AKU BISA GILA MELIHAT INI

Rabu itu hanyalah beberapa hari hingga Natal tiba, Harry dan Draco terpaksa harus tinggal di kastil karena Lucius memiliki pekerjaan ekstra di kementrian. Dan Narcissa harus menemani Lucius, membantu dan memastikan Malfoy senior tidak mati tertimbun tumpukan pekerjaan. Namun semua itu harus dilakukan, Lucius tidak suka menunda tugasnya lebih lama. Ia ingin mendapat kenaikan pangkat dan menggenggam seluruh kementrian sihir hanya untuk memberikannya pada sang tuan.

Aula besar ramai namun tidak sesak, mungkin karena anak anak mulai mengepak barang mereka atau mengerjakan esay yang harus dikumpulkan sehari sebelum Natal. Harry melewati meja Gryffindor yang penuh, ia duduk di meja Slytherin dengan ringan, menganggap meja Slytherin sebagai meja rumah asramanya sendiri. Perlakuan menyimpang Harry tentu disambut banyak tatapan tajam dari meja Gryffindor, si surai Hitam bersumpah dia bisa mendengar kata 'pengkhianat' hanya dengan melihat tatapan tajam para singa.

"Ada apa dengan tatapan mereka? Apa mereka bermaksud menghancurkan meja Slytherin dengan tatapan mereka atau semacamnya?" Draco memulai dengan kesal, tau bahwa Harry yang membuat tatapan tajam itu mengarah pada meja Slyterin. "Yeah sepertinya mereka mencoba, kamu tau seperti komik Superman yang kamu baca di rumahku." Harry mengangkat bahu acuh, mulai mengisi piringnya dengan sayur dan daging.

"Superman?" Theo mengecap rasa aneh ketika mengucapkan kata itu, Harry tertawa pelan sementara si pirang berusaha menutup mulut si surai hitam dengan tatapan tajam dan cubitan keras. "Itu adalah seri buku cerita bergambar muggle— OUCH! SAKIT DRAY!" Harry mengerang keras ketika Draco mencubit pinggangnya, rasa ngilu menjalar keseluruh tubuhnya.

Nah, sekarang Theo dan Blaise bersiul menggoda melihat sahabat mereka memerah seperti cherry yang manis. "Oh siapa yang tau Pangeran Slytherin, orang yang sangat membenci Muggle malah membaca salah satu cerita mereka?!" Blaise praktis bersorak rendah agar tidak ada yang bisa mendengar mereka selain anak Slytherin di dekat mereka. Daphne dan Pansy jelas terkikik melihat wajah Draco. "Dray, lihat wajahmu! Apakah wajahmu baru saja berubah menjadi pantat Yaki?!" Pansy tergelak, ia tidak bisa menahan tawa, yang lain juga. Bahkan si duo Crable Goyle pun tidak menahan tawa untuk membela Draco.

Draco yang malang, kalau saja mereka mereka melihat betapa ciutnya ia sekarang, mereka pasti akan iba padanya.

⚡⚡⚡

Tawa yang menggema dari meja sepi Slytherin membuat Albus menatapnya dengan bingung, menemukan bahwa seorang Gryffindor telah duduk dan bercanda bersama Slytherin membuatnya sedikit khawatir. Ia melirik kedua kepala asrama, Severus tidak peduli, pria itu hanya melanjutkan makannya tanpa peduli sekitarnya. Lily hanya tersenyum senang melihatnya, seakan persahabatan kuat antara Slytherin dan Gryffindor adalah sesuatu yang sangat menggembirakan.

Albus akan sangat senang jika anak dengan iris hutan itu akan mengajak anak anak Slytherin berpaling pada cahaya, itu akan sangat menguntungkannya. Jika sebaliknya, maka sangat tidak baik bagi Albus untuk membiarkannya terperosok dalam kegelapan. Albus percaya Severus berada di sisinya, dengan suka rela menjadi mata mata pribadinya dengan balasan anaknya dapat bersekolah di Hogwarts.

Semua terasa sangat jelas ketika Severus menjelaskan secara detil, Albus mengerti dan dengan cepat membuat antisipasi, tidak pernah berfikir apa yang dikatakan Severus adalah salah satu rencana Pangeran Kegelapan. Albus membenci bagaimana ilmu gelap telah mengambil segalanya darinya, kekasihnya Gellert, adik perempuannya Ariana, dan murid terbaiknya Tom. Ia hampir kehilangan dua Auror dan Healer terbaik juga, Lily dan James. Sayangnya ia kehilangan anak yang dinubuatkan.

Anak itu bukanlah Neville Longbottom, ramalan menggelap dan menjadi dingin beberapa minggu setelah insiden malam Haloween. Ramalan itu sudah tidak berlaku, semuanya berubah, semuanya tidak beres.

⚡⚡⚡

Libur Natal datang dengan cepat, Harry berpamitan dengan si iblis kembar yang pulang untuk menghabiskan waktu mereka bersama keluarga mereka. Harry hanya menumpuk dirinya di balik puluhan buku di perpustakaan, hanya untuk menghabiskan waktu dengan membaca dan membuat Draco mengehela nafas resah.

"Buku yang kamu baca sangat banyak Rry!" Si pirang protes dengan suara pelan, tidak ingin madam Pince menendangnya keluar dengan memalukan. Harry menyeringai lebar, "ayolah Draconis Lucius Malfoy, aku kira kamu suka membaca?" Ia menggoda si pirang lalu kembali fokus pada bukunya. Erangan kesal sukses membuat Harry mendengus geli menahan tawa. "Kalau yang kamu maksud komik strip, ya. Tapi tidak dengan buku tebal membosankan." Tuturnya dengan angkuh, walau Harry tau itu hanyalah topengnya.

Kekehan menggema pelan di telinga Draco, membuat si pirang menghela nafas kesal dan bermain dengan ferret putih bersih disebelah Harry yang tenggah membaca.

⚡⚡⚡

Dua anak laki laki berkulit pucat itu berjalan cepat menuju aula besar, namun entah bagaimana mereka tidak dapat menemukan jalan menuju lantai dasar ketika tangga tangga hidup itu membawa mereka ke lorong asing di lantai 7. "Kamu yakin kita akan baik baik saja Rry..?" Draco memeluk tangan anak laki laki yang lebih tinggi dengan takut. "Ya, aku yakin kita akan baik baik saja... tapi ada sesuatu yang tidak beres di sini," Harry menarik ferret dan ularnya kedalam jubahnya untuk melindungi mereka.

"Rry, apa kita tidak menggunakan portkey yang diberikan Sev untu pergi ke kantornya?" Si pirang menyarankan dengan takut takut. Harry mengangguk pelan, mengambil kalung rantai perak kecil dengan taring Nagini yang diukir di pangkalnya sebagai liontin. Taring itu adalah hadiah pertama dari Tuannya, dan Harry tidak akan membiarkan apapun terjadi. Draco pun tau untuk tidak menyentuh barang pemberian Tuan mereka tanpa izin. Awalnya itu menjadi kalung biasa, namun dengan segala upaya dan alasan, Severus berhasil membujuknya untuk menjadikannya sebuah Portkey dengan empat tujuan, rumahnya di Spinner's End, kantor pribadi Severus di Hogwarts, Malfoy Manor, dan markas pelahap maut.

Tentu dengan emat pemicu berbeda, 'Rumah' untuk Spinner's End, 'Kerja' untuk kantor Severus, 'Istana' untuk Malfoy Manor, dan 'Darurat' dalam Parseltongue untuk markas Pelahap Maut. Portkey itu tidak di ketahui oleh sekolah, namun karena dibuat oleh guru resmi, Portkey itu bisa memindahkan orang orang yang menyentuhnya dengan mudah. Bangsal Hogwarts akan membolehkan Portkey atas nama guru resmi untuk keluar masuk, berpindah sesuka mereka.

"Kamu tau apa pemicunya kan?" Harry bertanya hati hati, si pirang mengangguk pelan dan meraih kalung itu. Sepertinya tidak berniat melepaskan pelukannya pada tangan si iris hutan, dengan sebuah desahan kesal Harry mengelus kepala si pirang untuk menenangkannya. Konyol mengetahui fakta kalau Slytherin Prince yang angkuh adalah anak yang penakut dan cengeng. Namun Harry tidak mempermasalahkan sifat menyebalkannya itu, walau kadang ia juga lelah dengan kelemahan Heir Malfoy itu.

Sifat cengeng dan penakutnya itu merepotkan, apalagi bagi Harry, itu menganggu. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Harry terlalu menyayangi Draco. "Kita pergi sekarang?" Si pirang menatapnya dengan penuh harap, Harry menggeleng pelan, "sebentar Dray, ada sesuatu yang harus aku periksa," perlahan Harry melepaskan tangannya dari pelukan Draco, ia memindahkan dua familiarnya pada si iris perak demi keamanan mereka.

"Kalau aku tidak kembali dalam 5 menit pergi pada ayahku, jangan gegabah dan cari aku Dray, aku yakin kamu bukan Gryffindor yang akan lompat kedalam bahaya tanpa berfikir dua kali." Harry terkekeh pelan, membiarkan ketegangan meregang sedikit. "Aku bukan Gryffindor bodoh sepertimu! Lagipula kamu sedang menunjukkan sisi Gryffindormu padaku!" Draco membalas dengan sengit, jantungnya seperti di pukul dengan papan berkali kali. Rasa sakitnya menjalar menuju seluruh tubuhnya, ia membenci perasaan ini, ia benci menjadi lemah (walau ia tidak keberatan jika itu di depan Hadrian atau orang tuanya, atau severus, atau orang yang ia cintai).

Harry tersenyum kecil, "yah setidaknya aku bisa bertindak sebagai 'anak Gryffindor normal' sekarang." Tawanya menggema di lorong sepi. "Hati hati Scar Face!" Draco memperingatkan dengan keras, Harry mengangguk angguk pelan, "iya aku akan berhati hati, jangan terdengar seperti Momma Cissy!" Dengan itu Harry pun menghilang di lorong, meninggalkan Draco yang duduk di pinggir lorong dengan kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya, tidak mau repot menyembunyikan ketakutannya.

⚡⚡⚡

Harry menelusuri lorong dengan langkah gesit. sebuah sihir familiar namun asing menuntunnya denhan anggun, membawanya ke sebuah ruangan yang nampaknya diberi bangsal pengunci. Namun entah bagaimana bangsal itu tidak berfungsi, membuat Harry dapat memasuki ruangan yang berisi banyak barang seperti bola ramalan mati dan sebuah cermin besar di pinggir ruangan. Penasaran menyelimuti dirinya, dengan keberanian yang datang entah darimana ia menatap bingkai indah cermin besar itu. 'Mirror of Erised' ia membaca dalam diam, tunggu—MIRROR OF ERISED?!

Harry hampir berteriak pada dirinya sendiri ketika membaca tulisan pada bingkai itu, ayahnya memang menyuruhnya berhati hati dengan cermin itu, karena katanya bisa membuat seseorang yang melihatnya kecanduan. 'erised stra ehru oyt ube cafru oyt on wohsi' dari apa yang ia tau, ia harus membacanya terbalik, jadi itulah yang ia lakukan.

"Ishow no tyo urfac ebu tyo urhe arts desire," Harry bergumam pelan, mulai memisahkan dan menyatukan kata kata berantakan itu menjadi satu kalimat yang jelas dalam kepalanya. "I show not your face but your hearts desire," menahan nafas sejenak, ia butuh menenangkan kepalanya untuk memikirkan ini.

Ia mengintip sejenak kedalam cermin itu, ada pantulan dirinya dengan banyak banyangan orang lain. Oh terkutuklah kau keberanian Gryffindor, perlahan ia melihat cermin dengan takut takut, sejenak ia mengamati pantulan dirinya dalam cermin itu.

Ada dirinya terlihat lebih tua, dengan Tuannya yang tersenyum bangga padanya, Draco berdiri gagah di sisinya seolah mengatakan kalau si pirang akan selalu menjadi pelindung baginya. Ada Severus, Lucius dan Narcissa yang berdiri di belakangnya, siap melakukan apapun bagi anak anak dan Tuan mereka. Ini kah hal yang paling ia inginkan, menatap lamat lamat cermin itu, sebuah dorongan sihir mengusiknya dan mendorongnya pergi, mencegahnya tergila gila pada cermin itu.

Harry tersadar, ayahnya benar. Cermin itu bisa membuatnya gila, segera ia berlari menuju Draco yang duduk di pinggir lorong dengan pucat, kedinginan dan ketakutan terpancar pada wajahnya. Ia memeluk si pirang, membisikkan pemicu

------
HUEEE MAAP LAMA UPDATENYAAA
sekarang hari kamis 18 maret 2021, jam 11 40 menuju hari jumat, besok siang ulanganku kelar, sholat Jum'at, lanjut ngetik harian YESS

Kalian masih nungguin ni cerita?

Tertanda
GM999

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top