Iblis Yang Menyenangkan

Sabtu itu setelah makan malam, Albus Dumbledore mengadakan rapat dadakan bagi para staff dan professor. Sebelum rapat dimulai terdapat banyak bisikan yang menggema di dalam ruangan, Severus menghela nafas pelan, ia tau kemana rapat ini mengarah. Mungkin memberitahu putranya untuk tidak menonjol akan menjadi jalan yang baik, walau ia sendiri tidak berfikir kalau anak itu tidak bisa tidak menjadi pusat perhatian.

Harry-nya sudah menjadi perhatian semenjak ia berumur satu tahun, sebagai The Missing Boy. Orang orang mencarinya hingga dua tahun lalu mulai menyerah, hampir semua percaya Harry Potter sudah mati, namun dengan menurunnya aktivitas pelahap maut secara drastis dan rumor bahwa Tuan Kegelapan melemah mampu membuat sisi cahaya bangkit dan melakukan segala antisipasi untuk serangan mendadak berikutnya. Namun nyatanya selama beberapa tahun terakhir tidak ada serangan apapun, dunia sihir sangat damai dan tenang.

Albus Dumbledore pun memasuki ruangan dan memulai rapat, pada awalnya mereka menyebutkan siswa paling berbakat dan tentu semua guru menyebutkan Hadrian. "Hadrian... saya melihat dia memiliki pesona glamour dan Oclumency yang sangat kuat, namun bertanya padanya bukanlah hak saya, apa yang bisa kamu jelaskan Lily?" Albus membuka sebuah topik berat dengan pertanyaan rumit, dan Severus hampir tidak bisa menahan diri untuk mencibir.

"Dari keterangan yang diberikan oleh Hadrian, saya dapat mengatakan kalau ia memakai pesona glamour untuk menutupi bekas luka." Lily menjawab dengan raut khawatir di wajahnya, ia melirik sahabat kecilnya dengan takut takut. Severus mengangguk, memberi tanda bahwa dia tidak ada masalah dengan itu. "Bekas luka?" Albus kembali bertanya meminta penjelasan, sekali lagi Lily melirik Severus. Sahabat kecilnya itu mengangguk sekali lagi, membiarkan Lily menjawab.

"Hadrian memiliki luka besar yang melintang dari garis tulang pipi hingga kebawah telinga. Saya tidak merasakan ada sihir gelap pada luka itu, namun saya merasakan suatu desiran aneh..?" Wanita bersurai karat itu menjawab dengan ragu. Albus menyisir janggutnya dengan tangan, "kalau tidak keberatan, bisakah kau berbagi cerita tentang putramu Severus?" Pria itu menatap tidak peecaya pada kepala sekolah, ia bahkan tidak menahan diri untuk mendelik tidak suka atas permohonan —lebih cocok disebut perintah- itu.

"Saya rasa itu tidak ada hubungannya dengan anda kepala sekolah." Ia berkata dengan datar, sangat ingin melemparkan jutaan Hex pada pria tua itu. "Bagaimana pun Hadrian adalah siswa Hogwarts, dan fakta kalau ia memiliki bekas luka dan perisai Oclumency yang kuat membuatku risau. Apa yang telah ia lalui? Berapa banyak yang kau ajarkan padanya Severus?" Severus menghela nafas kesal ketika Albus membombardirnya dengan begitu banyak pertanyaan.

"Apa yang di lalui olehnya, itu adalah sebuah privasi kepala sekolah. Namun aku bisa mengatakan kalau dia sudah tumbuh dewasa lebih cepat dari yang seharusnya, aku hanya mengajari apa yang harus dia ketahui." Severus menjelaskan dengan banyak penekanan pada suaranya. "Tapi bukankah dia masih terlalu kecil?! Mantra seperti memperlambat momentum membutuhkan penguasaan sihir yang luar biasa!" Severus mengangkat bahu, terlihat tidak peduli terhadap pertanyaan dan pernyataan Hybrida Goblin itu.

"Saya hanya mengajarkan apa yang akan berguna baginya dan orang lain kedepannya. Dan saya yakin dia memiliki cukup akal sehat untuk tidak menggunakannya sembarangan." Severus mendelik kepada orang orang yang ada di ruangan itu dengan tidak suka.

"Kami mengerti Severus, kami hanya tidak ingin anak itu melukai dirinya sendiri ataupun orang lain. Terutama perisai Oclumency, itu bisa merusak sihirnya yang rapuh diusia dini," Albus berkata dengan nada sedih, Severus diam sambil menatap mata Albus dengan tajam. Ia adalah satu dari segelintir orang yang tidak akan bisa dibaca seperti buku terbuka.

Lalu rapat pun dilanjutkan. Batu itu masih berada pada tempatnya, namun sepertinya tidak dengan sang pembuatnya.

⚡⚡⚡

Harry mendengus kesal ketika mendengar langkah kaki senyap mengikutinya menuju menara Gryffindor, "apa yang kalian inginkan? Aku malas berpura pura tidak melihat." Pemuda itu membalik badannya dan menatap dua orang identik dengan surai merah oranye dan iris biru kelabu. "Hooo, aku kira kau tidak menjadi sangat Slytherin secepat ini," salah satu dari mereka membuka obrolan. "Yep! Apalagi setelah kau bicaea dengan tegas kalau Ronnie kami itu bodoh." Yang lain melanjutkan. Harry memutar mata sebal, ia sudah lelah.

"Aku yakin kalian tidak di sini denganku untuk balas dendam, karena kalau iya aku seharusnya sudah berubah menjadi kuning atau memuntahkan kembang api dari mulutku." Si kembar tertawa, mereka mengangguk kompak. "Ya, kami rasa Ronnie kami sudah kelewatan sombongnya setelah berteman dengan 'Si Penyelamat'," salah satu dari mereka menuturkan sementara yang lain menghela nafas resah. "Jadi kami di sini untuk minta maaf dan bertanya," Harry menatap mereka berdua secara bergantian.

"Apakah kau ingin kami mengerjainya sebagai permintaan maaf?" Seringai jahil tumbuh di wajah keduanya, Harry tersenyum kecil. "Apa yang kalian inginkan sebagai balasan?" Mengetahui kemana arah pembicaraan ini berlangsung, si kembar menatap satu sama lain. Senyum mereka bertambah lebar, jelas duo Weasley yang ini lebih Slytherin daripada Gryffindor. "Bukan sesuatu yang besar bagimu, tapi ini akan sangat berharga jika kau bisa memasoknya untuk kami." Kesepakatan pun di mulai. Dua iblis merah ini sangatlah menyenangkan!

⚡⚡⚡

Sudah beberapa minggu semenjak kesepakatan dibuat, Draco berjengit kaget pada awalnya, namun akhirnya si pirang dapat mengerti seberapa jahatnya dua iblis merah itu. Si kembar meminta Harry membuat ramuan yang di kembangkan pada mereka setiap minggu, sesuatu seperti bisul hijau, muntah siput, bergerak tanpa henti, dan semua mantra pengacau yang dapat diekstrak kedalam ramuan yang tidak meninggalkan jejak sihir.

Harry membuat eksperimennya sendiri, ia sangat senang dan gembira saat meramu di kantor sang ayah setiap akhir pekan. Draco sering membantunya, mereka mengobrol dan bercanda sambil mengaduk kuali yang berisi ramuan dengan hati hati. Setidaknya dengan berada di kantor sang Master Ramuan, Harry tidak perlu risih dikejar oleh segerombolan anak perempuan.

Sang ayah juga membantu, sangat membantu. Memberitahu mereka bagaimana cara membuat ramuan yang tidak memiliki bekas sihir, memberitahu akan menjadi apa jika asphodel di campur dengan bubuk taring ular, apa yang terjadi jika racun ular di campurkan dengan Bezoar, dan semua kemungkinan dari pencampuran dua bahan yang bertolak belakang.

Setiap ramuan jadi, Harry memberikannya pada si kembar untuk diuji coba pada adik mereka tersayang, Ron. Harry hanya bisa menahan tawa ketika melihat ramuannya berhasil, Ron berubah menjadi kuning dengan bintik ungu di tubuhnya. Perpaduan kuning pucat dan ungu cerah bukanlah perpaduan yang bagus. Weasley muda itu dibawa ke Hospital Wings dengan tawa menggema dari aula besar.

Harry bertaruh efek itu akan bertahan seminggu lebih, ia tidak sengaja memasukkan beberapa bahan tambahan. Ups, cerobohnya dia.

-------

Maaf ya bolos 2 hari ga UP, ampe hari sabtu(sekarang hari rabu 17 maret 2021) aku gabisa janji bakal up konsisten 😭

Stay healthy!

Tertanda
GM999

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top