Aster Putih
Mentari pagi memang yang terbaik. Ia muncul malu-malu seolah meminta izin untuk bersinar, memberi kehangatan.
Gadis itu mengizinkannya, hingga masuk ke dalam relung hatinya yang hampir membeku. Gadis itu tahu pagi ini tidak biasa. Segenap rasa penasaran mendorongnya untuk pergi. Dengan hanya mengenakan gaun tidur dan dan sandal, ia berjalan keluar dari rumahnya.
Gadis itu berjalan perlahan menyusuri padang ilalang. Angin semilir membuat rambut panjangnya berkibar. Kesendirian makin ia rasakan.
Padang ilalang itu tidak terlalu luas. Setelah melewatinya, gadis itu bertemu dengan jalan setapak yang membawanya ke pemukiman warga. Gadis terus berjalan, sesekali menyapa ibu-ibu yang sedang sedang bercengkrama satu sama lain.
Langkah kakinya membawa gadis itu ke sebuah lapangan yang di penuhi oleh bunga aster berwarna putih. Semua bunga itu masih utuh. Masih sama seperti sebelum badai kemarin.
'Dia tidak menghancurkannya'
Nafas gadis itu tiba-tiba sesak. Meski begitu, ia terus melangkah. Semakin ia memasuki lapangan itu, nafasnya semakin sesak. Bukan karena ia alergi bunga aster.
"Bunga-bunga ini indah.."
Lapangan itu benar-benar luas. Bunga aster masih bisa terlihat sejauh mata memandang.
"Biar semua orang menikmati indahnya bunga ini.. "
Gadis itu jatuh berlutut di tengah-tengah bunga aster. Air matanya meleleh seketika.
"Sekali pun kita berpisah.. Keindahan mu akan ada menetap di hati.."
Ujar pria itu kemarin.
"Aku tidak tahu arti dari bunga ini. Tapi, aku menanamnya karena penyesalan dalam hatiku yang tidak bisa aku hilangkan..."
Gadis itu tahu.
Ia juga tahu ini salahnya. Salahnya sudah ragu. Salahnya sudah marah. Pria itu bilang bahwa ia menyesal sudah menyukai gadis itu. Namun gadis itu sudah menebar cinta padanya.
"Aku tidak tahu kapan akan bertemu kembali.."
Perih membuat tangis gadis itu makin keras.
"Masa depan memang bukan milikku atau milik kita.."
Andai bunga-bunga itu punya mata, mereka akan ikut menangis.
"Aku akan tetap bermimpi menggenggam tangan mu.."
Gadis itu menangkat kepalanya. Ada bunga aster yang sedang mekar. Tadinya ia ingin meraung, namun kelembutan itu menyentuh hatinya, membuat mendung perlahan memudar.
Gadis itu menyeka air matanya. Bibirnya menyunggingkan senyum.
"Terimakasih.."
------------
Aku tidak jago menulis romansa. Kalau ada bumbu yanderenya mah bisa (tapi ya gitu)
Komentar kalian membantu ku mengembangkan diri. Terimakasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top