3
"Tunggu ya. Aku ukur dulu," Mitsuya mengambil alat ukurnya untuk mengukur badan.
"Maaf," ia melingkarkan tangannya ke pinggang untuk mengukur pinggang.
"Kenapa harus minta maaf Mitsuya?" tanyaku
"Takutnya kamu tidak nyaman," balasnya.
Aku hanya tertawa mendengar perkataan Mitsuya, "Santai saja toh aku kan laki-laki. Bukan masalah apalagi kita teman. Tidak usah sungkan-sungkan."
Mitsuya menjadi salah tingkah, ia tertawa hambar, "Ah iya juga, tapi Takemicchi ngomong-ngomong ukuran pinggang mu kecil sekali mirip perempuan?"
"Heh? Enak saja dia— maksudku aku ini laki-laki tau!" bentak ku dengan mengentak kaki.
"Hahaha... Lihat saja marahmu saja mirip perempuan yang sedang ngambek," ujar Mitsuya meniruku dengan menggembungkan pipi juga.
"Jangan sok tahu! Sudahlah sehabis itu apa lagi?" tanyaku berusaha menghentikan pembicaraan ini.
"Aku ukur tinggi mu dulu ya," ujar Mitsuya sambil tersenyum
Author POV
'Wangi sekali rambut Takemicchi ini' batin Mitsuya masih mengendus aroma jeruk dari rambut Takemichi.
"Kau pakai shampoo apa? Kok wangi sekali?" tanya Mitsuya.
"Pakai shampoo biasa saja. Emang kenapa?" tanya Takemichi polos mendongak menatap Mitsuya.
'Manis— eh apa sih yang kubilang?' batin Mitsuya mengerjapkan matanya karena melihat Takemichi menatapnya.
"Ah-eh- uh gak kok. Cuman nanya aja. Aku juga pengen beli," ucap Mitsuya salah tingkah.
"Are? Mitsuya kok merah begitu wajahnya?" tanya Takemichi mendekatkan wajahnya dengan berjinjit.
'Cih apaan sih aku ini. Kenapa aku malu-malu dengan Takemicchi,' batin Mitsuya berusaha mendorong Takemichi.
"Su-sudah selesai pengukurannya. Sekarang pulang!" perintah Mitsuya.
"Pulang?" tanya Takemichi heran, "Gak ah. Aku masih penasaran sama Mitsuya kenapa wajahnya merah?" lanjut Takemichi.
Ia kemudian berjalan menuju tempat jahit lalu berkeliling melihat-lihat anak-anak lain sedang sibuk menjahit pakaian.
"Bagus sekali! Mitsuya aku mau model kayak gini dong!" teriak Takemichi dari tempat menjahit seorang gadis berkacamata menunjuk bahan pakaian yang sedang ia jahit.
Mitsuya hanya menggelengkan kepalanya, "Ini baju yang kubuat adalah baju anggota Touman. Jadi harus sesuai, tapi kalau kamu mau kayak begitu bisa. Nanti aku buat khusus."
"Siap!" ucap Takemichi sambil tersenyum manis.
•••
"Terima kasih ya Mitsuya! Tidak perlu repot-repot mengantarkanku juga kali," ujar Takemichi seraya memberi senyum manis.
"Iya Takemicchi," balas Mitsuya ikut memberi senyum sambil melambaikan tangannya ke arah Takemichi.
Takemichi segera berlari memasuki kamarnya membuat sang ibu terlihat bingung akan anak satu-satunya itu.
Takemicchi menutup pintunya rapat-rapat. Ia segera mendudukkan dirinya di kursi meja belajar dan mengeluarkan semua foto yang ada di kantong celananya.
Pertama foto Akkun kedua foto Takemichi yang tengah tertidur pulas dan ketiga foto Kisaki. Ia melipatkan kedua tangannya. Dahinya berkerut dan bibirnya ia manyunkan.
Tapi hei kawan bukannya terlihat seperti sedang berpikir di wajah Takemichi malah tampak imut dan terlihat seperti orang ngambek.
Dia masih ingat kata-kata terakhirnya yaitu mencari tahu alasan Mikey dan Akkun menjadi jahat lalu hentikan kematian Baji.
Takemichi mengambil buku khususnya untuk mencatat dan menulis sesuatu.
Oke! Langkah pertama ia akan menyelamatkan Baji terlebih dahulu disisi lain ia akan mengawasi Mikey maupun Kisaki. Sementara ia harus berbaur dahulu lalu diam-diam mencari informasi.
Takemichi menyelipkan foto-foto yang ada di kantong celananya.
Ia melihat ke kalender dan melihat tanggal sebelum arc Valhala akan datang.
Oh no
Oh no
Oh no
No
No
No...
"APA?!" teriak Takemichi reflek langsung memukul mejanya keras.
Hati Takemichi serasa dihantam palu ketika membaca angka tersebut.
Sekitar 3 hari sebelum arc Valhala akan dimulai. Kakinya langsung lemas seketika dan terduduk di lantai.
Gimana nih?
3 hari bukan waktu yang sebentar.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ia bangkit dari duduknya dan berputar-putar sambil memijit pelipisnya yang sakit. Matanya berputar kesana kemari mencari ide atau apapun itu yang bisa membantunya terlepas dari masalah ini.
Takemichi menghela nafas berusaha menenangkan diri. Tapi apa daya otaknya tidak bisa berpikir terlalu banyak.
Ia langsung tidur pikirnya mungkin jika aku tidur ide akan datang.
Pagi hari telah tiba, Takemichi terbangun dari tidurnya dan bersiap-siap ke sekolah. Setelah selesai mandi dan sarapan ia bergegas ke sekolah.
Suasana di sekolah tidaklah berbeda hanya saja entah mengapa Akkun seharian penuh melihatnya terus. Ketika bertanya ia hanya tersenyum dan berkata, "Kau manis." ujarnya.
Tapi Takemichi butuh jawaban bukan pujian. Lagipula pertanyaan dengan jawaban begitu kontras.
Takemichi berjalan kembali memasuki kuil Musashi ia sudah pulang dan kini telah memakai seragam Touman. Seragam ini cukup pas meski ada beberapa bagian longgar tapi tidak masalah karena seiring waktu tubuhnya akan bertumbuh.
"Selamat siang Takemicchi," sapa Mikey dengan senyum manisnya.
"Yoo Takemichi," sapa Draken ikut tersenyum.
Takemichi hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Ia berjalan memasuki grup itu dan ikut berbincang.
Disela-sela pembicaraan sesekali ia mencuri informasi tentang Baji.
"Kok aku rasa sepertinya orang yang ada disini sedikit ya? Ngomong-ngomong dimana orang yang berambut hitam panjang itu?" tanya Takemichi berusaha memancing orang-orang.
"Rambut panjang?" tanya Mitsuya heran.
"Hitam?" tambah Smiley
"Maksudmu Baji kah?" tebak Draken
"Baji? Oh namanya Baji. Aku tidak tahu namanya. Oh ya ngomong-ngomong dia kemana ya?" tanya Takemichi penasaran.
"Dia tidak ada disini karena sedang dalam tahanan rumah," jawab Mitsuya.
"Ahh seperti itu ya," Takemichi mengangguk kepalanya tanda mengerti.
"Emangnya ada masalah apa dia?" ia kembali bertanya lagi.
"Itu bukan urusanmu Takemicchi," decak Mikey tak suka dengan rasa penasaran Takemichi.
"Ma-maaf," lirih Takemichi pelan, "A-ah sebaiknya aku pulang dulu ya sudah sore soalnya." Takemichi segera berlari kecil meninggalkan mereka semua.
"Hei Mikey mengapa Takemichi tiba-tiba menanyai Baji ya?" tanya Draken penasaran masih menatap punggung Takemichi yang sudah mulai menghilang.
"Aku tidak tahu Draken. Sebaiknya kita harus cari tahu soal dia," pinta Mikey.
"Baik!" jawab Draken tegas.
•••
"Haah untung aku bisa kabur dari mereka. Suasananya dah mulai gak bagus," aku akhirnya berhasil keluar dari tempat itu.
Entah mengapa ketika aku bertanya soal Baji mereka tampak menatapku dengan tatapan tajam dan aneh. Seakan-akan aku telah mengatakan sesuatu yang salah.
Aku harus mencari cara agar bisa menghalau kematian Baji. Tapi bagaimana ya?
Aku gak tahu rumahnya, tempat biasanya dia nongkrong atau apapun itu soal Baji. Siapa yang bisa ku minta tolong ya?
Ah! Yamagishi! Dia kan seorang yang tahu segala hal tentang hal seperti ini.
Aku segera menelepon Yamagishi beruntung ia langsung mengangkatnya.
"Halo Yamagishi," sapaku
"Halo juga, ada apa?" tanya Yamagishi dari seberang
"Ah ini aku ingin bertanya soal Touman kau kenal anggotanya yang bernama Baji Keisuke?" Aku mengambil kertas bersiap untuk menulis alamatnya
"Tidak tahu tapi aku pernah melihatnya beberapa kali di gang-gang sempit sekitar Tokyo," jelas Yamagishi
"Oh seperti itu ok terima kasih atas informasinya. Kalau kau melihatnya beritahu aku, oke?"
"Oke," panggilan itu pun terputus dari seberang.
Yosh! Saatnya mencari Baji lalu mencari informasi tentangnya!
Aku berjalan menyusuri jalan Tokyo yang saat ini tengah masih ramai. Memasuki gang-gang kecil melihat keadaan sekitarnya. Barang-barang rongsokan dan becekan air menggenangi jalan. Bau-bau mencuat dari tempat sampah yang tumpah ruah.
Aku tidak suka tempat ini. Aku segera keluar mengusap hidungku kasar. Hoek aku ingin muntah.
Mengapa juga Baji sering ke tempat-tempat seperti ini. Apa dia tidak merasa jorok dan bau kah?
Aku segera beranjak ke tempat itu menuju supermarket terdekat. Bukan belanja loh tapi cuman mau nyari adem aja hehe...
Tanpa sengaja mataku menangkap sesosok hantu eh maksudnya manusia yang menjulang tinggi mencapai atap supermarket.
Itu Hanma!
Tapi kok sendiri?
Ngapain dia disini ya?
Samper atau enggak ya?
Aku menghitung menggunakan jariku, "Samper enggak samper enggak ..." gumam ku.
Jawaban akhirnya enggak tapi—
Aku itu penasaran banget!
Sebaiknya gausah deh apalagi dia kan musuh Touman kalau aku tiba-tiba datang kan seperti SKSD saja terus kalau tiba-tiba anggota Touman datang lihat aku sama Hanma dikiranya aku pengkhianat.
'Gak deh!' aku menggeleng kepalaku sambil menepuk pipiku.
"Are? Hanagaki?" Aku lantas menoleh ketika seseorang memanggilku.
"Iya sia—" aku segera menutup mulutku rapat-rapat. Dengan mata melotot syok melihat orang yang memanggil namaku. Tubuhku merosot tiba-tiba seakan melihat hantu.
Bagaimana bisa Hanma ada disini. Niat hatiku kan menghindarinya kenapa malah dia yang datang ke sini.
Aduh gimana nih? Ah! Aku tahu pura-pura budeg saja kali ya?
Aku segera berjalan dengan santai namun dalam hati jantung serasa mau copot. Bergumam kecil seakan sedang mencari sesuatu.
Perlahan tapi bisa aku melewati Hanma yang hanya menatap cengo. Tiba-tiba saja sebuah tangan menempel di pundak ku.
Tamat sudah riwayat ku.
"Ayo mau kemana Hanagaki Takemichi?" Hanma mendekati badannya ke arahku dan berbisik pelan namun penuh penekanan di namaku.
"Jawab Takemichi," pinta Hanma dengan tenang namun kini tangannya meremas pundak ku, "Aku tahu kau pura-pura budeg."
"A-ahk!" aku meringis kesakitan tangan itu semakin meremas keras pundak ku. Ia kemudian meraih Chiki yang ku pegang.
"Biar kubayar," jawabnya dan langsung berjalan santai kearah kasir.
"Gimana nih kenapa bisa-bisanya aku berurusan dengan Hanma?"
[TBC]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top