Bekas Luka Mengerikan
Makan malam telah selesai, Harry berhasil melewati ceramah Ron tentang Draco dan segala keburukan keluarganya. Lily menjemputnya, membuat Harry memberikan tatapan 'selamatkan aku' pada sang ayah, berharap ayahnya lebih mencintainya dibandingkan dengan ibu kandungnya.
Mereka berjalan beberapa menit, melewati lorong panjang dan berliku, tangga tangga yang hidup dan bergerak, akhirnya mereka sampai di kantor Lily, lokasinya hanya beberapa lorong dari kelas mantra. "Silahkan, buat dirimu senyaman di rumah," Lily mempersilahkan Harry masuk dan membiarkannya duduk. "Dari yang saya amati, anda memiliki pesona glamour, anda bilang itu untuk menyembunyikan luka, apa benar?" Lily membuka obrolan dengan sebuah pertanyaan inti.
Harry mengangguk, "ya saya memiliki bekas luka sebenarnya, saya mendapatkannya dari sebuah duel mendadak, saya mempertahankan diri saya dari sesosok penyihir bertudung." Ia berbohong dengan lancar, matanya menyiratkan kesedihan mendalam yang dipalsukan. Suaranya dibuat seolah dia mengenang kenangan pahit dan menyakitkan.
Yang sebenarnya terjadi adalah kecelakaan dalam duel saat Harry dan Draco berlatih. Mereka melakukan duel tanpa tongkat, membuat mereka akan tetap kuat dengan atau tanpa tongkat. Draco tanpa sadar melemparkan mantra pengiris sejenis mantra Sectumsempra namun lebih ringan, membuat pipi hingga leher Harry terluka parah. Namun sesaat sebelum si surai hitam terkena mantra itu, ia sudah melemparkan Bombarda pada Draco.
Itu membuat keduanya memiliki bekas luka yang tidak hilang, namun mereka bangga dengan itu. Jika bukan karena bersekolah di Hogwarts atau pergi keluar rumah, Harry akan dengan bangga memperlihatkan lukanya. Untuk Draco, si pirang tidak bisa dengan mudah menyombongkan lukanya, karena sebuah parut besar terukir di perut dan dadanya. Tidak mungkin dia membuka kemeja hanya untuk memamerkan lukanya.
Lily tampak khawatir akan itu, namun Harry menggelengkan kepalanya. "Tidak Professor, aku tidak apa apa. Tidak seburuk itu, Dad—maksudku, Professor Snape datang tepat waktu untuk melindungiku!" Kebohongan berlanjut, ah Severus akan bangga dengan kemampuan berbohong ini.
"Dia pasti sangat khawatir..."Lily menunduk prihatin, membayangkan kelakuan sahabatnya ketika khawatir berat. Oh Lily tidak pernah melupakan malam di mana Severus tidur di luar ruang rekreasi Gryffindor, membuang harga dirinya hanya untuk sebuah permintaan maaf. Dan bodohnya, ia terlambat menyadari kalau itu malah menyesatkan Severus semakin dalam.
"Ya, dia sangat khawatir," ya, sangking khawatirnya, Severus memarahinya sehari semalam dan merawatnya seminggu penuh, ya pria itu absen mengajar selama seminggu penuh! Itu tindakan krusial, namun Severus tidak ingin apapun terjadi pada putranya, satu satunya cahaya dalam kehidupannya yang gelap.
"Namun anda tahu kan kalau pesona glamour adalah sesuatu yang sulit dan sangat rumit?" Harry mengangguk menanggapinya. "Professor Snape mengajarkan saya banyak hal setelah kejadian itu, saya butuh beberapa tahun untuk menguasainya." Itu benar, Harry memang membutuhkan waktu yang lama hingga ia dapat menggunakan glamour padanya dan pada orang lain, ia tidak akan pernah mengira itu akan digunakan begitu cepat.
"Bisakah saya melihatnya? Bekas lukamu...?" Harry tidak mungkin berkata tidak bukan, jadi ia menurunkan pesonanya memperlihatkan kulit pucat yang dihiasi bekas luka terbuka yang sudah mengering. Luka itu melintang dari tulang pipi kanannya hingga leher di bawah telinga kanannya, Lily berjengit. Tidak percaya seorang anak berusia 11 tahun dapat memiliki luka sebesar ini.
"Apakah sakit? Saat kamu mendapatkan luka itu?" Harry menahan keinginan untuk memutar mata dan mengangguk singkat. 'Tentu rasanya sakit!!' Jeritnya dalam hati. "Ah, eum, saya dengar anda tinggal bersama dengan keluarga Malfoy," wanita bersurai merah karat itu mengganti topik dengan cepat. "Ya, saya tinggal bersama mereka dalam beberapa tahun terakhir, ada apa?" Lily menatapnya dengan dalam, "apakah mereka bersikap baik padamu?" Harry mengangguk, pura pura memasang tatapan antusias dan senyuman polos.
"Mereka sangat baik! Biasa membuatku hampir tertimbun hadiah setiap tahun, mereka baru mengurangi hadiah ketika aku berkata kalau Spinner's End terlalu sempit untuk segunung hadiah. Namun Momma Cissy selalu memberikanku hadiah lebih setiap tahun." Auranya sangat cerah, Harry melatih ekspresinya dengan sangat baik.
"Momma Cissy?" Lily mengangkat alis, bertanya padanya dengan penasaran. Harry mengangguk dan melanjutkan, "Nyonya Malfoy, dia wanita yang luar biasa!" Harry tidak berbohong, Narcissa memanglah wanita yang sangat luarbiasa. Nyonya Malfoy itu tidak pernah pilih kasih dan sangat menyayangi keluarganya. Walaupun Harry bukanlah anak kandungnya, namun ia tidak pernah membuat Harry berfikir kalau Harry hanyalah anak adopsi darah dari rekan suaminya.
"Begitu... ada satu hal lagi yang ingin saya ketahui," Lily menatap Harry dengan penuh arti, Harry hanya memiringkan kepalanya bingung. "Bagaimana kamu bisa diadopsi oleh Seve—" ketukan di pintu menyela perkataan Lily, dengan cepat Harry menaikkan pesona glamournya.
Lily membukakan pintu, sosok Filius Flitwick dan Severus Snape terlihat di luar kantor, wajahnya terlihat khawatir. "Saya rasa kita punya masalah dengan batu itu Lils..." Hybrida setengah goblin itu memulai dengan cepat. Lily mengangguk cepat lalu menatap Harry, "karena sekarang sudah jam malam pulanglah ke asramamu, aku akan membuat ijin slip." Lily berkata dengan tergesa gesa.
Severus pun maju untuk mengajukan diri, "saya kira saya bisa mengantarnya ke asrama Gryffindor bila anda tidak keberatan. Saya takut ia memasuki tempat yang tidak seharusnya dia masuki, apalagi dengan sebuah ijin." Severus menyela dengan tatapan tajam kepada Harry, seolah ia adalah pembuat masalah. Lily terperangah sejenak lalu mengangguk pelan, mereka pun keluar dari kantor Lily dan berpisah arah, Harry bersama Severus menuju menara Gryffindor sementara dua guru mantra itu pergi ke entah kemana.
⚡⚡⚡
"Thanks Dad," Harry membuka pembicaraan dengan sang ayah. Severus mengangguk, tatapannya melembut, mereka melalui rute sepi di mana ada lebih sedikit potrait yang dapat memberitahu Dumbledore tentang keduanya. "Belum seminggu namun sudah ada masalah?" Harry bertanya pelan, Severus menghela nafas resah. "Nampaknya Professor Quirell tidak sabar untuk berbakti." Pria itu berbisik.
Harry mengerti artinya, dan terdiam. Keheningan menyelimuti mereka cukup lama hingga Harry menatap sang ayah dan bertanya pada pria itu, "Tentang Professor Lily, menilai dari caramu melihatnya Dad masih mencintainya?" Satu helaan nafas sedih lolos dari mulut Severus. Mereka berdua berdiri diam di depan Potret Nyonya Gemuk yang tertidur, "ya, aku akan selalu mencintainya..." pria itu memberitahu dengan sedih. "Melebihi diriku?" Harry kembali bertanya.
Severus memandangnya dengan terkejut, "aku mencintaimu lebih dari apapun, putraku." Severus memeluk anaknya sejenak untuk kemudian lepaskan, pria itu mengecup kening anak itu dan meninggalkannya untuk memasuki asrama. Harry masih terpaku di depan lukisan Nyonya Gemuk dengan senyum bahagia di wajahnya. Harry membangunkan lukisan Nyonya Gemuk dengan lembut lalu mengucapkan kata sandi untuk masuk kedalam ruang rekreasi Gryffindor, Drake nampaknya sudah bangun, siap berlari dan melompat dalam Dormitory.
----
Bonus:
Anatomy goes Brr
Ahaha, itu cuma Quick Doodle jadi mohon maklum kalo agak gak niat~
-properti of Drawing by me-
Tertanda
GM999
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top