Apa itu Cinta?

Cinta?

Apa itu cinta?

Menurutku, cinta adalah sebuah perasaan yang tak dapat terucap oleh bibir, tak dapat dirangkai oleh kata- kata, dan tak dapat disusun menjadi sebuah kalimat.

Cinta itu buta, karena ia tak mengenal usia maupun fisik. Ia juga tak kenal rintangan dan penderitaan, serta ia tak peduli dengan segala cobaan dan tantangan yang menghadang.

Cinta akan terus berjuang dan akan terus menerjang segala rintangan yang ada.

Ia akan tetap bertahan di tengah kesakitan. Ia akan tetap bertahan di tengah kepedihan. Ia akan tetap berdiri tegap walaupun badai menerpa.

Cinta juga akan mempertahankan dan melindungi apa yang menjadi miliknya.

Namun terkadang, cinta juga berarti melepaskan.

Melepaskan bukan karena ia tidak peduli lagi, namun karena ia harus mengikhlaskan sesuatu yang tak mungkin akan menjadi miliknya.

Cinta itu tidak memaksakan, namun merelakan. Tidak ingin memiliki, tetapi ingin berkorban.

Inilah yang namanya cinta.

Cinta yang tulus, yang sejati.

Cinta itu tidak egois. Ia setia, dan tidak menyimpan dendam.

Cinta itu berarti bukan semata- mata demi dirinya, namun demi orang yang dicintainya. Bukan untuk kepentingan sendiri, melainkan untuk kepentingan orang yang dikasihi.

Cinta sejati itu rela mengorbankan perasaannya sendiri agar orang yang dicintainya bahagia. Rela menderita agar orang yang ia sayangi itu tidak menitikkan air mata kesedihan.

Namun, apakah cinta itu selalu harus terbalaskan? Jawabannya adalah tidak.

Karena mencintai itu harus secara ikhas dan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan ataupun imbalan.

Cinta itu memberi, bukan meminta.

Ada kalanya juga cinta tak dapat diungkapkan. Bukan karena ia tidak memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya, tapi ia hanya takut kehilangan orang yang dicintai setelah ia mengungkapkan perasaannya itu.

Walaupun begitu, banyak orang yang memilih untuk menyimpan perasaannya sendiri. Ia memendam seluruh perasaan itu di dalam hatinya yang paling dalam, supaya tak ada satu pun orang yang mengetahuinya.

Ya, itu termasuk diriku.

Aku selalu menyimpan perasaan itu sendiri. Aku selalu menutupnya rapat- rapat, agar tak diketahui oleh dunia luar.

Karena aku tahu, meskipun aku mengungkapkan perasaan itu kepadanya, ia takkan mengerti, dan ia takkan merasakan hal yang sama denganku.

Mengapa?

Karena perasaan ini, hanya dapat kurasakan sendiri.

Takkan ada yang tahu, takkan ada yang peduli.

Di dalam diam aku menangis, dan di dalam kesunyian aku menjerit.

Satu- satunya yang mengerti perasaan hatiku hanyalah musik.

Seluruh kesedihanku, aku tumpahkan kepada gitar klasik yang selalu kumainkan, di kala sang surya mulai terbenam, ditemani oleh langit senja dan secangkir cokelat panas.

—Melody Adila.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top