Mabuk

DISCLAIMER!!!

PROSA DIBAWAH DITULIS DENGAN BAHASA KIASAN!!!!
.
.
.
.

Padahal, sudah terhitung 5 bulan.

Sejak itu, segalanya sudah dimulai. Jadi, yang terjadi di bulan Desember itu hanya lanjutan. Bukan sebuah koda.

Aku. Kamu. Mereka. Dan hampir seluruh gedung, mabuk. Sekarang, putar siaran ulangnya.

Pertama-tama, disuguhkan menu untukku. Duh, padahal bukan lagi kali pertama bagiku. Aku dan rombongan jelas memilih apa yang seharusnya kami butuhkan.

Gelas-gelas sudah terhidang. Semua punya takaran. Milikku tidak terlalu berat. Tapi cukup memusingkan jika tidak biasa.

Kami hanya ingin pentas. Demi akhir yang mudah karena segelintir orang memaksakan.

Setiap sore?

Bukan. Setiap kesempatan yang ada kami gunakan untuk meneguk cairan berkilap dalam gelas itu. Menikmati? Hati kecilku berkata iya.

Merasa berdosa? Pasti. Tapi memangnya memangnya mereka tahu? Kalau diberi tahu, mereka mau dengar?

Alahai, harusnya mereka juga sadar. Mau ibadah juga susah sesudah itu. Harus benar benar berhenti total. Lagi pula, apa sang kondektur pernah mau beribadah bersama?

Tibalah hari itu. Pukul 10 pagi. Rombongan diajak ke panggung pentas. Hitungan ke empat, kami semua tenggelam.

Jiwaku diaduk-aduk. Wajahku dicoreng moreng. Tubuhku bergerak bukan untukku. Begitu halusnya ia merusak sukma. Kalaulah meja dan kursi ikut berdendang, mungkin tempat itu akan lebih kacau.

Hingga pagi, pusarannya masih mengacaukan kepalaku. Tiba-tiba meracau, tiba-tiba berdansa sendiri.

Ku tulis ini, karena ku masih mabuk. Bukan oleh minuman. Tapi oleh musik.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top