Tidak semua bisa selamat....
Hari ini adalah hari pertama libur natal, kastil sepi tanpa adanya suara suara yang bergosip atau anak yang berteriak setelah di jahili oleh Peeves. Harry baru saja selesai makan siang, sebuah gejolak sihir di bawah kakinya membuatnya tersentak. Adrenalin menyelimutinya tanpa sebab membuat badannya kaku, ia melirik meja kepala asrama, ayahnya ada disana bicara dengan tidak sabar pada Quirinus yang gagap.
Harry tau betul itu hanya pura pura, Quirinus tidak gagap, yang menyebabkannya gagap selama ini hanyalah rasa takutnya. Namun rasa takut itu sudah hampir lenyap dimakan waktu, masih menyisakan sedikit sisi seorang Quirinus Quirell si Ravenclaw yang takut pada bayangannya sendiri. Ia tidak benar benar takut pada bayangannya sendiri, pria bersurban itu hanya paranoid namun Harry mengakui kalau Ravenclaw itu memang sedikit penakut. Yah setidaknya Quirinus bukan seorang pengecut yang tidak bertanggung jawab.
Severus memandang Harry dengan tajam, matanya berkilat waspada. Si iris hutan sadar dan menghembuskan nafas berat, sesuatu akan terjadi malam ini. Jika batu itu berhasil didapatkan, Tuannya akan dengan senang hati menerima batu itu sebagai hadiah natalnya.
⚡⚡⚡
"Malam ini," bisik anak laki laki beriris hutan ketika ia berpapasan dengan Heir Malfoy di koridor, ia segera memberikan ferret putihnya. Si pirang mengambil Drake dan mengangguk dengan hati hati, "Hunter akan mengalihkan perhatian. Jangan sampai terluka," Draco membalas dengan suara kecil, kedua anak itu mengangguk cepat dan segera pergi menuju kelas masing masing.
Harry memasuki kelas pertahanan terhadap terhadap ilmu hitam dengan cepat, kelas hampir penuh menyisakan beberapa murid yang berlari memasuki kelas. Pelajaran dimulai dengan absensi dan materi, sebagian siswa Gryffindor tertidur, mereka selalu menganggap kelas DADA (Defense Against the Dark Arts) membosankan karena Quirinus gagap. Mungkin hanya para Ravenclaw dan dua Gryffindor yang mendengarkan penjelasan kacau itu.
"T-tuan Snnape? Bis-sa kah a-anda tinggal seb-bentar?" Quirinus meminta dengan lembut ketika kelas berakhir, Ron menatapnya dengan bingung, "apa yang dia inginkan darimu?" Harry mengangkat bahu acuh dan menyuruh Ron pergi duluan, "pergi Ronald, jangan terlambat ke kelas dan membuat poin kita dikurangi!" Perintahnya tegas. Ron cemberut, "bagaimana dengamu?" Si iris hutan memutar mata dengan kesal, "aku akan meminta ijin slip, sana pergi!" Ron pun mengangguk dan pergi, mengira Harry peduli padanya.
Setelah kelas kosong Quirinus memberi mantra Muffliato pada ruangan, ekspresi gugup dan bodohnya berubah menjadi serius dan tegas. "Draco tidak turun." Kata Gryffindor itu dengan waspada, "itu berarti hanya kita berdua yang bisa mencoba Hadrian, aku menyarankan salah satu familiarmu menjadi alarm kalau kalau ada seseorang," Harry menggangguk mendengar saran itu, "saya berencana meminta Draco menurunkan ferret apabila ada seseorang yang datang, dalam skenario terburuk ia tertangkap." Harry berfikir keras.
"Gunakan pesona kekecewaan atau glamour, itu akan membantunya menjauhkan perhatian sedikit." Ravenclaw itu menepuk bahu Harry pelan, "apapun yang terjadi, kamu harus keluar dari sana, dengan atau tanpa batu itu." Quirinus melanjutkan, binar khawatir terpancar di kedua matanya.
"Kita Professor," Harry mengoreksi dengan senyuman yang menular, "kita harus keluar dari sana hidup hidup." Quirinus tersenyum menjatuhkan ekspresi tegang dan khawatirnya, hatinya hangat mendengar ucapan Gryffindor muda. "Kita akan melakukannya Hadrian, aku punya firasat batu itu akan menjadi hadiah natal Tuan kita!" Mereka berdua tertawa sejenak, mengusir prasangka buruk akan hasil pencurian malam ini.
⚡⚡⚡
Makan malam di mulai dengan tenang, Harry dan Draco meyakinkan diri tentang rencana malam itu. "Seharusnya sebentar lagi, berteriak dan lari ke koridor lantai tiga, aku akan menyusul setelah menggunakan pesona kekecewaan." Draco mengulangi rencana yang telah didiskusikan berempat dengan Severus dan Quirinus (Severus memprotes dan mempertimbangkan ide gila putra dan putra babtisnya).
"Ya, kirim Drake padaku kalau sesuatu terjadi padamu, kami akan segera pergi dengan Portkey." Si pirang mengangguk paham. Tak lama 4 troll gunung menghantam pintu aula besar dengan keras, seluruh siswa segera menjerit dan berlari ke segala arah. Sialnya kepala sekolah tengah pergi menemui kementrian tanpa bisa diinterupsi atau di ganggu, sebagian guru juga pulang untuk menikmati libur natal mereka. Guru guru yang tersisa di Hogwarts segera bertindak, Minerva dengan tegas menyuruh para siswa kembali ke asrama mereka dipimpin oleh para senior yang tinggal di Hogwarts selama natal.
Murid berhamburan melewati pintu kecil di sebelah meja para guru dan staff, berdesak desakan menuju ke tangga yang berjalan. Minerva menyuruh Argus memandu para Hufflepuff dan Ravenclaw sementara Quirinus untuk memandu Gryffindor dan Slytherin. Dengan gesit Harry pergi menuju lantai tiga, dengan pesona glamour dia bisa menjadi siapa saja dalam puluhan murid yang panik.
Ia membuka pintu terkunci dan masuk, menghadapi seekor cerberus besar yang terlihat gelisah dan marah. "Somnus Melodiam!" sebuah melodi pengantar tidur terdengar dengan lembut, mantra sederhana ini diciptakan oleh sang ayah untuk menenangkannya ketika ia mendapat mimpi buruk, Harry sangat bersyukur atas itu. Segera setelah anjing besar itu tertidur Harry memindahkan cerberus dengan mantra melayang, ia membutuhkan lebih banyak sihir untuk mengangkat makhluk sebesar ini.
Dengan lihai si surai hitam membuka trapdoor dan melompat kedalam. Ia mendarat dengan empuk di antara Devil's Snare, sebelum tanaman itu dapat meraihnya ia menyalakan Lumos pada ujung tongkatnya membuat Devil's Snare segera melepaskannya dan membuatnya terperosok jatuh di lantai batu yang dingin.
"Nox," demi kebaikan tanaman itu, Harry mematikan cahaya pada tongkatnya, menunggu hingga Quirinus datang.
⚡⚡⚡
Harry menghela nafas setelah melewati perlindungan professor terakhir, itu adalah perlindungan dari ayahnya sebagai professor. Harus mereka berdua akui, perlindungan perlindungan tadi membuatnya lelah, sang Master Ramuan benar, para professor memberikan kemampuan terhebat mereka untuk menjaga batu itu (atau dalam kasus Severus, menjaga kepercayaam sekolah padanya).
Harry melewati pilar pilar yang memiliki ukiran rumit, indah namun jalan itu hanya diterangi Lumos kecil. Terlalu beresiko untuk menyalakan obor api di dinding, mereka bisa saja ketahuan dan tertangkap. Coltello mendesis ganas setiap kali merasakan bahaya sihir, ular itu sangat membantu mereka dalam melewati jebakan.
Memasuki aula kecil, mereka dapat melihat pantulan cahaya di Cermin Tasrah. Cermin itu berada di tengah ruangan, Harry bergegas mengahampiri cermin itu dan menatap kedalam. Mengerutkan alis tak lama kemudian, "ada apa Hadrian?" Quirinus bertanya dengan hati hati. "Saya tidak dapat melihat bayangan saya," jawab si Gryffindor dengan hati hati.
Ravenclaw mengangkat alisnya heran, ia melihat kedalam cermin. Ada pantulannya, lebih sehat dan bahagia, keluarganya tersenyum hangat padanya. Dalam cermin itu Ravenclaw juga melihat tuannya, menatapnya dengan bangga menyelipkan batu ruby kecil kedalam sakunya.
Senyum senyum yang merekah tidak bertahan lama, kaca pecah dengan suara keras, sihir berputar liar. "Itu bukan cermin tasrah yang sesungguhnya!" Ravenclaw berteriak panik, menyerahkan batu itu pada Gryffindor.
"A-apa yang terjadi professor?!" Harry menyimpan batu itu dengan aman di dalam tas sekolahnya nya yang memiliki selubung sihir, Quirinus buru buru menjauhi Harry. "Cermin itu pecah karena itu bukan cermin tasrah yang sesungguhnya, kemungkinan besar cermin itu tetap berada di ruangan lantai tujuh. Pecahnya cermin itu akan menjadi alarm bagi kepala sekolah, aku tidak bisa keluar dari sini Hadrian, pergilah duluan!"
Harry terkejut, "Tidak! Kita harus keluar dari sini Professor!" Ravenclaw itu menggeleng, "aku tidak bisa pergi kemana mana nak, ruangan ini memiliki berbagai bangsal, salah satunya membuat siapapun yang menggubah ruangan tanpa izin tidak bisa keluar." Jelasnya. Tak sampai satu menit, ferret berlari masuk dengan kaki yang berwarna oranye dan biru. Kepala sekolah telah kembali dan menuju kesini.
"Pergi Hadrian, cepat! Aku akan menghilangkan jejak portkeymu!" Pria bersorban itu mencabut tongkatnya dan berancang ancang untuk menghapus jejak, "tapi saya tidak bisa sir, Tidak tanpa anda!" Harry kembali membantah, jantungnya serasa dipukul dengan gada. Tatapan Ravenclaw melemah, "pergi Hadrian, aku janji aku akan keluar dari sini," Harry menghela nafas sedih, "kembalilah dengan selamat Professor," Harry mengantongi ferretnya yang meringkuk ketakukan sambil mencengkram sebuah kancing baju, "tersesat," portkey pun membawa Gryffindor pergi.
Jejak sihir di hapus tepat sebelum Dumbledore mememanggil Ravenclaw itu dengan marah.
⚡⚡⚡
Segera setelah Harry berpindah, ia mengantongi portkey dan menyelinap memasuki ruang rekreasi Gryffindor. Itu sudah lewat tengah malam, namun Lily masih menatap cemas api yang berkobar hangat dalam perapian. Saat Harry masuk barulah wanita bersurai karat itu bergerak menghampirinya, "dari mana saja anda?" Tanya sang kepala rumah Gryffindor pada Harry, dengan segera anak itu memasang topeng khawatirnya. "S-saya tersesat, maafkan saya..." Harry menundukkan kepalanya, matanya berkilau dengan airmata yang menetes dari pelupuk matanya.
Tatapan Lily melembut, "saya dengar dari teman anda, Ron, anda terpisah dari rombongan anak Gryffindor dan terbawa anak anak Ravenclaw, apa itu benar?" Harry mengigit bibir, "ya professor, saya tidak bisa melawan arus dan terbawa hingga koridor dekat ruang kelas studi Muggle, saya tidak tahu tangga mana yang harus saya ambil, saya berputar putar ke beberapa lantai hingga akhirnya sampai kesini." Dustanya dengan nasa sedih. Lily menghela nafas lega, wanita itu mengusap bahu Harry, "kamu dimaafkan. Hati hati lain kali ya," Harry mengangguk cepat, "sana, pergi ke kamarmu," dengan itu Harry segera memasuki Dormitory miliknya, mengganti baju, menaru tasnya di sebelah bantal dan merebahkan diri.
'Tuan,' desis Coltello, Harry menatap ular yang menggelung di atas dadanya, 'batu membuatku tidak nyaman,' Harry membuka jendela sedikit, "kamu bisa pergi ke asrama Slytherin sendiri?" Ular itu mengangguk lembut, Gryffindor itu pun memberikan pesona kekecewaan agar ularnya tidak terlihat. "Sssseytha Hathehhh Ayaeeh Hatheeey Hassaay Haa Hathehhh Hathehhh," Harry menggunakan matra dalam parseltongue, membiarkan parselmagic membelai familiarnya, membuat ular itu jatuh perlahan hingga menyentuh tanah kastil.
⚡⚡⚡
Hari setelahnya Harry dikejutkan dengan berita kematian Quirinus, Severus memberitahunya kalau Ravenclaw itu mati saat berduel dengan Albus di aula tempat menyimpan cermin. Namun tetap batu itu sudah di ambil, Harry menyerahkan batu itu pada ayahnya untuk mengirim batu itu kepada Pangeran kegelapan. Tak butuh waktu lama juga untuk Daily Prophet mendapatkan berita itu di halaman depan.
Tanggal 25 Desember itu, Severus mengirim izin pada kepala sekolah untuk membawa Harry dan Draco ke acara natal, atau sebenarnya pertemuan pelahap maut. Severus memberikan batu itu pada sang tuan, mereka bersuka cita atas pencapaian itu, namun juga berduka atas kehilangan Quirinus. Dibandingkan sesuatu yang akan datang, ini semua tidak ada artinya.
Coltello sering kali dilepas, bebas berkeliaran dalam kastil tanpa terlihat, ya setidaknya begitu sebelum ulae betina itu memberitau Harry kalau sepasang Basilisk dewasa mengejarnya sampai pipa air di kamar mandi anak perempuan yang rusak.
-------
Ueeeee maap aku banyak bolosnya
*degoza*
Aku gadang gaada motivasi 😭 untuk plotting udah beres, cuma gimana cara ngehubunginnya aja, kan gaenak banyak plothole
Maaf dan terimakasih bagi kalian yang udah mau luangin waktu buat baca, Romance TomArry nya baru terasa di tahun kedua atau ketiga
See ya!
Tertanda
GM999
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top