut cokelat pendek itu.

Mikey segera berbalik arah dan berlari menuju lantai atas dengan menaiki tangga. Pikirannya terus memusat ke laki-laki tersebut. Kalau sampai dia kenapa-napa Mikey akan menyesal seumur hidup ditambah pula Mikey belum mendapatkan namanya.

Sesampai di lantai 2 ia menaiki lantai 3 begitu sampai ia di lantai 4. Matanya sulit menemukan laki-laki tersebut karena saat ini ia ada di bagian makanan dengan keramaian yang melebihi lantai bawahnya. Mana semua orang rambutnya hitam dan banyak dari mereka memakai baju putih.

Ia berjalan mengamati satu persatu orang yang tengah makan itu. Berjalan pelan sambil terus bergumam nama laki-laki itu.

"Mikey dimana? Huweee ... Hiks ... Hiks," Mikey segera menoleh ketika mendengar namanya dipanggil ia berlari ke arah kiri dengan banyak kerumunan dan seorang satpam 

"Hei—" teriak Mikey. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum sumringah ketika melihat Mikey, "Mikey!"

Ia berlari ke arah Mikey dan memeluknya erat. Orang-orang di sana tersenyum dan senang ketika melihat pertemuan mereka.

"Syukurlah dek dah ketemu sama abangnya," kata satpam itu menepuk pundak laki-laki itu.

Mikey terdiam sambil mengusap rambut laki-laki itu. Hatinya entah mengapa begitu sakit ketika mengetahui bahwa ia dianggap sebagai seorang kakak adik saja.

Tapi ia sadar, ia adalah seorang laki-laki mana mungkin laki-laki bisa bersatu dengan orang yang sejenis dengannya.

Terlebih di negara seperti ini, orang akan menganggap dirinya aneh dan di cap buruk.

Begitu sakit dirinya menerima fakta orang yang ia cintai adalah orang yang tidak ia kenal dan seorang lelaki juga.

"Mikey? Mikey kenapa?" pertanyaan itu membuyarkan lamunannya.

Ia menatap laki-laki itu sendu dan tersenyum sambil memegang pipinya dengan lembut, "Iya tidak apa-apa."

Sedetik kemudian ia segera memeluk laki-laki itu dengan erat, "Syukurlah kamu tidak apa-apa."

Laki-laki itu terdiam sesaat dan tersenyum membalas pelukan Mikey.

"Aku juga lebih bersyukur bisa bertemu Mikey."

Suara tepuk tangan riuh memenuhi ruangan itu. Di kala ramainya pengunjung dan pasar Mereka berpelukan melepas rindu dan kehangatan.

"Selamat ya dek," ucap salah seorang pengunjung bertubuh gempal.

"Akhirnya kalian bertemu," sahut perempuan di ujung kursi mereka berpelukan.

"Kok di pikiran ku ini berbeda ya," kata seorang remaja berambut hitam sepunggung.

Mikey melepaskan pelukannya dan membawa laki-laki itu menjauh dari kerumunan itu. Ia menarik laki-laki itu dan menyembunyikan wajahnya ketika menyadari gelagatnya yang malu malu itu.

Mikey hanya terkekeh kecil. Ia membawanya ke lantai 3. Kali ini Mikey yang memegang erat tangan laki-laki itu agar tidak terpisah.

"Mikey lapar..." kata laki-laki itu sambil memegang perutnya.

"Kenapa gak bilang dari tadi? Biar kita makan di sana?" tanya Mikey.

"Malu ah di lihat banyak orang nanti tadi aja kita mereka tepuk tangan riuh padahal kan cuman pelukan aja," jelas laki-laki itu.

"Hahaha yaudah ayo makan di bawah aja," usul Mikey.

"Yaudah hayukk~ aku mau mie ayam! Kalau Mikey?" tanya laki-laki itu.

"Sama, aku suka mie ayam soalnya," balas Mikey sambil mencubit pipi laki-laki itu.

"Kok kita bisa sama? Jangan-jangan jodoh lagi? Ahahahaha ..." kelakar laki-laki itu.

'Aku harap begitu.' batin Mikey memandang laki-laki itu.

"Gak canda kok maaf ya Mikey, kalau gak nyaman sama candaan aku." ujar laki-laki itu.

"Gak aku ga masalah kok." Jawab Mikey namun dalam hati ia nyaman bila dikatakan mereka jodoh.

Plak! Mikey menampar wajahnya. Apa-apaan ini Mikey tidak boleh berpikir yang tidak-tidak.

"Ehh? Mikey kenapa?" tanyanya khawatir sambil memegang pipi Mikey yang merah.

"Gak kenapa-napa," Mikey menarik tangan laki-laki itu, 'Tolong jangan buat aku makin menyukaimu.' batin Mikey memandang laki-laki itu dengan tatapan sedih.

Mereka segera pergi dan memesan dua mangkok mie ayam. Mereka makan dengan lahap karena sudah lapar dari tadinya.

"Mikey? Dapat nama sebagus itu darimana?" tanya laki-laki itu, "Mirip nama-nama yang kek geng-geng gitu."

"Emang iya kok. Aku punya geng," sahut Mikey.

"EHH?" laki-laki itu bangkit dan mengerjap matanya syok.

Mikey tertawa keras ketika melihat laki-laki itu syok. Baginya itu terlihat lucu dan menggemaskan.

"Nama gengnya apa?" tanyanya setelah duduk kembali. Ia mendekatkan kursinya ke Mikey.

"Touman." balas Mikey tersenyum sombong sambil mengusap hidungnya.

"Eeeehhh? Aku mau ikut masuk Touman dong!" pinta laki-laki itu menarik ujung kain Mikey.

"Aduhhh gimana ya?~" Mikey mengejeknya. Ia meletakkan tangannya di pipi sambil berpura-pura berpikir,
"Gak ah. Emangnya kamu bisa apa?"

Laki-laki itu langsung cemberut dan menukik alisnya tajam. Ditatapnya Mikey tajam sambil menggembungkan pipinya.
Mikey yang melihat itu langsung memerah padam dan mengalihkan pandangannya.

"Kau kalah! Aku menang! Yeey!" sorak laki-laki itu.

"Eh? Kalah apaaan?" tanya Mikey.

"Game tatapan mata." sahut laki-laki itu.

"Dih curang mana bisa begitu!" elak Mikey tak terima.

"Gamau kamu kalah aku menang hahahaha!" ejek laki-laki itu.

Mikey menggelitik badan laki-laki itu, "Ulang lagi gak atau aku gelitik terus nih!"

"Ga mau bwee,"laki-laki itu makin memanas-manasi Mikey dengan memelet lidahnya.

Mikey juga makin menjadi-jadi menggelitik laki-laki itu dan laki-laki Itu pun tak bisa menghentikan tawanya.

"Udah ..." lirihnya pelan sambil mengusap air mata.

"Oke!" Mikey menelan ludah ketika melihat laki-laki itu yang begitu uhuk sedikit uhuk menggoda uhuk itu.

Wajahnya yang memerah dengan nafas tersengal dan air matanya membuatnya uhuk Mikey malah berpikir uhuk yang uhuk positif.

"Balik yuk!" Mikey menarik tangan laki-laki itu.

"Kwmana?"tanya laki-laki itu masih memakan mie ayam nya.

"Ya bantuin kamu lah," jawab Mikey tepuk jidat. "Eh kamu punya hp gak? Kenapa gak nelpon aja?"

"Hape? Oh iya ya. Astaga aku kok ga ingat ya ..." Laki-laki itu menepuk jidatnya sedangkan Mikey hanya ber- sweetdrop saja.

"Kau ini bagaimana sih?!?!" Mikey menatapnya kesal dan mencubit pipinya kasar karena gemas (kesal).

"Hweeehehehe mwaaf Mikey," laki-laki itu hanya cengengesan saja. Ia mengambil hpnya di kantong dan mencari nama seseorang.

"Halo," panggilan berasal dari laki-laki itu, "Kau dimana? Aku disini di luar menjauh dari pasar dekat parkiran depan gedung berwarna merah lagi makan mie ayam sama Mikey. Nama mie ayamnya Pehyan & Pahcin. Iya ... Iya aku tunggu,"

"Sudah?" tanya Mikey.

"Sudah hehe makasih ya Mikey dah bantuin aku selama ini. Maaf banget selama ini aku ngerepotin Mikey." laki-laki itu mulai terisak lagi.

"Kamu kenapa menangis? Jangan nangis dong," Mikey merapikan rambut yang menghalangi wajah manis laki-laki itu.

"Habisnya aku mau berpisah sama Mikey," lirih laki-laki itu.

"Sudah sudah jangan nangis ..."  Mikey memeluk pria itu dan mengusap punggungnya hangat.

Mereka berdiam diri lalu tertawa bersama. Membicarakan banyak hal. Mikey melupakan kalau sebentar lagi ia akan berpisah dengan laki-laki yang telah menarik hatinya.

Laki-laki itu juga melupakan hal yang sama bahwa sebentar lagi ia akan berpisah dengan orang yang telah membantunya ini.

Mikey juga menceritakan soal geng motornya Touman. Dan laki-laki itu menatapnya dengan wajah berbinar-binar.

Entah mengapa di pikiran Mikey laki-laki ini terlihat seperti anak kecil yang dengan mudahnya menunjukkan ekspresi wajahnya dan juga tingkah polosnya ketika ia berkata kasar.

Seandainya ia seorang perempuan Mikey akan langsung melamarnya tanpa basa-basi. Tapi didepannya ia adalah seorang laki-laki.

Tuhan semoga jodoh saya kayak dia begitu doa Mikey.

"Permisi ..." suara seorang perempuan menganggu waktu berharga antara Mikey dan laki-laki itu. Ia mendecak kesal menatap perempuan itu.

"Eh? Hina?" perkataan laki-laki itu membuat Mikey heran.

"Michi ... Akhirnya ketemu. Aku sudah cari kamu kemana-mana. Tanya ke orang-orang. Bolak balik naik dari lantai 1 sampe ke lantai 4. Bahkan minta ke satpam sama orang yang menangani anak hilang," jelas Hina.

"Anak hilang? Tapi aku bukan anak-anak!" laki-laki itu menatap jengkel tidak terima.

"Maaf aku gak tahu lagi harus ngapain," ucap Hina, "Ini siapa?"

"Mikey orang yang telah menolong aku selama ini," jelas laki-laki itu sambil memeluk Mikey.

"Oh begitu salam kenal aku pacarnya dia,"

Deg—

Tiba-tiba saja Mikey seakan tersengat aliran listrik. Waktu seakan berhenti perkataan itu terus menerus terngiang dalam otaknya. Mengetahui orang yang ia sukai ternyata telah memiliki kekasih dan cantik. Mana mungkin laki-laki ini memiliki seorang kekasih. Laki-laki yang menurut Mikey polos ini punya pacar? Ia  menatap perempuan di depannya.

Mikey tersenyum lalu membalas jabat tangan perempuan itu, "Salam kenal aku Mikey, orang yang telah menolong pacarmu."

"Baiklah terima kasih untuk semuanya Mikey. Kini saatnya aku pulang." pamit laki-laki itu beranjak pergi.

Jangan pergi

Jangan pergi

Jangan pergi

Aku masih ingin bersamamu

Laki-laki asing yang telah membuatku jadi seperti ini

Nama

Setidaknya izinkan aku mengenal namamu

"Tunggu, namamu siapa?" Mikey menahan tangan laki-laki yang akan pergi itu.

"Takemichi. Hanagaki Takemichi." balas laki-laki itu sambil tersenyum.

"Baiklah Takemichi. Hati-hati di jalan." Mikey melepaskan tangan laki-laki itu ah tidak- Takemichi. Kini sekarang ia mengetahui namanya Takemichi.

Mikey juga ingin beranjak pergi dari sana sebelum Takemichi memeluknya erat dari belakang, "Mikey kaulah pahlawanku berkat kau, aku belajar banyak hal. Walau sebentar aku sudah sebahagia ini bersamamu, jadi terima kasih."

Mikey terdiam. Ia melepaskan pelukan Takemichi, "Iya aku juga, Takemichi."

Mikey berlari meninggalkan Takemichi dan Hina. Air mata mulai mengalir deras. Isakan kecil kini berganti isakan yang lebih keras dan menyayat hati.

Ia senang akhirnya ia mengetahui nama laki-laki itu namun ia sedih dan begitu sakit ketika mengetahui bahwa laki-laki itu telah memiliki seorang kekasih.

Ia bodoh kenapa saat itu ia malah menyuruhnya mencari lewat HP seharusnya jika ia tak menyuruhnya ia mungkin memiliki waktu bersama yang lebih lama.

Tapi lebih bodohnya lagi kenapa saat itu ia menolong laki-laki itu. Gara-gara laki-laki itu ia merasakan rasa cinta yang pahit.

Tidak— ia harusnya bersyukur karena berkat laki-laki itu ia mengenal apa itu cinta. Laki-laki itu yang berhasil membuatnya menangisi kepergiannya.

Laki-laki itu yang membuatnya bersyukur karena bisa ikut adiknya ke tempat ini.

Laki-laki itu yang membuatnya memiliki pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan.

Terima kasih juga Takemichi kau mengenalkan ku apa itu cinta. Meski kau telah memiliki seorang kekasih. Rasa ini takkan pernah pudar. Kiranya engkau menjadi ukiran di hatiku.

"Mana mungkin tolol. Dia laki-laki sedangkan aku laki-laki. Tuhan takkan merestui kami," ucap Mikey sambil mengusap air matanya dan melenggang pergi.

|Tamat|











Hayo ada yang kira aku update chapter 4? Maaf ya kalian salah. Aku lagi kena writer block jadi stok ideku lagi kosong.

Tapi nih ya aku malah kepikiran ide lain. Cerita lain. Jadinya kupikir dah lah up cerita lain dalam bentuk oneshot gitu.

Menurut kalian cerita ini gimana? Aneh ga sih? Kek apaan gitu gak?

Kalau kalian nunggu cerita ku yang Apakah Ini Cinta?  maaf belum tau up jadi sebagai gantinya aku ganti cerita oneshot ini.

Eh btw AU tuh kek gini kan?

Makasih ya semuanya. Kalau suka boleh kali klik vote. Kalau bisa komen juga. Hehe.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top