10.
Hari ini adalah hari Sabtu. Rendy berserta Kevin dan kedua sepupunya berencana untuk berjalan-jalan.
"Entah kemana yang penting jalan-jalan." Begitulah yang dikatakan oleh Rendy kemarin.
Kedua saudaranya sih setuju-setuju saja karena mereka cukup sering melakukan hal-hal seperti ini saat dulu.
Tapi berbeda dengan Kevin yang langsung protes. Baginya kalau mau jalan-jalan itu harus jelas biar gak kesasar.
Tapi dengan bujukan dari Irham. Akhirnya Kevin pun setuju untuk ikut.
Dan sekarang mereka tidak tau sedang berada di mana saat ini.
Mereka kesasar? Ya.
Mereka panik? Kevin doank.
Itu benar. Hanya Kevin yang sedari tadi mengeluh dan juga protes. Dan juga jujur itu membuat ketiga orang itu -terutama Irham yang memiliki sumbu kesabaran pendek- ingin sekali meninggalkannya sendirian disini.
Tapi mereka tidak ingin kena cekcok sama papanya Kevin. Jadi ya, mereka hanya menyumpal mulut Kevin dengan kain saja kok. Tidak lebih.
Ini serius btw.
"Hmm!!! Hm!! Hm?!!!"
"Berisik!!!!!" Teriak Irham yang sudah mencapai batasnya tentunya dengan tendangan maut yang ia berikan kepada Kevin agar ia benar-benar ... diam?
Rendy dan Leini? Mereka sudah masuk dalam mode diskusi untuk menentukan jalan mana yang akan mereka ambil selanjutnya.
Hei, alasan kenapa ketiganya tenang-tenang aja kalau kesasar ya karena mereka itu bisa di bilang lucky atau cukup beruntung dalam hal ini.
Ya, mereka hanya pilih jalan dan tau-tau sampai ke tujuan. Berbeda dengan Kevin. Dia kalau kemana-mana itu harus jelas karena dia unlucky.
Sekali kesasar bisa makin kesasar dia. Waktu itu papanya Kevin pernah cerita ke Rendy kalau Kevin itu waktu SD kelas 6 pernah kesasar saat mau ke rumah temannya.
Dan ya, dia tidak mengetahui jalan menuju rumah temannya itu yang membuat dirinya kesasar.
Papanya bilang dia hilang selama 3 hari sebelum akhirnya ditemukan disebuah terminal bus yang jaraknya sangat, sangat, sangat jauh dari rumah temannya itu.
Tapi itu cerita dulu, untuk cerita ini kan berbeda karena Kevin tidak sendirian. Jadi seharusnya Kevin tidak perlu se-panik atau se-cerewet ini kan?
Alasannya simpel. Leini dan Irham itu tidak menyukai suasana berisik. Terutama Leini. Dan Irham sangat tidak menyukai seorang yang cerewet. Jadi, wajar saja ia akhirnya kena tendangan maut dari Irham.
Setidaknya ia masih harus bersyukur karena Leini tidak ikut turun tangan untuk menghajarnya.
Leini satu-satunya cewek dan juga ia yang paling kecil diantara mereka berempat. Tapi, tenaganya jangan dia anggap enteng.
Apalagi mulut nya itu bisa se-pedas cabai.
Kecil-kecil cabai rawit dia.
Ok. Kembali ke keadaan.
"Perumahan apa ini?" Tanya Irham sambil memperhatikan sekelilingnya.
"Ini perumahan elit. Kau bisa melihat dari rumah-rumah yang ada disini." Jawab Leini acuh tak acuh sambil memperhatikan Rendy yang tengah menyeret Kevin yang tampak lesu.
"Lebih baik kita bertanya kepada security yang ada disini agar kita mengetahui sedang berada di daerah mana kita." Usul Rendy sambil mengguncangkan Kevin yang masih lesu.
Ah, tadi sempat ada gempa dan juga mereka berempat hampir keserempet mobil yang ugal-ugalan.
Bukan masalah besar~
Akhirnya ketiganya memutuskan untuk menunggu Kevin sadar bahwa mereka baik-baik saja saat ini. Juga mereka sudah terlanjur malas menyadarkan Kevin yang masih terbayang kejadian tadi.
"Irham, kau jaga Kevin disini. Aku dan Leini akan pergi ke security untuk bertanya." Suruh Rendy sambil melemparkan Kevin kearah Irham.
"Kenapa aku yang harus mengurus dia?!!"
"Karena kau bosnya." Jawab Leini asal sebelum pergi bersama Rendy untuk mencari security.
...
"Hei, apa di daerah seperti ini memang benar-benar ada security?" Tanya Rendy begitu ingat.
"Tentu saja ada. Mereka mempunyai security masing-masing di rumah. Sama seperti rumah kita." Jawab Leini tenang.
Keduanya memilih pergi ke rumah terdekat untuk bertanya. Untunglah security yang mereka datangi cukup baik untuk memberitahukan di daerah mana mereka saat ini dan juga terminal terdekat dari sini.
Keduanya mengucapkan terimakasih dan berjalan kembali ke tempat di mana Kevin dan Irham berada.
"Kita berjalan cukup jauh juga." Ucap Rendy sambil menggaruk tengkuknya.
Leini meliriknya dan menjawab dengan anggukan kepala. Ia melihat ke sekitar sebelum berhenti dan menarik Rendy untuk menjauh dan bersembunyi.
Rendy yang di tarik hanya diam saja sebelum menoleh kearah dimana Leini melihat sesuatu.
Deg!
"Bagaimana bisa?!"
Keduanya bersembunyi di salah satu celah di antara dua rumah yang ada. Celah itu kecil. Tapi karena keduanya memiliki tubuh yang kecil jadi mereka tidak memiliki masalah.
"Ku tebak... Itu kakak mahasiswa itu ... Kan?" Tanya Leini kepada Rendy yang mengangguk.
"Bagaimana mungkin ..."
Leini yang mendengar gumaman Rendy hanya diam saja sambil memperhatikan para mahasiswa/I itu berjalan kearah salah satu rumah yang ada.
Setelah cukup lama. Akhirnya keduanya bisa keluar dari tempat persembunyian mereka.
"Rendy... Kau yakin mencintai kakak mahasiswa itu?" Tanya Leini tanpa emosi kepada Rendy yang tampak linglung.
".... Aku yakin."
"Kau memiliki jeda."
"Lei-"
"Dengar. Aku tidak peduli siapa yang kau cintai Ren. Selama itu bisa membuatmu bahagia aku akan setuju. Tapi, bukan berarti aku tidak keberatan untuk beberapa hal."
"Leini ..."
"Jika kau mau mencintai. Kau membawa resiko rasa sakit yang tak tertandingi di hatimu Ren. Kuharap kau mengingat ini."
Leini mempercepat langkahnya untuk segera sampai ketempat Irham dan Kevin berada.
Meninggalkan Rendy yang tengah mematung menatap punggung kecil Leini yang terus menjauh.
"Aku tau ... Lei." Gumamnya pelan sebelum menyusul Leini yang sudah tak terlihat.
Rendy tau Leini hanya ingin ia bahagia. Ia hanya tak ingin Rendy mengalami rasa sakit yang ia rasakan.
Rendy juga tau kalau cinta itu tidak semuanya indah. Karena itulah ia selalu mengambil skenario terburuk untuk mempersiapkan hatinya.
Walau begitu. Tak dipungkiri bahwa kejadian tadi membuat perasaan Rendy menjadi rumit.
Rendy tidak pernah berharap. Tapi tetap saja. Melupakan tidak semudah mencintai.
Rendy tersenyum kecut sebelum mengubah senyuman menjadi senyum jail dan segera memeluk bahu Leini yang berhasil ia kejar.
"Hei Lei. Bagaimana kalau kita mengerjai mereka berdua?"
Leini yang berhasil di tahan oleh Rendy hanya bisa pasrah mengikuti kemauan sahabat sekaligus saudaranya ini.
Jika Rendy sudah seperti ini. Tidak akan ada yang bisa menghentikannya kecuali kakaknya sendiri.
Ngomong-ngomong ... Leini bersyukur bahwa yang menemani Rendy kali ini adalah dirinya. Bukan Kevin ataupun Irham.
Ia benar-benar bersyukur.
To be continued.
Menurut kalian ... Apa yang dilihat oleh Rendy dan Leini?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top