4
Hai! Ada yang kangen cerita ini? Ah sebelumnya maaf banget sebesar-besarnya kepada kalian aku ghosting cerita ini dengan tidak kasih kabar.
Sebagai gantinya aku buat chapter lebih banyak tapi kupikir mungkin ini masih kurang.
Maaf banget gak update ada beberapa masalahnya dan salah satunya ideku tiba-tiba hilang jadi aku harus putar otak. Setiap malam selalu berimajinasi agar mengembalikan ide ceritanya lagi.
Makasih buat yang sudah nunggu...
Hanma yang tiba-tiba begitu saja mengambil Chiki membuatku tersentak kaget. Mengapa ia mengambil Chiki itu? Apa dia mau membelinya untukku?
Sebaiknya aku kabur saja meninggalkan Hanma. Biarkan saja soal Chiki yang ingin ku beli tadi. Aku langsung bersembunyi balik tubuhnya dan mulai berjalan pelan sedikit membungkuk untuk tidak terlihat darinya.
*Grep
"Ayo mau kemana?~" Hanma menarik tanganku dan menyeretku ke kasir. "Chiki mu masih ada di aku setidaknya ambil dulu baru pergi."
"Ah-iya oke makasih..." aku mengusap tengkukku menetralkan rasa gugup dan takutku.
"Nah ambil." ia menyodorkan sebuah kemasan ringan berwarna kuning yang mendominasi itu.
Kami berjalan keluar bersama secara beriringan. Aku memainkan kedua tanganku tidak nyaman. Aku sesekali melirik ke arah Hanma yang juga menatapku rupanya.
"Ke-kenapa Hanma?" tanyaku gugup.
"Tidak ada apa-apa," jawab Hanma acuh.
Aku hanya diam sambil mengangguk kecil saja dan kembali menatap ke depan, "Kalau begitu aku balik dulu ya."
"Eitss... Mau kemana?" Hanma menarik tanganku membuatku kehilangan keseimbangan dan nyaris terjatuh sebelum ia memegangku.
"Dasar lemah sekali sih kau. Jika kau ikut berkelahi melawan musuh lain ku yakin kau akan mati duluan karena refleks kau kurang." terang Hanma sembari melepaskan tangannya dariku.
"Tanganmu juga kenapa kecil sekali dan halus. Bagaimana bisa bertarung kau? Atau kau memang tidak bisa bertarung ya? Pantas saja tanganmu halus wong tidak pernah bertarung." lanjut Hanma mengejekku.
Aku hanya diam saja tanpa menimpali perkataannya itu. Ya memang sebagian besar itu benar. Wong Takemichi selalu jadi bahan samsak tinjunya geng Kiyomasa.
"Daripada kau daritadi cerocos terus kenapa tidak ajarkan saja aku bertarung," balasku iseng.
Hanma tampak berhenti sesaat sebelum ia menatapku dengan senyumnya yang mencurigakan. "Boleh juga tuh."
Aku diam sebentar dan mengernyitkan alis. Tidak mungkin kan Hanma mau melakukan ide gila ini. Secara kita berdua adalah musuh. Dan sebentar lagi akan ada perkelahian anak Touman dan Vallhala.
"Tidak usah Hanma. Aku hanya bercanda," kilahku sambil mengibaskan tanganku di depan wajahku.
"Tidak masalah kalaupun kau dikeluarkan dari Touman ada aku akan menampung mu," balas Hanma santai.
Aku menggeleng cepat. Justru masalah akan semakin runyam tahu teriakku dalam hati tidak bisa mengucapkan secara langsung.
"Tidak tidak tidak pokoknya tidak. Aku pergi dulu, jaa nee," aku berlari meninggalkan Hanma seorang diri yang berusaha menahanku pergi. Lebih baik pergi saja meninggalkannya.
'Kenapa sih aku disuruh harus mengawasi anak ini oleh Kisaki. Kulihat ia lemah sekali masa dibilang pahlawan oleh Kisaki.' batin Hanma menatap kepergian Takemichi dan segera berbalik meninggalkan tempat itu.
Justru aku ingin bilang padamu Hanma salah besar kau berkata seperti itu. Janganlah menilai seorang dari luar saja. Kita tidak tahu bukan kemampuan Takemichi sesungguhnya?
________
Aku menatap ke arah luar jendela. Hari ini tidak ada tanda-tanda aneh dari Hanma. Kupikir ia sudah melupakan kejadian kemarin.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Takemichi?" tanya Akkun yang sekarang duduk di sebelahku.
"Tidak ada," balasku masih menatap jendela.
Author POV
Akkun menidurkan dirinya dan menggunakan tangannya sebagai penopang kepalanya. Menatap Takemichi lekat. Entah apa yang membuatnya semakin sering menatap Takemichi. Baginya ada suatu daya magnet yang terus menerus membuatnya sulit mengalihkan perhatiannya.
Wajah Takemichi yang terlihat tenang namun ekspresi matanya serius membuatnya terlihat lucu. Cukup aneh untuk kalangan seorang laki-laki. Tapi itu yang dilihat Akkun.
"Disini ada yang namanya Takemichi?" tanya seseorang membuat Takemichi mengalihkan pandangannya ke arah sang laki-laki.
"Siapa kau?" tanya Akkun menatap tak suka namun penasaran dengan laki-laki itu.
"Hoi siapa kau?" tanya kembali oleh Makoto dan bergaya layaknya berandalan
"Berhenti Makoto dia Kazutora, seorang nomor dua di Vallhala," jelas Yamagishi semangat.
Takemichi tercengang melihat kedatangan Kazutora yang mendadak ini.
"Bisa ikut aku sebentar?" tanya Kazutora tapi dibandingkan pertanyaan ini lebih ke pemaksaan.
"Umm... Ba-baiklah," Takemichi segera bangun dan berjalan ke arah Kazutora. Ia melambaikan tangan kepada teman-temannya dan mengikuti Kazutora pergi.
"Apa yang kau perbuat? Sehingga Hanma memintaku untuk datang menjemputmu?" Takemichi terkejut dan refleks berteriak.
Kazutora yang melihat reaksi Takemichi tertawa kecil merasa lucu melihat ekspresi wajah Takemichi.
"Dia kenapa menyuruhku? Aku tidak ada masalah apa apa sama dia? Bilang padanya aku tidak bisa. Aku sibuk-"
"Bilangnya langsung di bawah saja. Dia sudah menunggu di bawah soalnya," sela Kazutora.
Aku menutup mataku dan membuang nafas. Habis sudahlah nyawa Takemichi. Ia menjadi seperti mayat hidup yang berjalan. Entah mengapa ia mudah sekali takut dan menurut begitu saja.
"Takemichi?" panggil Hanma ceria ketika melihat Takemichi dari kejauhan, "Kita akan latihan berkelahi bersama. Yeey!"
Takemichi hanya memutar bola matanya dan menatap Hanma acuh, 'Habis sudah aku kalau ketahuan Mikey bersama musuh.'
"Ayo naik bersamaku," ajak Hanma. Takemichi menaiki motor itu. Mari kita pikirkan kembali rencana yang akan Takemichi lakukan. Ia bisa mengambil celah dari kejadian saat ini dengan mencari informasi melalui Hanma. Sembunyi-sembunyi saja pasti takkan ketahuan Mikey.
Takemichi terus memperhatikan jalanan disekitarnya. Terasa begitu asing di matanya. Ia menatap Hanma yang tengah serius entah apa yang ia pikirkan saat ini.
Perjalanan terasa cepat kini mereka telah sampai di sebuah gang sempit. Takemichi agak sedikit merinding melihat tempat tersebut. Ia menatap Hanma tak percaya dan berusaha mencari kejelasan. Tapi hanma hanya tersenyum sambil menaikkan kedua alisnya.
Takemichi turun dan berjalan mengikuti Hanma dengan Kazutora dibelakangnya.
Suara becekan dan keretakan menghiasi sunyinya perjalanan mereka hingga sampailah mereka di sebuah halaman kosong yang luas sekali dengan beberapa barang rongsokan bertebaran.
"Woah keren!" puji Takemichi melihat sebuah halaman luas yang indah dengan pohon-pohon menghiasi pinggirnya.
Hanma hanya terkekeh kecil sedangkan Kazutora menatapnya heran. Padahalkan ini hanya halaman saja apa yang keren, batin Kazutora.
"Baiklah hari ini kita akan belajar berkelahi secara dasar dulu," Hanma memberi instruksi menyuruh Takemichi mengikutinya.
"Pertama buat sikap kuda-kuda dulu, buka kedua kaki selebar bahu. Kekuatanmu bertumpu di kaki bawah. Saat ada musuh datang gunakan kedua tanganmu untuk menghalau si lawan mengenaimu," jelas Hanma sambil mempraktekkannya.
Takemichi mengangguk antusias. Ia menatap Hanma dengan mata berbinar-binar. Tangan kurusnya mengikuti gerakan Hanma yang sedang mempraktekkan cara meninju.
"Salah!" Takemichi bergidik ngeri melihat Hanma yang tengah menatapnya dengan tatapan mengerikan.
Hanma memukul kaki Takemichi kencang membuatnya terjatuh.
"Ahhh... Hanma-san kenapa menendang ku. Apa lagi yang salah?" tanya Takemichi cemberut. Ia melihat Hanma dari bawah dan segera bangun sembari membersihkan debu di pakaiannya.
"Lihat aku tendang saja langsung jatuh. Bagaimana bisa kau bertarung melawan geng ku nanti?" tanya Hanma lebih ke meremehkan.
"Tidak tahu," Hanma menatap Takemichi yang sedang sedih dengan bibirnya yang ia manyun kan. "Lagipula untuk apa kau membantu musuhmu sendiri?"
"Entah, setan apa yang merasukiku sehingga mau membantu orang sepertimu itu," balas Hanma asal.
"Ih hanma-san kenapa begitu sih, kan aku butuh jawaban," ujar Takemichi kesal. Ia membuang muka dari Hanma dan kini matanya menatap Kazutora.
"Are Kazutora-kun kenapa tidak ikut latihan berkelahi bersama kami?" tanya Takemichi heran sambil menunjuk Kazutora.
"Humph... Aku sih kan sudah kuat makannya aku tidak perlu lagi latihan," pongkah Kazutora sembari membusung dadanya, bangga.
Takemichi hanya tertawa kecil saja dan menghendikan bahu. Ia kembali melihat Kazutora dan tersenyum kecil, "Wahh Kazutora-kun keren sekali! Kapan-kapan aku ingin melawanmu."
Kazutora tersenyum sumringah ketika mendapat pujian itu. Ia makin menjadi-jadi tuk memamerkan kehebatannya itu. Hanma hanya menatapnya datar sesekali ia menimpali perkataan Kazutora dengan ejekan candaan. Dan Takemichi yang mendengarnya hanya tertawa saja.
Latihan itu berjalan kembali. Takemichi masih sering dipukuli Hanma karena salah ancang-ancang atau Kazutora yang membantunya dan sekedar melihatnya saja.
Sekali pada waktu itu Takemichi melupakan dirinya yang begitu dekat dengan musuhnya ini. Ia terlihat begitu bersenang-senang dengan 'teman-temannya' ini dan melupakan fakta kalau saat ini sedang di dalam kandang singa. Begitu naifnya Takemichi.
Hari sudah sore. Matahari kini mulai lelah sudah menunjukkan dirinya selama ini dan waktunya ia tidur. Langit berwarna merah kekuningan menghiasi luasnya langit dengan awan putih sebagai penambahnya.
"Haaah... Ha-Hanma sudahhh..." kata Takemichi sambil meraup nafas panjang. Badannya bergetar di tanah ketika diserang Hanma dari belakang dan ia gagal menangkisnya.
"Ayo mari ku bantu," Hanma menarik tangan Takemichi pelan dan membersihkan pakaian Takemichi.
"Terima kasih," ungkap Takemichi dan ikut membersihkan pakaiannya.
"Iya sama-sama," jawab Hanma sekenanya.
"Sekarang waktunya pulang," ajak Kazutora. Mereka bertiga segera bersiap-siap dan menuju ke motor yang telah mereka parkir di pinggir.
Hanma sudah siap dengan Takemichi di belakangnya yang sudah siap.
"Siap?" tanya Hanma.
"Siap!" jawab Takemichi tak kalah semangat.
"Pegang erat-erat kalau tidak mau jatuh," lanjut Hanma mengerjai Takemichi.
"Hah?" Takemichi yang mendengarnya pun refleks memegang erat Hanma.
"O-oi lepaskan, aku masih normal suka dengan wanita nanti orang salah kira," ujar hanma kesal memukul tangan Takemichi.
Takemichi hanya tertawa kecil dan melepas pelukannya itu. Mereka mulai perjalanan pulang.
"Nee... Hanma-san ada alasan kau melakukan hal ini? Jujur aku masih bingung denganmu yang tiba-tiba mau mengajariku." tanya Takemichi di tengah perjalanan.
"Tidak ada. Saat itu aku hanya ingin berbelanja dan tak sengaja bertemu denganmu dan aku membantumu. Tapi saat aku melihatmu sungguh kau benar-benar diluar ekspetasi ku. Makanya karena sebentar lagi kita akan berkelahi aku ingin mengajarmu berkelahi agar saat berkelahi nanti kau jadi lawan yang seimbang," terang Hanma.
Takemichi hanya berdiam diri saja, "Sebenarnya aku ingin bertanya apa sih alasan kalian berdua saling berkelahi? Maksudku bukannya jika kita berkelahi yang ada malah membuat tubuh terluka dibandingkan berkelahi bukannya lebih baik kita berdiskusi saja?"
"Kau tahu Takemichi, berkelahi itu menunjukkan seberapa kuatnya kita. Sebagai laki-laki sejati dinilai dari kekuatannya. Semakin kuatnya kau maka kau akan dihargai." balas Hanma sambil tersenyum memandang jalanan.
"Hahaha tidak bagiku. Laki-laki sejati menurutku ketika kita bisa menahan emosi dan tidak menggunakan kekerasan sebagai solusi dari masalah. Malah bagiku lelaki akan terlihat laki-laki sejati jika ia menggunakan kekuatannya untuk melindungi orang yang ia sayangi," sahut Takemichi tersenyum manis.
Hanma menatap Takemichi dari balik spion. Wajah Takemichi yang tertimpa sinar matahari terlihat sangat cantik ditambah dengan senyuman yang ia tujukan begitu menawan dan indah.
Hanma sempat tertegun sesaat melihat Takemichi. Motor yang ia kendarai nyaris saja menabrak bahu jalan sebelum Takemichi meneriakinya.
"Hanma-san!" teriak Takemichi sambil menepuk keras pundak Hanma.
"Ehh ma-maaf!" gumam Hanma.
Hanma menatap jalanan. Dengan wajah yang terlihat sedih, 'Kalau kayak begini aku tidak yakin untuk mengikuti perintah Kisaki.'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top