7

Rendy dan Dennis kini sedang berada di meja makan di rumah Dennis. Dennis sedang makan nasi goreng yang tadi ia buat dengan tenang.

Sementara Rendy hanya diam saja sambil menatap nasi goreng di depannya.

"Kak Dennis bisa masak?!!" Itulah sebaris kalimat yang terus terngiang-ngiang di kepala Rendy

Sementara Dennis sendiri yang tengah makan hanya diam saja walau ia tau apa yang mungkin ada dipikiran sang remaja di depannya itu.

Dan kejadian itu bertahan hingga Dennis menghabiskan makanannya, "kau tidak suka?" Tanya Dennis yang sukses menyentak Rendy dari pikiran tidak berfaedah nya.

"Su-suka kok!" Rendy segera memakan nasi goreng itu sambil berdoa dalam hati agar ia tidak tersedak.

Dan juga berdoa untuk keselamatan jantungnya yang berdetak dengan kencang karena sang mahasiswa yang memperhatikan nya.

"A-apa... Ada sesuatu... Di wajahku ku kak?" Tanya Rendy yang tidak mengalihkan pandangannya dari nasi goreng yang tinggal setengah.

"Tidak." Jawab Dennis singkat dan tidak membantu.

"U-ukh.."

"Kevin... Lu dimana sih?!! Kenapa lu tinggalin gw dengan kakak yang tampannya mengalahkan kakak ku sih!! Gak setia kawan! Awas aja ya kamu kalau ketemu!" Batin Rendy jengkel dengan teman masa kecilnya itu.

Sayangnya Rendy tak tau kalau Kevin juga tengah menggerutu jengkel kepada dirinya.

.
.
.

"Terimakasih atas makanannya kak." Ucap Rendy

"Ya tak apa. Jadi... Kau akan pulang?" Tanya Dennis

Rendy terdiam. Sebenarnya kalau bisa ia ingin tinggal sedikit lebih lama dengan kak Dennis. Tapi ia tau itu tidak mungkin.

Sudah 3 hari mereka berada di kota ini, ia harus segera pulang untuk tidak membuat kedua saudaranya terkena masalah karena dirinya.

"Em.. kakak. Boleh aku minta no kakak?" Tanya Rendy memberanikan diri menatap Dennis.

Bluss..

"Uh, benar-benar kejahatan ada orang setampan ini..." Batin Rendy

Dennis yang melihat Rendy blussing menampilkan senyumannya, "kenapa wajahmu memerah? Apa kamu sakit?" Tanya Dennis sambil menempelkan kening mereka yang malah membuat wajah Rendy semakin memerah.

"Tidak panas.... Lalu kenapa wajahmu memerah?" Tanya Dennis yang masih menempelkan keningnya dengan kening Rendy.

"A-a-a-a-a-a-a...." Saking malunya Rendy sampai tidak bisa berkata-kata dan tergagap hebat.

.
.
.

"Kak lu kenapa bawa gua kemari sih?" Tanya seorang pemuda kepada pemuda lain yang lebih tua dari dirinya itu dengan nada sedikit sewot.

"Kevin, kau sudah menanyakan hal itu sebanyak 78 kali jika di hitung dari tadi malam. Gak bosen apa?" Tanya balik sang pemuda dengan ekspresi bosan diwajahnya.

"Kagak bosan tuh." Jawab Kevin santai dan dengan wajah datar.

Sementara kakak mahasiswa yang diketahui bernama Dion hanya memijat pelipisnya dengan sikap Kevin yang benar-benar keras kepala.

"Ku jawab untuk ke 78 kalinya juga. Kau tidur di taman gua gak tega dan gua bawa lu kemari dan temen lu itu sedang bersama temen gua." Ucap Dion dengan lelah.

Kevin menyipitkan matanya seakan tidak percaya dengan jawaban yang sudah ia dengar sebanyak 78 kali.

"Entah ide baik atau buruk membawa anak STM keras kepala ini." Batin Dion sambil tersenyum masam dalam hati.

Lalu keduanya hening. Kevin yang masih menatap Dion dengan tatapan menyelidik. Sedangkan Dion yang memilih memainkan salah satu game favoritnya di ponsel miliknya dengan serius.

"Lu.... Main game.... Itu juga?" Tanya Kevin pelan begitu ia mendengar suara tak asing yang berasal dari game yang tengah dimainkan oleh Dion.

"Ya, kenapa? Mau mabar?" tanya Dion sambil melirik kearah Kevin.

Kevin mengalihkan pandangannya dan dengan pelan menganggukkan kepalanya. Jangan lupakan ada semburat tipis diwajahnya.

Dion yang melihat itu terdiam sejenak sebelum tersenyum, "oke. Mau main di world siapa? Aku apa kamu?"

"Aku aja kak! Ada musuh yang mau aku kalahkan!"

"Oke, apa kodenya."

"********"

"Oke, gua masuk. Lu dah masuk kan?"

"Sudah donk."

"Lah, bos ini belum kamu kalahkan?" Tanya Dion kaget sambil menatap kearah Kevin.

"Belum kak. Susah, tolongin ya~" mohon Kevin dengan Pupy eyes.

Dion yang melihat Pupy eyes Kevin hanya mengangguk saja, "kenapa belum? Gua aja udh ngalahin dari 3 bulan yang lalu." Tanya Dion sambil mainkan gamenya.

"Kakak yang biasa ngebantu dan Mabar bareng aku akhir-akhir ini sibuk. Jadi gak bisa minta tolong sama dia." Jawab Kevin tanpa kehilangan fokusnya pada game yang tengah ia mainkan.

Jeda sejenak sebelum jawaban berupa 'oh' keluar dari mulut Dion.

Dan setelah itu mereka Mabar bersama selama lebih dari 4 jam penuh. Kevin berpikir ada untungnya juga ia ikut Rendy mencari si kakak mahasiswa.

Apalagi Dion memberikan trik dalam bermain game kesukaannya tanpa memerlukan cheat.

Kevin merasa bahwa hari ini adalah salah satu hari terbaik dirinya. Ia pun akhirnya melupakan kenapa ia berada di rumah Dion dan melupakan ke khawatiran nya kepada Rendy yang mungkin saja sudah tidak bisa menenangkan detak jantungnya.

.
.
.

Rendy yang kini terjebak antara tembok dan tubuh kak Dennis hanya bisa diam dengan wajah yang sudah menyamai kepiting rebus.

"Ka-kak?" Tanya Rendy sedikit takut saat Dennis mendekatkan wajahnya.

"Kak Dennis kesurupan bukan sih?..." Batin Rendy tak tau kondisi.

Dennis sendiri hanya menyeringai melihat Rendy yang semakin gelagapan terutama dengan wajahnya yang sudah sangat memerah.

"Masih tidak mau menjawab?" Tanya Dennis dan dijawab anggukan cepat dari Rendy.

Dennis melunturkan senyumannya untuk sesaat, "yakin?" Tanya Dennis dengan gelap.

Rendy yang melihat perubahan drastis dari kak Dennis tentu ketakutan. Apalagi karena dia lah kak Dennis menampilkan ekspresi itu.

"A-a-aku..." Rendy berusaha menjawab. Tapi ia terlalu ragu dan takut.

Berbagai pikiran negatif menghampiri nya. Ia takut kak Dennis melihat dirinya dengan jijik setalah ini.

"A-aku... Ingin.. mengenal kak Dennis... Lebih dekat ... Karena..."

Dennis masih setia menunggu jawaban yang akan dikeluarkan oleh Rendy.

"Ka-karena ... A-aku... A-aku.."

Sulit, mengucapkan 1 kalimat itu sangat sulit sekarang. Tapi Rendy tau ia harus melakukannya jika ingin kak Dennis setidaknya melepaskannya dari posisi memalukan ini.

"A-aku... Me-me.. me.. me.."

"Me apa? Cepatlah. Aku tidak punya waktu un-"

"Kerena aku menyukai mu!!" Teriak Rendy spontan sebelum menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Ia menatap kearah kak Dennis takut-takut, "kau menyukai ku?" Tanya Dennis dan Rendy menjawabnya dengan anggukan kaku.

Ia sekarang benar-benar takut. Bahkan Dennis bisa melihat matanya yang sudah berkaca-kaca. Sepertinya, dia terlalu memaksakan.

"Apa kau yakin itu bukan karena ketertarikan semata?" Tanya Dennis dan diangguki oleh Rendy.

Dennis menghela nafas sebelum akhirnya memundurkan tubuhnya dari Rendy hingga menciptakan jarak 2 langkah kaki.

Rendy masih menunduk ia takut untuk melihat wajah Dennis sebelum akhirnya tubuhnya merosot kebawah dengan tubuh yang sedikit bergetar.

Dennis yang melihat itu mulai merasa bersalah, "sepertinya aku benar-benar kelewatan." Gumam dia pada dirinya sendiri.

.
.
.
.

To be continued.

.
.
.

Ternyata oh ternyata Kevin dengan Dion itu hanya bermain game bersama. Beda jauh banget dengan Dennis dan Rendy ya haha.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top