Volvariella Volvacea
Ren menatap kotak yang ada di hadapannya dengan tatapan hampa. Padahal, kotak itu hanya kotak biasa. Terbuat dari plastik. Penutupnya transparan, memiliki beberapa lubang.
Dari tutup transparan itu, Ren bisa melihat dengan jelas isinya. Yaitu beberapa buah jamur merang yang masih utuh. Inilah penyebab mengapa Ren menatapnya sedemikian rupa.
Hanya jamur merang. Namun harganya lumayan mahal. Dibeli dari supermarket yang pajaknya juga tinggi. Tapi sayang, itu bukan jamur yang akan digunakan untuk praktikum biologi.
"Ibumu memberikan ini padamu," ujar seorang teman dekat.
'Ya Tuhan 'pekik Ren dalam hati. Ia merasa sangat bersalah. Dan kini, baginya, semuanya terasa sangat salah. Ren pun membawa jamur itu ke lab biologi dengan perasaan campur aduk.
"Silahkan perwakilan tiap kelompok maju untuk mengambil lks!" perintah guru biologi.
Ren menaruh buku biologi dan jamur nya di sembarang meja lalu bergegas mengambil lks. Ketika ia kembali, ia mendapati sekelompok siswa mengerubungi mejanya.
"Apa yang kalian lakukan? Ini tempat ku!" ujar Ren.
"Kau tidak lihat? Kelompok kami tidak kebagian tempat," jelas seorang siswa.
"Huh, ya sudah. Aku akan hijrah ke meja lain. Ini lks untuk kelompok kalian," Ren mengambil barang-barangnya dan mencari kelompok yang kekurangan orang. Ren beruntung masih ada kelompok yang mau menampungnya.
"Permisi, bu. Apakah dalam praktikum kali ini boleh menggunakan jamur selain jamur tiram?" tanya Ren.
"Ah, tidak usah. Ibu menyuruh untuk membawa jamur tiram, gunakan saja itu," jawab sang guru biologi.
'Yah..' Ren menghela nafas.
Praktikum biologi berjalan dengan lancar, kini saatnya untuk pulang. Ren menghela lagi nafasnya dalam-dalam sebelum keluar dari lab biologi. Ia memikirkan reaksi ibunya ketika ia pulang nanti.
'Hari ini tak akan jadi begitu buruk, kok Ren'
Ia terus bergumam dalam hati sambil memasukkan barang-barangnya kedalam tas. 'Habis ini ada les...' Ren bergumam lagi. Ia pergi ke loker untuk mengambil jaket putih miliknya lalu berjalan keluar kelas.
'Ah, mungkin aku harus memberikan ibu ganti rugi. Harga jamur itu berapa sih..? Lima puluh? Delapan puluh? Seratus?..'
Tes.. Tes..
Kepala Ren terasa dingin dan basah. 'Oh hujan toh,' katanya dalam hati. Tiba-tiba, Ren berbalik arah kembali menuju sekolah.
'JAMUR KU KETINGGALAN!'
Ren berlari secepat mungkin. Ia khawatir kelasnya sudah dikunci. Jika sudah, maka ia akan menemukan sekotak jamur merang terbuang sia-sia di pagi berikutnya.
'Jamur-jamurku yang malang! Terpekur kaku kedinginan di dalam kelas!' pekik Ren mendramatisir.
Sesampainya di kelas, Ren bergegas membuka lokernya dan menyambar sekotak jamur miliknya lalu lari keluar sekolah.
"Yha.. Hujan lebat.." kata Ren di gerbang sekolah. Arlojinya sudah menunjukkan pukul empat kurang lima belas. Sebentar lagi les akan di mulai. "Ah, tidak ada waktu lagi!"
Ren pun berlari menembus hujan. Sebenarnya ia membawa jas hujan agar tidak perlu basah-basahan. Tapi mau bagaimana lagi?
Air hujan yang membasahi baju dan sepatunya itu takkan membuatnya gentar. Ren lebih tenang mengetahui ia sudah membawa sekotak jamur merang di tasnya.
-------
15.49
Dengan mata mengantuk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top