Anata no Egao

•Ao no Egao•

Disclaimer : Masashi Kishimoto
By : @DifaNArfa
Rated : T
Pairing : SasuSaku
Genre : Romance, Drama, Hurt.

⚠WARNING OOC, CERITA PASARAN, MUDAH DITEBAK DAN CERITA MEMBOSANKAN

°Cafe Konoha°

Matahari telah muncul dari ufuk timur, keramaian kota mulai mengganas. Seorang perempuan keluar dari balik persegi panjang berwarna coklat tua disana membawa sebuah papan hitam bertuliskan 'Cafe Konoha' ia pun membalik papan bertuliskan 'close' menjadi 'open'.

'Open' atau buka, cafe telah dibuka untuk umum. Para karyawan telah siap menanti datangnya pelanggan. Meja maupun kursi telah rapi diatur, dekorasi nan indah telah dipajang, peralatan dapur telah siap memasak.

"Pagi" Ucap seseorang yang membuat perempuan itu berbalik menghadapnya.

"Pagi juga, Shizune-san." Jawabnya.

"Kau datang pagi sekali, Sakura. Ini masih pukul 8 pagi." ucap Shizune.

"Aku hanya ingin bersiap saja Shizune-san. Apa anda hari ini pergi?" Tanyanya.

"Ya, hari ini aku ada kelas pagi. Kau tidak?" Tanya kembali Shizune.

"Ya begitulah, maka dari itu saya berangkat pagi hari ini." jawab Sakura.

"Baiklah, aku pergi dulu. Selamat bekerja, Saku." ucap Shizune berjalan perlahan melewati Sakura.

"Hati-hati dijalan, Shizune-san." peringat Sakura yang melihat Shizune hingga hilang dari penglihatannya.

"Sakura bisa tolong bantu kemari." pinta seseorang dari dalam cafe.

"Baik."

Sakura melewati persegi panjang tersebut lagi dan saat ia di dalam yang ia lihat hanyalah sebuah ruangan yang tidak begitu luas namun, entah mengapa dipikirkannya kenapa disini terasa nyaman?

"Sakura sini, bantu kami sebentar." pinta seseorang kepadanya lagi.

"Aku segera kesana." balasnya.

"Sakura tolong bantu bersihkan piring-piring kotor di dapur, ya." pinta seseorang, Sherina.

"Baik."

Sakura pun berjalan menuju dapur, disanalah ia berdiri di depan setumpuk piring kotor diatas wastafel. Tanpa menggerutu ia pun membersihkan bagian-bagian kotor diatas piring-piring tersebut.

"Sakura, apa kau sudah selesai? jika sudah tolong bantu di kasir." pinta sang pemilik cafe, Yamato.

"Baik, tuan." balasnya.

Sakura pun telah menyelesaikan tugasnya yang pertama, ia berlanjut ke tempat kasir berada.

"Tuan, apa yang bisa saya bantu?" Tanyanya kepada sang pemilik cafe.

"Gantikan aku sementara, aku akan pergi mengecek bahan-bahan cafe." perintahnya.

"Baiklah." ucapnya menerima perintah. Sakura pun menggantikan di bagian kasir.

Jam telah menunjukkan pukul 10 pagi dan Cafe pun telah didatangi para pengunjung. Memang terlihat agak tak ramai namun, bisa dilihat dari penampilan mereka yang rapi nan siap untuk menjalankan aktivitasnya meluangkan waktu sejenak untuk menyeduh kopi hangat di Cafe ini.

Kling

Bel pintu berbunyi menandakan pelanggan masuk."Sakura!" panggilnya.

"Selamat datang di Cafe kami" salam Sakura. "Oh, ternyata kau Naruto." Lanjutnya.

"Ya begitulah, apa hari ini dia datang?" Tanya Naruto.

"Tidak, hari ini dia juga tidak datang." balasnya.

"Begitu ya, sepertinya aku kurang beruntung. Sakura, aku pesan yang biasa satu, ya." pinta Naruto.

"Baiklah, tunggu sebentar." jawabnya.

Pemuda bersurai pirang, memiliki kumis seperti kucing di kedua pipinya, irisnya yang seperti biru langit. Uzumaki Naruto, teman Sakura.

"Silahkan pesanan anda, tuan." ucap Sherina meletakkan secangkir kopi diatas meja di depan Naruto duduk.

"Terimakasih." balasnya.

"Silahkan dinikmati." ucap Sherina lagi.

"Ano, Sherina. apa dia masih seperti itu?" Tanya Naruto.

"Dia? apa maksudmu Sakura? ya tentu saja, dia masih." balas Sherina dengan senyumannya.

"Begitu ya, terimakasih." ucap Naruto.

"Jika sudah tidak ada lagi yang dibutuhkan, saya permisi." ucap Sherina ber-ojigi lalu beranjak pergi.

"Sakura-chan..." Ucap Naruto lirih melirik kearah Sakura. "Seandainya aku bisa lakukan sesuatu." Lanjutnya.

Entah apa yang dipikirkan oleh Naruto sekarang, terlihat dari raut wajahnya saat ini yang tengah khawatir terhadap Sakura.

Kring kring kring

Telepon cafe berdering diangkatnya ganggang telepon oleh Sakura. "Halo, selamat siang disini cafe Konoha. Dengan siapa saya bicara?"

"Permisi, jadi benar ini nomor telepon cafe Konoha? saya ingin memesan satu meja spesial dan kue ulang tahun bertuliskan 'Happy Birthday Rosea' untuk jam 7 malam nanti." ucap seorang diseberang.

"Baiklah atas nama siapa?" Tanya Sakura lagi.

"Atas nama Richard Branson." ucap Richard si penelepon.

"Baiklah, saya akan siapkan pesanan anda nanti." balas Sakura.

"Terima kasih." ucap Sakura. Telepon pun ditutup oleh si penelepon.

"Sakura, aku sudahi saja hari ini. Aku juga memiliki tanggungan di rumah." ucap Naruto yang sudah ada di depan Sakura.

"Baiklah, semuanya jadi 800 yen." balasnya.

"Ini, sampai jumpa Sakura." ucap Naruto melambaikan tangan dan pergi keluar dari cafe.

"Terimakasih sudah berkunjung kemari." ucap Sakura ber-ojigi.

Jam telah menunjukkan pukul 4 sore waktu untuk Sakura berpulang ke rumah.

"Sakura, apa hari ini kau sudahi?" Tanya Sherina pada Sakura.

"Iya, sekarang aku bergantian dengan Shizune-san." balasnya.

"Kalo begitu hati-hati, di luar sedang turun hujan." peringat Sherina.

"Terimakasih atas perhatiannya Sherina, aku pulang dulu, sampai jumpa besok." ucap Sakura.

"Sampai jumpa besok." ucap Sherina.

"Oh ya, Sherina jangan lupa nanti malam ada pelanggan yang memesan meja dan kue." ucap Sakura.

"Aku tahu, sekarang kau pulanglah." usir Sherina.

"Baiklah, selamat bekerja." ucap Sakura pergi meninggalkan cafe melewati pintu belakang yang ada di dapur.

Srashh

Suara air hujan kini turun dengan derasnya untunglah Sakura telah menyiapkan payung di dalam tasnya, mungkin.

"Hm? tidak ada, payungku tidak ada? huh, sepertinya aku harus membelinya di supermarket terdekat dan juga aku ingin membeli sesuatu disana," ucap Sakura pada dirinya sendiri. "Tapi apa sebaiknya aku pinjam punya Sherina? sudahlah sepertinya hujan ini sampai tengah malam, aku kasihan pada Sherina jika aku meminjam payungnya." Lanjutnya.

Sakura pun menerobos air hujan yang deras walaupun tubuhnya basah sekalipun. Lalu, sampailah ia di supermarket.

"Maaf nona, hari ini kami kehabisan payung, karena hujan yang begitu deras semua payung terjual habis." ucap seorang pelayan disana.

"Baiklah tak apa aku akan belanja ini saja." ucap Sakura menyerahkan keranjang yang berisi barang belanjaan.

"Baiklah nona, apa ada tambahan lagi?" Tanya pelayan tersebut.

"Tidak." jawabnya singkat.

"Baiklah nona, total semuanya 2100 yen." ucap pelayan.

"Ini." ucap Sakura menyerahkan uang.

"Terimakasih anda telah berbelanja di supermarket ini, sampai jumpa kembali." ucap pelayan.

Sakura tengah menunggu hujan reda di depan supermarket, seperti dugaannya bahwa hujan belum juga berhenti.

"Apa hujan belum berhenti juga?" Tanya seseorang yang baru saja keluar dari pintu supermarket. "Ya ampun, padahal hari ini aku harus menyelesaikan skripsiku."

"Hm? Maaf nona, anda akan tertabrak kereta belanjaan nanti jika anda masih berdiri di situ." ucapnya lagi yang sepertinya merujuk kepada Sakura.

"Hm?"

"Lihatlah sebelah kanan anda." ucap pemuda tersebut.

"Hm? Oh maafkan saya." ucap Sakura yang baru menyadari bahwa dirinya telah menghalangi seorang pegawai supermarket yang tengah membawa kereta belanjaan.

"Tak apa sebenarnya saya juga ingin bilang kepada anda, namun pemuda tersebut yang telah memberitahu anda." ucap pegawai tersebut.

"Sekali lagi maafkan saya." ucap Sakura ber-ojigi.

"Ya tak apa nona, saya permisi." ucap pegawai tersebut berjalan memasuki pintu supermarket.

"Nona sepertinya anda kurang fokus, hehe." ucap pemuda disebelah Sakura.

"Hm."

Sakura pergi menerobos hujan, entah mengapa tiba-tiba ia pergi begitu saja. Mungkin dia tersakiti oleh ucapan pemuda tadi atau mungkin Sakura memang sudah ingin pulang cepat sebelum hujan semakin deras.

"Hm? apa mungkin ucapanku menyinggung perasaan nona tadi? hm? ini kan." ucap pemuda tersebut.

"Nona, setelah saya cari lagi ternyata masih ada satu payung yang tersisa. Lho, nona tadi kemana?" Tanya seorang pelayan yang tiba-tiba keluar dari pintu supermarket sambil membawa sebuah payung.

Di lain tempat, Sakura tengah berlari dengan kencangnya. Tak dipikir olehnya keadaannya sekarang, ia tak melihat ke arah depan. Terus saja ia berlari lalu tiba-tiba ia tergelincir dan terjatuh di atas aspal.

Raut wajah Sakura tak bisa ditebak karena hujan yang menghalangi pandangan, entah Sakura sedang menangis atau tidak. Mungkin ia biarkan hujan membasahi dirinya menggantikan air matanya yang menetes.

Dilihatnya sisi kanan, terlihat disana sebuah kuil. Dipikirkannya berteduh di kuil tersebut walaupun di pinggir bawah atap kuil.

Merenung.

Mungkin itulah satu kata yang cocok untuk Sakura saat ini. Ia tengah duduk jongkok di pojok kuil dan menundukkan kepalanya.

Set

"Huh?!" ucap Sakura terkejut karena merasakan sesuatu diatas kepalanya. Ia pun melihat ke arah depannya.

"Pakailah, kau mungkin membutuhkannya." ucap seorang pemuda di depannya.

"Kau...siapa?" Tanya Sakura pada pemuda tersebut.

"Aku? namaku Gaara, Sabaku no Gaara. Kalo nona?" Tanyanya.

"Sakura, Haruno Sakura. Kenapa kau peduli padaku?" Tanya Sakura lirih.

"Karena kau nona yang terlihat butuh bantuan," ucap Gaara dengan senyumannya.

"Huh?" ucap Sakura bingung dan tersinggung atas ucapan Gaara.

"Tentu saja bukan karena itu, ini belanjaanmu tertinggal di supermarket." ucap Gaara memperlihatkan belanjaan Sakura.

"Oh, aku tak tahu jika belanjaanku tertinggal, terimakasih Sabaku-san." ucap Sakura.

"Apa itu Sabaku-san? kau lucu sekali, panggil saja aku Gaara." ucap Gaara.

"Hm, baiklah Gaara." ucap Sakura.

"Sepertinya hari sudah mulai larut malam dan hujan belum juga reda. Oh, aku lupa hari ini aku harus menyelesaikan skripsiku. Sakura aku duluan." ucap Gaara berlari meninggalkan Sakura disana.

"Tunggu, jaketmu bagaimana?" Tanya Sakura.

"Benar juga, gunakanlah untuk menghangatkan dirimu dan juga payung ini kutinggalkan untukmu, sampai jumpa Sakura." ucap Gaara semakin menjauh.

"Ga-gaara-san temui aku besok di cafe Konoha, akan ku kembalikan jaketmu disana!" Seru Sakura.

"Baiklah."

Sakura pun pulang dengan membawa jaket Gaara dan payung yang dipinjaminya. Sesampainya di rumah, ia mencuci jaket Gaara dan mandi, setelah semuanya selesai ia kembali ke kamarnya.

"Sakura, apa kau tak mau makan?" Tanya ibu Sakura, Mebuki.

"Tidak, aku tidak lapar hari ini." balasnya.

"Huh" desis Sakura kelelahan.

Drrtt

Ponsel Sakura bergetar. Ia pun mengangkat ponselnya dan dilihatnya ada sebuah email masuk dari temannya, Uzumaki Karin.

"Karin? ada apa dengannya?." ucap Sakura bingung, lalu ia pun membuka email dari Karin.

Email
From : Uzumaki Karin
To : Haruno Sakura
Subject : Date

Sakura apa lusa kau tak bekerja? Kalo iya, kuingin mempertemukanmu dengan salah satu teman kuliah ku, dia baik kok.
Baiklah sampai jumpa besok lusa di Cafe Konoha.
See.
19 : 28
13/06/09

Diam.

Sakura terdiam seribu bahasa setelah membaca isi email dari Karin. Ia pun mengetik sesuatu tanpa pikir perasaannya sendiri.

From : Haruno Sakura
To : Karin
Subject : Date

Baiklah.
19 : 30
13/06/09

Kata singkat yang tanpa sadar ia kirim kepada temannya. Padahal dirinya tahu bahwa apa yang akan dilakukan Karin kepadanya adalah hal yang sudah biasa ia lakukan. Tanpa pikir panjang ia pun tertidur pulas.

Keesokannya, Sakura telah berada di cafe Konoha. Jam telah menunjukkan pukul 1 siang dan orang yang ditunggu olehnya belum juga datang.

Kling

"Selamat datang di cafe Konoha." salam Sakura lalu melihat kearah pelanggan yang masuk.

"Saya sedang mencari sese- oh kau bukannya Sakura?" Tanya pemuda tersebut yang ternyata adalah Gaara.

"Gaara-san silahkan, apa anda ingin memesan sesuatu?" Tanya Sakura.

"Boleh juga, aku pesan kopi dan roti salmon saja." jawab Gaara.

"Baiklah, mari saya antar ke meja anda." ucap Sakura berjalan mendahului.

"Terimakasih." ucap Gaara mengikuti Sakura.

"Silahkan tempat anda, pesanan anda akan segera datang. Tolong tunggu sebentar." ucap Sakura kepada Gaara.

"Baiklah." balasnya.

Beberapa menit kemudian pesanan datang. Sherina membawakan pesanan Gaara ke meja Gaara.

"Silahkan dinikmati, tuan." ucap Sherina meletakkan pesanan.

"Terimakasih, ano apa aku bisa bicara sebentar dengan Sakura?" Tanya Gaara.

"Sangat disayangkan para pelayan belum boleh beristirahat setelah mereka baru saja menggunakan jam istirahat mereka, begitu juga dengan Sakura." ucap Sherina tegas.

"Begitu? kalo begitu kapan Sakura pulang?" Tanyanya lagi.

"Para pelayan dibolehkan pulang sesuai jam kerjanya masing-masing, dikarenakan Sakura datang pagi jadi ia akan pulang pukul 4 sore nanti." terang Sherina panjang lebar.

"Begitu, baiklah aku akan menunggu." ucap Gaara.

"Jika sudah tidak ada yang dibutuhkan saya permisi." ucap Sherina ber-ojigi lalu beranjak pergi.

Di dapur cafe, Sherina tengah bertemu dengan Sakura.

"Sakura, siapa orang bersurai merah dan bermata panda tadi? apa dia kenalanmu?" Tanya Sherina kepada Sakura.

"Ya, kemarin kami baru bertemu di supermarket." jawabnya.

"Jadi begitu," Ucap Sherina mengerti.

"Hm? memangnya ada apa?" Tanya Sakura.

"Tidak, dari tadi dia menanyakan kau pulang jam berapa atau dia juga ingin berbicara denganmu, namun karena aku sangat menyayangimu maka dari itu aku buat dia menunggumu." jelas Sherina.

"Kenapa kau lakukan hal itu?" Tanya Sakura.

"Apa kau bodoh, Sakura? hari ini bos sedang ada di cafe. Jika kau ketahuan bermalas-malasan gajimu akan dipotong." ucap Sherina.

"Kau benar." ucap Sakura mengerti.

"Sudahlah kau bawa saja pesanan ini pada pelanggan." perintah Sherina.

"Baik, dimeja?" Tanya Sakura.

"Meja nomor 5." jawab Sherina.

Pekerjaan yang melelahkan namun tidak sulit untuk dikerjakan dapat dilakukan dengan baik oleh Sakura. Hari mulai sore dan jam menunjukkan bahwa ini saatnya Sakura untuk pulang.

"Sherina aku pulang dulu, tolong sampaikan kepada pria bersurai merah itu untuk menemuiku di luar cafe." ucap Sakura.

"Kenapa bukan kau saja yang bilang?" Tanya Sherina.

"Aku tengah bekerja tadi dan sekarang aku sudah selesai, tolonglah Sherina." pinta Sakura.

"Baik, tapi kalo gajiku dipotong kau harus tanggung jawab." ucap Sherina.

"Baik."

Sakura pun berjalan keluar cafe seperti biasanya dan menunggu Gaara di depan Cafe. Lalu Gaara pun telah keluar dari cafe.

"Gaara-san." panggilnya.

"Sakura, kau disini rupanya." ucap Gaara.

"Maafkan aku Gaara-san, aku tak boleh berbicara hal lain pada pelanggan di saat aku bekerja." ucap Sakura.

"Tak apa Sakura, aku mengerti." ucap Gaara.

"Terimakasih Gaara-san, dan ini jaketmu beserta payungmu juga." ucap Sakura menyerahkan.

"Aku terima jaketku kembali, tapi payungnya ini untuk Sakura saja." ucap Gaara mengambil jaketnya.

"Eh? tapi kenapa?" Tanya Sakura.

"Ini sebenarnya milikmu, kemarin pelayan yang ada di supermarket menemukan payung yang tersisa dan kemarin kau pulang begitu saja. Jadi, ini milikmu." jelas Gaara.

"Begitu. Lalu uangnya? bagaimana dengan uangnya? berapa harganya akan kuganti!" Ucap Sakura spontan.

"Tak usah Sakura, bagaimana jika kita bertukar email sebagai gantinya?" tawar Gaara.

"Bertukar email? em? baiklah." ucap Sakura setuju.

"Ini kukirim emailku." ucap Gaara.

"Hm" Ucap Sakura mengangguk pelan.

"Sakura, apa kau mau ke suatu tempat?" Tanya Gaara.

"Eh? tidak, hari ini aku ingin langsung pulang saja." ucap Sakura.

"Kalo begitu kuantarkan. Dimana rumahmu?" Tanya Gaara.

"Tak usah Gaara-san, rumahku dekat sini kok. Terimakasih atas tawarannya." ucap Sakura.

"Ayolah Sakura, kuantarkan saja." ucap Gaara menggenggam tangan Sakura.

"Oh, tak usah Gaara-san. Aku bisa sendiri. Permisi." ucap Sakura menepis genggam Gaara dan berlari menjauhinya.

"Sepertinya aku sudah keterlaluan." ucap Gaara sambil melihat telapak tangannya.

Keesokan harinya, seperti yang tertulis di email Karin kemarin malam. Hari inilah waktunya, dan juga hari terakhir dimana ia akan menolak semua yang selalu Karin lakukan kepadanya.

°Cafe Konoha°

Hari ini Sakura tidak memiliki jam bekerja di Cafe Konoha, namun ia boleh datang sebagai pelanggan.

"Permisi nona Sakura, anda mau pesan apa?" Tanya Sherina.

"Tak perlu seperti itu, She. Hari ini bukannya bos sedang pergi," ucap Sakura.

"Maaf namun saya tidak bisa melanggar peraturan." ucap Sherina.

"Baiklah, kali ini aku pesan teh lemon dan cake lava strawberry." ucap Sakura.

"Baiklah, tunggu sebentar pesanan anda segera datang." ucap Sherina ber-ojigi lalu pergi.

"Baik."

Klang

Pintu terbuka dan terlihat disana seorang perempuan bersurai merah panjang telah memasuki cafe.

"Selamat datang, nona. Silahkan masuk, anda mau pesan meja untuk berdua atau sendiri?" Tanya Shizune.

"Aku sedang menunggu seseor- ah! Sakura!" Seru orang tersebut.

"Karin." ucap Sakura lirih tersadar akan kehadiran Karin.

"Maaf Sakura, sepertinya kau sudah lama ya? maafkan aku, orang itu selalu saja membuatku emosi." ucap Karin.

"Tak apa Karin, aku juga baru datang." ucap Sakura.

"Silahkan nona, ini pesanan anda." ucap Sherina meletakkan pesanan Sakura.

"Terimakasih, She. Oh ya, Karin kau ingin pesan apa?" Tanya Sakura.

"Aku kopi dan roti salmon saja." ucap Karin.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar pesanan anda segera datang." ucap Sherina ber-ojigi lalu pergi.

"Jadi, bagaimana keadaanmu?" Tanya Karin pada Sakura.

"Baik, kau?" Tanyanya balik.

"Ya, seperti yang kau lihat," ucap Karin."Oh ya, dimana orang itu ya? Kenapa dia terlambat sekali? padahal hari ini aku ingin mengenalkannya padamu."

"Tak perlu buru-buru Karin dan sejujurnya Karin ada yan-"

Klang

"Oh itu dia orangnya," ucap Karin memotong ucapan Sakura karena menyadari orang yang telah ditunggu mereka datang. "Sini! Kami ada disini." Lanjutnya.

"Maaf aku terlambat karena kereta yang aku naiki ternyata tidak berhenti di stasiun dekat sini." ucap orang itu.

"Huh?!" Sakura terkejut karena mengenal suara yang tak asing lalu ia pun menengok ke arah orang itu. Dan ternyata benar dugaannya, orang itu adalah Gaara, Sabaku no Gaara.

"Hm? Sakura?" ucap Gaara terkejut.

"Ga-gaara-san." ucap Sakura lirih nan gagap.

"Hm? Ternyata kalian sudah saling kenal, syukurlah. Kalo begitu ini akan mudah, benar bukan Sakura?" Tanya Karin.

"Uh? Ka-karin ada sesuatu yang harus aku beritahu kau. Mulai saat ini aku mohon berhenti urusi keadaanku, terimakasih atas perhatianmu namun, biarkan diriku tumbuh sendiri. Kumohon." ucap Sakura menunduk.

"Tapi Sakura sebaiknya kau buka hatimu sekali lagi," ucap Karin.

"Kumohon Karin. Kebaikanmu sudah lebih dari yang ku perlukan." ucap Sakura.

"Hm, baiklah Sakura. Maafkan aku terlalu mendesak dirimu." ucap Karin.

"Hm, kalo begitu aku permisi terlebih dahulu. Aku masih ada urusan lain. Sampai jumpa." ucap Sakura beranjak pergi.

"Sepertinya aku sudah keterlaluan." ucap Karin.

"Sepertinya tidak juga, kau sudah melakukan hal yang benar." ucap Gaara.

"Gaara," ucap Karin tersenyum lega. "Apa maksudmu? kau menyukainya?" Lanjutnya.

"Ya, sepertinya begitu." balas Gaara tersipu malu.

"Gaara aku mendukungmu." ucap Karin.

Berpindah di tempat Sakura sekarang, terlihat disana Sakura tengah berjalan dengan kepala tertunduk. Tanpa Sakura sadari ada mobil Lamborghini Veneno berhenti disamping Sakura.

Tinn!

Bunyi klakson mobil tersebut membuat Sakura tersadar, lalu kaca pintu mobil tersebut pun menurun perlahan dan terlihat sang pengemudi mobil. Dan ternyata orang tersebut adalah Sai, Shimura Sai. Teman Sakura sekaligus tunangan dari temannya yaitu Ino, Yamanaka Ino.

"Naiklah, Sakura. Ino ingin bertemu denganmu dan lainnya juga dirumahnya." ucap Sai.

"Hm? bertemu? memangnya ada apa?" Tanya Sakura.

"Kau bisa tanyakan itu pada Ino nanti. Sekarang naiklah." perintah Sai.

"Baiklah." ucap Sakura memasuki mobil Sai.

Sesampainya mereka di rumah Ino. Mereka berdua turun dari mobil dan memasuki rumah Ino dan sampailah mereka di kamar Ino.

"Kau masuk saja dulu, aku akan dikamar sebelah." ucap Sai pada Sakura.

"Terimakasih Sai." balasnya.

Sakura pun mengetuk pintu terlebih dahulu, lalu ia pun membuka pintu disana. Terlihat disana, semua temannya berada disana tengah duduk manis bersenda gurau.

"Sakura, akhirnya kau datang." ucap Ino memeluk Sakura.

"Ino, semuanya." ucap Sakura bingung.

"Hm? Sakura ada apa? Kenapa kau menangis?" Tanya Hinata.

"Eh? Sakura menangis?" Tanya Ino memastikan.

"Eh? air mata? kenapa? padahal aku sangat senang sekali bertemu kalian, tapi kenapa aku meneteskan air mata? cengengnya diriku, maafkan aku teman-teman diriku memang payah." ucap Sakura mengusap air matanya.

"Sakura, kau kenapa? ceritakan saja pada kami." ucap Tenten.

"Benar kata Tenten, cerita saja." timpal Ino.

"Semuanya, terimakasih. Hm aku sangat bersyukur bisa bertemu kalian." ucap Sakura yang terus meneteskan air matanya.

"Sakura, sudahlah kami juga merindukannya." ucap Ino dan semuanya pun memeluk Sakura.

Semua teman Sakura disana pun memeluknya, namun tanpa disadari mereka. Para lelaki sedang mendengarkan perkataan mereka dari ruang sebelah.

"Kasihan sekali Sakura-chan." ucap Naruto.

"Mau bagaimana lagi, dia memilih meninggalkan Sakura." ucap Neji.

"Benarkah itu?" Sambung Lee.

"Tidak! Kalian salah! Teme tidak akan melakukan hal itu pada Sakura, mungkin dia memiliki alasan lain." ucap Naruto.

"Naruto benar, pria seperti Sasuke pasti akan berlaku kasar kepada siapapun walaupun dia perempuan sekalipun." sambung Sai.

"Hm, Sai benar," Ucap Naruto mengangguk-angguk kepala "Eh?! Itu sama saja, bodoh. Intinya Teme pasti punya alasan lain." Lanjutnya.

Kembali ke kamar para gadis, disana Sakura tengah menceritakan segalanya tentang keluhnya walaupun ia tak menunjukkan bahwa Karin bersalah.

"Dasar Karin! Dia memang tidak pernah berhenti melakukan hal itu." ucap Ino penuh emosi.

"Ya, Ino benar. Karin sudah keterlaluan." sambung Tenten.

"Sudahlah teman-teman, mungkin setelah aku jujur padanya tadi dia tidak akan lakukannya lagi." ucap Sakura.

"Sudahlah Sakura-chan, lupakan apa yang terjadi hari ini. Sekarang kami sudah ada bersamamu, kau bisa temui kami jika kau punya masalah kami akan siap mendengarkan, karena kami temanmu." ucap Hinata.

"Terimakasih Hinata, terimakasih semuanya aku sayang kalian." ucap Sakura memeluk semua temannya.

"Kami juga menyayangimu Sakura." balas peluk semuanya.

Sakura pun lega telah menceritakan segala keluhnya pada temannya. Malam itu Sakura menginap di kamar Ino bersama teman-temannya.

Keesokannya lagi Sakura berangkat kerja, dan inilah saat dimana ia sampai di Cafe terlalu pagi. Cafe masih belum dibuka, terpaksa ia harus menunggu diluar.

"Apa cafenya belum buka juga?" Tanya seseorang disamping Sakura.

"Hm? Oh, Gaara-san." ucap Sakura terkejut.

"Pagi Sakura, apa kau datang sepagi ini?" Tanya Gaara.

"Tidak juga, ini baru pertama kalinya." jawab Sakura.

"Begitu?" ucap Gaara. "Apa kau tak kedinginan?" Lanjutnya.

"Tidak, memang aku terlihat seperti kedinginan?" Tanya Sakura.

"Tidak, bukan apa-apa. Lupakan saja." balas Gaara.

Drrtt

Ponsel Sakura pun berbunyi, lalu ia ambil ponselnya di dalam tas. Terdapat email masuk di ponselnya, dari Sherina.

Isi email tersebut telah menjelaskan semuanya, kenapa cafe belum buka seperti biasa. Sakura menghembus lembut, lalu ponselnya pun bergetar kembali kali ini telepon masuk ke ponsel Sakura, Saso-nii tertulis disana. Sakura pun mengangkat telepon.

"Halo." ucapnya.

"Sakura kau dimana? apa kau lupa hari ini kita akan pergi." ucap Sasori.

"Aku ada di depan Cafe Konoha." ucap Sakura.

"Tunggu disana, aku akan menyusulmu." ucap Sasori lalu mematikan telepon.

"Siapa?" Tanya Gaara pada Sakura.

"Kakakku, Saso-nii. Hari ini Cafe libur kau bisa berkunjung di lain waktu." balasnya.

"Begitu ya, lalu bagaimana denganmu?" Tanya Gaara.

"Aku akan dijemput kakakku disini." ucap Sakura.

"Kalo begitu, akan kutunggu hingga kakakmu tiba." ucap Gaara.

"Seterah kau." sambung Sakura.

Dari arah kejauhan, Naruto sedang berjalan menuju Cafe Konoha. Sepertinya ia sedang berbicara dengan orang lain di telepon berbentuk earphone kecil.

"Ya ya, aku tahu-dattebayo," ucapnya. "Ha?! Memang siapa yang menyuruhku mengerjakan semuanya?" Lanjutnya.

"Hm, baiklah aku meng-hm? Sakura-chan? dengan siapa?" Ucap Naruto bingung. "Ha?! Baiklah akan kulakukan, dasar kau ini penyuruh saja. Teme." ucapnya lagi.

Naruto pun mendekat ke arah Sakura. "Sakura-chan." panggilnya.

"Naruto." ucap Sakura sadar akan keberadaan Naruto.

"Kenapa kau diluar? apa cafe belum juga buka?" Tanya Naruto pada Sakura.

"Tidak juga, cafe hari ini tutup karena bos sedang pergi." balasnya.

"Lalu kenapa kau masih disini? kau tak pulang?" Tanyanya lagi.

"Aku akan dijemput kakakku." balasnya.

"Begitu, lalu siapa dia?" Tanya Naruto lagi.

"Dia? perkenalkan dia temanku Gaara, Sabaku no Gaara." jawab Sakura.

"Salam kenal, aku Gaara." ucap Gaara mengulangi perkataan Sakura.

"Salam kenal juga, namaku Naruto, Uzumaki Naruto." balas Naruto.

"Oh ya, Sakura-chan apa dia kemarin kemari?" Tanya Naruto pada Sakura.

"Tidak, 2 hari yang lalu dia juga tidak datang." balasnya.

"Benarkah, sangat disayangkan. Aku sangat merindukannya." ucap Naruto.

"Jika kau rindu padanya kenapa kau tak pergi ke rumahnya?" Tanya Sakura pada Naruto.

"Tidak, aku ingin bertemu dengannya di tempat pertama kali kami bertemu agar kenangan kami tidak terlupakan." balasnya.

"Kalo begitu, selamat menunggunya." ucap Sakura.

Tinn!!

Suara klakson mobil berbunyi dari arah belakang Sakura. Lalu mereka bertiga pun menengok ke sumber suara dan ternyata itu adalah mobil yang dinaiki oleh kakak Sakura, Haruno Sasori.

"Saku!!" Serunya.

"Ah! Itu Saso-nii, kalo begitu aku pergi. Sampai jumpa teman-teman." ucap Sakura berlari kearah Sasori.

Dibelakang tanpa Sakura sadari, seorang temannya sedang memperhatikannya dari jauh. Naruto menyadari bahwa tatapan Gaara terhadap Sakura tidak biasa.

"Berhenti menatapnya seperti itu." perintah Naruto.

"Kalo aku tak bisa bagaimana? kau akan membunuhku?" Tanya Gaara dengan seringainya.

"Kau. Apa tujuanmu mendekati Sakura-chan?" Tanya Naruto dengan nada emosi.

"Tujuan? aku hanya suka padanya. Apa itu salah?" jawabnya.

"Oh! Cih, kali ini aku akan membiarkanmu tapi jika kau melukai Sakura, aku tak akan segan-segan menghabisimu." peringat Naruto.

"Tentu saja aku berani melukainya, dia akan menjadi istriku." ucap Gaara spontan.

"Itu tak akan terjadi, baka-dattebayo." ucap Naruto berjalan pergi.

"Kita lihat siapa yang benar." ucap Gaara lirih.

Di lain tempat, di dalam mobil Lamborghini merah. Di dalam tengah ada Sakura dan Sasori berbincang disaat mobil berjalan.

"Kau ini Saku, kupikir kau sudah ada disana ternyata kau melarikan diri." ucap Sasori pada Sakura.

"Aku pergi kerja seperti biasanya, Saso-nii." balasnya.

"Lalu kenapa kau tadi masih diluar cafe jam 10 siang?" Tanya Sasori.

"Cafe hari ini tutup. Dan kau bilang ingin menjemputku maka dari itu aku tak pergi kemana pun." ucap Sakura.

"Lalu, siapa pria bersurai merah tadi?" Tanya Sasori.

"Dia temanku, Sabaku no Gaara namanya." jawab Sakura.

"Benarkah? Lain kali jika kau punya teman laki-laki baru beritahu kakakmu ini." ucap Sasori.

"Baiklah." jawabnya singkat.

"Hari ini kita akan mengadakan pertemuan seperti biasa, namun hari ini nenek dan kakek buyut datang." ucap Sasori.

"Nenek dan kakek? kenapa?." ucap Sakura terkejut.

"Kau tahu bukan, orang yang kita lawan tak mau menyerah dengan perkataannya, maka dari itu kita membutuhkan mereka." ucap Sasori.

"Tapi, apa kita harus menentang dia?" Tanya Sakura ragu namun lirih.

Ckiiiiiitttt

Mobil berhenti dengan mendadak dengan di-rem oleh Sasori secara tiba-tiba.

"Saku, apa kau tak ingin bertemu dengannya? apa kau tak- ah sudahlah semua ini hanya masalah kalian." ucap Sasori melanjutkan perjalanan.

"Maafkan aku Saso-nii, aku tak bermaksud tapi," Ucap Sakura tertunduk.

"Aku tahu Saku, maka dari itu kita harus melawannya." ucap Sasori.

"Terimakasih Saso-nii." balasnya.

Mobil pun telah sampai di tempat tujuan. Sasori menghentikan mobilnya di tempat parkir dan bersiap untuk turun dari mobil.

"Saku, apa kau sudah bersiap?" Tanya Sasori pada Sakura.

"Ya, aku sudah mengenakan dressku dari tadi." balasnya.

"Baiklah ayo turun." ucap Sasori keluar dari mobil dan diikuti oleh Sakura.

Mereka berdua keluar dari mobil bersamaan, lalu mereka berjalan menuju pintu yang ada di gedung besar disana. Tertulis di samping gerbang masuk yang mereka lewati tadi, Uchiha. Benar, sekarang mereka sedang berada di depan pintu masuk kediaman keluarga besar Uchiha.

"Selamat sore tuan dan nona, boleh perlihatkan kartu nama anda dan tujuan kalian berdua datang kemari?" Tanya seorang pengawal di depan pintu.

"Apa kau tak ingat, kami pernah kemari." ucap Sasori.

"Maaf tapi, ini untuk mencegah hal yang tidak diinginkan." ucap pengawal tersebut.

"Pengawal biarkan mereka masuk, mereka adalah tamuku." ucap seseorang muncul dari balik pintu yang telah terbuka.

"Baik nyonya." ucap pengawal tersebut lalu pergi dari hadapan Sasori dan Sakura.

"Sasori-kun dan Sakura-chan masuklah, kami sudah menunggu kalian." ucap orang tersebut.

"Terimakasih nyonya Uchiha." ucap Sasori.

"Tak perlu sungkan, mari ikuti saya." ucap nyonya Uchiha, Mikoto.

"Permisi." ucap Sasori dan Sakura bersamaan.

"Sasori kau boleh pergi ke ruang pertemuan dan untuk Sakura mari ikuti saya." ucap Mikoto kepada dua bersaudara ini.

"Baik." jawab mereka.

Sakura mengikuti Mikoto sampai di lantai 2, Sasori telah pergi ke ruangan yang dimaksud. Di saat keadaan hening di lantai 2.

"Sakura-chan, ibu merindukanmu." ucap Mikoto langsung memeluk erat tubuh Sakura.

"Uh, nyonya kau terlalu erat." ucap Sakura terkejut.

"Maafkan ibu, Saku. Ibu terlalu rindu kepadamu." ucap Mikoto melepaskan pelukannya.

"Aku juga, nyonya Mikoto." ucap Sakura.

"Ah! Sudah kubilang untuk tidak memanggilku begitu, panggil saja ibu seperti dulu karena kau juga nanti akan menjadi anakku." ucap Mikoto dengan girangnya.

"Baiklah ibu, maafkan Saku yang terlalu kaku." ucap Sakura terkekeh kecil.

"Hm, dasar anak ibu yang satu ini. Ayo, ibu antarkan ke kamarnya. Sementara semua orang di bawah kau sebaiknya di dalam kamarnya." jelas Mikoto menarik tangan Sakura.

"Baik, bu." balasnya.

Di lain tempat, di ruang pertemuan telah diadakan rapat antar kedua keluarga yaitu keluarga besar Uchiha dan keluarga besar Haruno.

"Tidak! Sesuai keputusanku aku tidak akan merestui mereka." ucap seseorang dengan tegas, Uchiha Madara.

"Tapi, kakek dia lebih baik bersamanya dan diriku hanya mencintai Izumi seorang." balas seseorang, Uchiha Itachi.

"Tidak Itachi, keputusan kakek sudah bulat." ucap Madara lagi.

"Huh, Madara. Seharusnya kau biarkan saja mereka tumbuh, mereka bukan lagi anak maupun cucu yang kau anggap masih kanak-kanak, mereka telah dewasa." ucap seseorang, Senju Hashirama.

"Kau tidak mengerti Hashirama, cucumu Sakura lebih pantas menikah dengan Itachi." ucap Madara.

"Madara! Kau harusnya mengerti!" Seru seseorang lagi yaitu, Senju Tsunade.

"Mereka anak dan cucuku aku sebagai kakek mereka masih berhak mengatur mereka walaupun itu hal perjodohan sekalipun." ucap Madara tegas.

Di tempat Sakura sekarang berada. Disana Sakura sedang bersama Mikoto di depan pintu sebuah ruangan.

"Saku-chan, kau masuk saja. Jika keluargamu pulang kau menginap saja disini." ucap Mikoto terkekeh.

"Tak usah ibu, aku tak mau jadi beban keluarga kalian lama-lama." ucap Sakura.

"Saku-chan, kenapa kau beranggapan seperti itu? tentu saja kau bukan beban bagi keluarga ini. Disaat waktunya tepat kau akan tinggal disini juga, benar bukan?" Tanya Mikoto pada Sakura.

"Kau benar, bu. Semoga saja." balasnya.

"Tidak-tidak, bukan semoga tapi benar-benar terjadi." tegas Mikoto.

"Baiklah, Bu. Saku yakin." ucap Sakura.

"Nah, begitu baru anak ibu. Sekarang kau masuk saja. Kamar ini disiapkan olehnya agar siapapun tidak masuk sembarangan kedalamnya." perintah Mikoto.

"Baik, bu. Saku masuk terlebih dahulu." ucap Sakura membuka pintu ruangan tersebut.

Sakura memasuki ruangan tersebut, lalu pintu tertutup dengan sendirinya. Mikoto masih berada di luar, namun ia berjalan menuju tangga dan pergi ke ruang pertemuan.

Gelap.

Itulah kesan pertama Sakura melihat keadaan di dalam ruangan ini, namun ia melihat ada secercah cahaya muncul dari balik tirai jendela. Sakura pun berjalan meraba-raba dinding.

Lalu saat dirasa Sakura berada di tengah ruangan tersebut. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari layar komputer disana, dan muncullah sebuah aplikasi berbentuk kotak bertuliskan, RR. Lalu tanpa pikir panjang Sakura pun meng-klik aplikasi tersebut. Dan layar komputer yang tadinya mengeluarkan warna biru berubah menjadi putih.

"Halo?" ucap komputer tersebut.

Ternyata tidak lama setelah cahaya putih muncul, ada orang digital nan kecil muncul di layar. Sakura pun memberanikan dirinya.

"Halo." ucapnya. "Sakura-chan apa itu kau?" Tanya orang tersebut.

"Darimana kau tahu namaku? dan siapa kau?" Tanya Sakura pada orang digital tersebut.

"Ini kami, Rin dan Ran." balasnya.

"Rin? Ran?" ucap Sakura bingung. "Oh! Kalian masih hidup rupanya." Lanjutnya.

"Sakura-chan yang benar saja, kami ini asisten digital master kami, kau tahu." ucap Ran dengan sombongnya. "Ran benar." timpal Rin.

"Baiklah baiklah, aku mengerti." ucap Sakura paham. "Lalu kenapa kalian masih hidup?" Tanyanya lagi.

"Kami ini memiliki tugas untuk melindungi kamar master beserta rahasia di dalamnya." jelas Ran.

"Maka dari itu, tidak sembarangan orang dapat memasuki kamar master, maupun membobol keamanan kamar ini. Kau pun tadi telah melaksanakan scan saat memasuki pintu kamar, yah walaupun kau tak menyadarinya." jelas Rin.

"Begitu, ternyata yang dikatakan ibu benar." ucap Sakura.

"Yah, tentu saja. Kami hanya memperbolehkan siapapun masuk jika kami mengenal mereka." ucap Rin.

"Benar apa yang dikatakan Rin, lalu Sakura-chan apa yang kau lakukan disini? apa ini harinya?" Tanya Ran.

"Ya begitulah kalian tahu, bukan?." ucap Sakura terkekeh kecil.

"Jadi hari ini ya waktunya? Kami terlalu sibuk dan tak memperhatikan. Kalo begitu, selama kau disini bagaimana kalo kau bercerita sesuatu." ucap Rin.

"Cerita sesuatu? apa ya?" ucap Sakura bingung.

"Bagaimana kalo cerita tentang perasaanmu pada master?" Tanya Rin.

"Rin!" Bentak Ran.

"Oh! Maafkan Rin, Sakura-chan. Rin tak bermaksud." ucap Rin dengan mata berkaca-kaca.

"Tak apa Rin, baiklah mungkin aku hanya akan bercerita sedikit tentang perasaanku pada master kalian." ucap Sakura terkekeh kecil.

"Dia, master kalian itu. Entah dari mana aku menyukainya yang aku ingat adalah saat dimana aku tersesat di hutan, pada saat itu sekolah kami sedang studi banding dan malam hari sebelum pulang, para guru menyuruh kami untuk adu keberanian melewati hutan. Saat itu aku tersesat dan masuk ke dalam jurang, disana aku sendiri tidak ada siapapun. Lalu, entah mengapa dia, master kalian datang begitu saja menyelamatkan aku padahal aku tak meminta bantuan maupun berteriak minta tolong. Lalu saat itu dia bilang 'Dasar bodoh' saat itu aku ingin marah namun, entah mengapa ia tiba-tiba mengendongku begitu saja. Aku dibawanya kembali ke perkumpulan teman-teman. Waktu di perjalanan kami tak banyak bicara, namun saat itu aku hanya berucap maaf pelan kepadanya dan dia hanya menghembuskan nafas pendek." terang Sakura.

"Lalu apa saat itu kau menyukainya?" Tanya Rin.

"Tidak, sama sekali tidak." jawab Sakura.

"Waktu itu aku memang belum menyukainya, namun setiap pulang sekolah dia selalu menarik ku untuk pulang bersamanya, namun ia tak berucap sedikitpun. Aku pikir mungkin tak apa diperlakukan seperti itu, karena kupikir mungkin ini sebagai balas budiku padanya. Namun, salah besar. Dia, selalu membawaku kerumah ini dan memperkenalkan orang didalamnya satu persatu. Aku tanya 'untuk apa?' lalu dia menjawab 'Hn' saja. Itu membuatku bingung, setiap perlakuannya padaku membuatku bingung dengannya, bahkan dia seperti soal matematika dan fisika yang tak bisa ku pecahkan." terang Sakura.

"Lalu apa saat itu kau mulai menyukainya?" Tanya Ran.

"Tidak. Kalian salah besar, aku menyukainya saat pertama kali aku bertemu dengannya." jawab Sakura.

"Bukannya kau bertemu dengannya saat di jurang?" Tanya Rin.

"Salah, aku bertemu dengannya saat hari pertama masuk sekolah, pada saat itu aku tak sekelas dengannya. Lalu, ternyata dia memiliki banyak penggemar, dan aku pikir mungkin salah seorang dari mereka adalah pacarnya. Aku pun menyerah menyukainya." terang Sakura.

"He?! Jadi kau tak menyukainya lagi?!" Seru Rin dan Ran.

"Bukan begitu, hanya saja disaat itu aku memang tak menyukainya lagi, namun setelah lama mengenalnya aku pun sadar rasa sukaku padanya belum hilang." ucap Sakura.

"Hei, kalian mau tidak membantuku?," Tanya Sakura pada Rin dan Ran. "Aku ingin kalian meretas cctv yang ada di ruang pertemuan."

Rin berucap,"Itu hal mudah. Kami akan memperlihatkannya."

Rin dan Ran mengotak-atik jaringan komputer sampai mereka bisa masuk kebagian cctv di ruang pertemuan. Sakura pun diperlihatkan oleh mereka melalui video cctv yang sedang berlangsung, terlihat disana semua orang penting tengah berdiskusi.

Madara berucap,"Aku tetap pada pilihanku!"

"Tapi, kek kami setuju menjodohkan Sakura dengannya." sanggah Mikoto.

"Mikoto, dia cucuku dan aku berhak menentukan yang terbaik untuk dia." jawab Madara tegas.

"Berhentilah seperti anak kecil Madara, suara kamilah yang terbanyak mendukung mereka berdua." ucap Hashirama.

"Ini bukan voting atau apa, pokoknya aku tetap pada pilihanku." ucap Madara.

Diam.

Sakura terdiam di sisi lain melihat video tersebut mendengar ucapan Madara yang tak lagi bisa mereka kalahkan. Sekarang, apa yang harus dilakukan Sakura?

Ran berucap,"Rin putuskan sambungan dengan cctv tadi."

"Kenapa? Oh! Baiklah." ucap Rin tersadar saat melihat Sakura yang tengah merenung.

"Sakura-chan." panggil Rin.

"Tak apa aku hanya mengantuk saja." jawab Sakura masih merenung.

Beberapa menit kemudian Sakura tak bergerak sedikitpun ia tetap merenung, hingga dirasa ia telah tertidur. Hari sudah semakin malam, keluarga besar Haruno telah pergi. Namun, mereka tidak melupakan Sakura. Mereka berniat untuk meninggalkan Sakura di rumah keluarga besar Uchiha supaya pendapat Madara tentang Sakura salah.

Jarum jam menunjuk di angka 12 dan bulan telah berada dipuncaknya. Sakura terbangun karena dinginnya udara malam yang berhembus dari sela jendela terbuka.

"Uh? Sepertinya aku ketiduran, apa mereka sudah pergi?," ucap Sakura bingung. "Hm? ternyata pintu balkon terbuka pantas saja aku kedinginan." Lanjutnya.

Sakura pun berjalan menuju pintu balkon dan ingin menutupnya. Namun, sesaat sebelum ia menutup pintu dirasakannya ada seseorang yang tak asing baginya tengah berdiri di luar balkon, ia pun menengok ke arah orang tersebut. Dan ternyata benar, dia ada disini tengah berdiri dengan tangannya menopang segelas wine.

"Sa-su-ke-kun?," panggil Sakura lirih.

"Yo, Sakura." balas Sasuke.

"Tidak, ini tidak mungkin. Aku pasti tengah bermimpi." ucap Sakura tak percaya dan menggelengkan kepalanya.

"Kau benar Sakura, ini hanya mimpi maka dari itu tunggulah aku sebentar lagi, kita akan bertemu kembali." ucap Sasuke mendekat ke arah Sakura.

Sakura berucap, "Hm, aku akan selalu menunggumu, Sasuke-kun."

Tangan Sasuke pun menyentuh dagu Sakura, tanpa aba-aba Sasuke mencium bibir merah Sakura lembut.

Cup!

Sakura yang tanpa sadar dicium oleh Sasuke hanya bisa diam, lama kelamaan Sakura jatuh dan ditangkap Sasuke.

Sasuke mengatakan, "Tidurlah Sakura."

Ternyata Sasuke meminumkan obat tidur kepada Sakura saat ia menciumnya. Sasuke pun membawa Sakura masuk kedalam kamar tadi, ia meletakkan Sakura diatas tempat tidur.

"Hm? ternyata benar, Master kau disini?" Tanya Rin menyadari kehadiran Sasuke.

"Hn." jawabnya singkat.

"Hei, master apa kau tahu? Sakura-chan selalu sedih mendengar ucapan Madara yang tak mau mengalah." ucap Rin.

"Rin benar, master cepatlah pulang Sakura-chan selalu menunggumu." timpal Ran.

Tak dihiraukan oleh Sasuke perkataan mereka berdua ia kini tengah memandangi wajah Sakura sebentar. Lalu, ia mengelus-elus leher Sakura pelan. Sasuke menciumi leher Sakura, hingga membuat Sakura mendesah."Ahhh".

"ALERT! Master jangan lakukan itu!" Seru Rin. "Ran juga jangan melihat."

"Kenapa aku? Jika aku tak boleh kau pun sama." ucap Ran.

"Ini keadaan darurat." Seru Rin.

Rin berlari menuju layar komputer yang lebih besar, lalu ia keraskan volume suara.

"ALERT!!! MASTER KAU DILARANG MELAKUKAN HAL ITU PADA SAKURA-CHAN!!!" Teriak Rin.

Sasuke pun berhenti dengan aktivitasnya, lalu ia menengok ke arah Rin.

"Apa urusanmu?" Tukasnya.

"Ini urusan kami, jika master melakukan hal itu sekarang maka Sakura-chan tidak akan percaya bahwa pertemuan dengan master malam ini hanya mimpi." jelas Rin.

"Baiklah, aku hanya merindukannya." ucap Sasuke berjalan menuju lemari besar di pojok ruangan.

"Sakura-chan dan kami juga merindukanmu maka dari itu cepatlah pulang." ucap Rin.

Sasuke kembali ke tempat tidur, ia membawa baju tidur yang sepertinya itu untuk Sakura. Ia membuka baju Sakura perlahan.

"ALERT!!! Master apa yang kau lakukan?!" Seru Rin. "Ran kau dilarang melihat." Lanjutnya.

"Hanya menggantikan bajunya." ucap Sasuke.

"Ha?! Mengganti bajunya? Ta-tapi master kau tak boleh melakukannya d-dia belum milikmu." ucap Rin terbata-bata.

"Kau benar," Ucap Sasuke berhenti. "Namun sebentar lagi dia akan jadi milikku sepenuhnya." Lanjutnya.

"Tapi tidak seperti ini juga, master." ucap Rin.

"Sudahlah Rin, master lebih tahu apa yang dilakukannya." ucap Ran.

"Baiklah Ran, Rin mengerti." ucap Rin mengalah.

Sasuke pun menggantikan baju Sakura perlahan agar Sakura tak bangun dari tidurnya. Setelah selesai, ia berdiri disampingnya dan mengecup kening Sakura sebentar. Lalu Sasuke pun pergi keluar balkon.

"Master! Kau mau kemana?" Tanya Rin.

"Tentu saja kembali, dia akan segera tahu jika aku berlama-lama disini." jawabnya.

"Sampai jumpa master." ucap Ran.

"Hn" balasnya yang langsung pergi.

"Master tidak pernah berubah," Ucap Rin.

"Kenapa kau berpikiran seperti itu?" Tanya Ran.

"Tentu saja aku berpikiran seperti itu, apa kau tak lihat? Master berubah semenjak dia pergi, Sakura dipermainkan dengan seenaknya." ucap Rin marah.

"Rin bukankah aku tadi bilang, Master tahu apa yang harus dilakukannya dan itu untuk kebaikan Sakura." terang Ran.

"Baiklah, Ran selalu saja membela master." ucap Rin sebal.

"Karena aku ciptaannya kau pun sama dan kita harus menuruti perintahnya." jelas Ran.

"Baiklah aku mengerti." ucap Rin mengalah.

Sakura tengah tidur terlelap, Rin dan Ran saling berbeda pendapat. Pagi pun tiba, cahaya sang mentari memasuki sela tirai yang tak menutupi jendela sepenuhnya. Cahayanya membangunkan tuan putri yang tertidur lelap.

"Uh? sudah pagi rupanya," Ucap Sakura terbangun. "Hm? sejak kapan aku tidur di ranjang? dan pakaian siapa yang aku kenakan?" Lanjutnya.

"Pagi Sakura-chan." ucap Rin dan Ran bersamaan.

"Apa kau tidur nyenyak semalam?," Lanjut Rin.

"Ya, semalam...Oh!" ucap Sakura terkejut yang sepertinya ia ingat sesuatu malam kemarin. Ia semalam bertemu dengan Sasuke dan...dicium olehnya.

"Sepertinya itu hanya mimpi." ucap Sakura menenangkan diri dan menyentuh bibirnya.

"Apa? Apa?" Tanya Rin ingin tahu.

Sakura berucap, "Tak ada apa-apa hanya saja..."

"Hanya saja?" Tanya Ran memastikan.

"Sepertinya aku bermimpi bertemu dengan master kalian, haha." ucap Sakura terkekeh kecil namun garing.

"Sepertinya begitu, di rekaman cctv juga master tidak muncul." Ucap Rin.

"Rin benar, Sakura. Ngomong-ngomong sebaiknya kau bergegas mandi karena sebentar lagi Ibu akan menuju kemari." terang Ran.

"Hm? Ibu? Baiklah, aku mandi dulu ya teman-teman." ucap Sakura beranjak masuk kamar mandi.

Setelah Sakura masuk ke kamar mandi. Ran berucap,"Rin hapus atau edit vidoe cctv semalam agar master tak terlihat dan jangan sampai Madara mengetahui kalau master semalam ada disini."

"Baik." ucap Rin.

Rin pun mengotak-atik jaringan komputer hingga ke bagian cctv, disana ia mengedit dan menghapus beberapa bagian yang terlihat ada master mereka.

Sakura telah selesai mandi, dan tepat pada waktunya Rin dan Ran telah selesai mengerjakan di bagian cctv.

Tok tok tok

Ketukan pintu itu membuat Sakura membukanya. Dan terlihat disana Mikoto tengah berdiri di depan Sakura dengan raut wajah berseri.

"Selamat pagi putri ibu." ucapnya dengan girang.

"Selamat pagi juga, bu." balas Sakura.

"Kau sudah cantik sekali Sakura-chan, bagaimana kalau kita sekarang sarapan?" Tanya Mikoto.

"Baiklah, Bu. Saku akan turun." ucap Sakura.

"Mari ibu antarkan." ucap Mikoto.

Mereka berdua berjalan bersama menuju ruang makan. Sesampainya di sana, terlihat ada anggota keluarga Uchiha lain seperti, Uchiha Itachi, Uchiha Fugaku, dan juga Uchiha Madara.

"Selamat pagi, Saku-chan." ucap Itachi.

"Selamat pagi juga, kak Itachi." balas Sakura.

"Sakura, kau duduk disamping Ibu, ya." pinta Mikoto.

"Baik, Bu." balasnya.

Acara sarapan pagi pun dimulai dan tak ada seorang pun berbicara. Lalu, setelah mereka selesai makan, Madara berucap sesuatu kepada Sakura.

"Sakura, apa tidurmu lelap semalam?" Tanya Madara.

"Tentu saja, tuan Madara." balas Sakura.

"Syukurlah, lalu semalam kau tidur dimana? Apa dikamar Itachi?" Tanyanya lagi.

"Tidak, tuan. Semalam saya tidur di kamar adiknya." jawab Sakura.

"Apa?!" Seru Madara menghantam meja."Kau tidur di kamarnya?" Lanjutnya.

"Kakek, biarkan saja. Saku-chan memang lebih baik tidur dikamar kosong." ucap Itachi.

"Tidak! Ini tak boleh dibiarkan, pengawal!" Seru Madara. Lalu pengawal pun datang.

"Ya tuan." ucap sigap dua pengawal yang datang di samping Madara.

"Periksa rekaman cctv di kamar dia dan lihat apa semalam Sakura sendirian atau tidak!" Perintah Madara tegas.

"Baik." Kedua pengawal tersebut beranjak pergi.

"Kakek, kau tak perlu melakukan hal itu. Aku percaya dia tidak datang semalam, benar bukan Saku?" Tanya Mikoto.

"Tentu saja Ibu, semalam Sak-"

"Tidak Mikoto! Aku tak percaya! Dia pasti semalam disini, disaat Sakura tertidur." ucap Madara tegas memotong ucapan Sakura.

"Tuan." panggil seorang pengawal di samping Madara.

"Apa?! Bagaimana?!" Serunya.

"Di rekaman cctv tidak ditemukan dia sama sekali kami sudah mengeceknya berulang kali." jawab pengawal tersebut.

"Huh, baiklah kurasa aku berlebihan menganggapnya kembali." ucap Madara lega.

"Memang kenapa? Dia juga boleh pulang bukan ke rumah ini?" Tanya Mikoto.

"Tidak, sampai dia selesai dengan urusannya sekarang," Ucap Madara tegas. "Baiklah, aku pergi dulu hari ini dan akan kupastikan sendiri." Lanjutnya beranjak pergi.

"Yang sabar Saku, maafkan Kakek Madara." ucap Mikoto mengusap punggung Sakura.

"Saku mengerti bu, kakek Madara tidak salah semua akan kembali pada waktunya, Saku yakin." ucap Sakura.

"Ibu juga percaya Saku." ucap Mikoto dengan senyumnya.

Drrtt

Ponsel Sakura bergetar, lalu diangkatnya dan terlihat disana sebuah telepon masuk dari kakaknya, Sasori.

"Sebentar bu, Saku angkat telepon terlebih dahulu." pinta Sakura.

"Baiklah nak." balas Mikoto.

"Halo?" ucap Sakura berjalan menjauh dari ruang makan.

"Halo Saku? Dimana kau?" Tanya orang diseberang telepon, Sasori.

"Aku masih di rumah dia, kak." jawab Sakura.

"Pulanglah segera, kakek buyut sedang marah besar." ucap Sasori terdengar panik.

"Memang ada apa dengan kakek buyut?" Tanya Sakura.

"Pokoknya kau pulang saja, aku tak bisa menjemputmu sekarang." ucap Sasori.

"Baiklah kak, Saku pulang." balas Sakura menutup panggilan telepon. Sakura pun berjalan menuju ruang makan.

"Ibu, tuan Fugaku, kak Itachi, Saku ijin pulang terlebih dahulu karena ada urusan mendadak." pinta Sakura ber-ojigi.

"Lho, kok pulang kamu kan belum sarapan" Mikoto bingung dengan ucapan Sakura. "Kalau Saku ingin pulang, makan dulu." Lanjutnya.

"Maaf ibu, sekarang Saku sedang ditunggu oleh kakek Hashirama di rumah." balas Sakura memelas.

Para keluarga Uchiha tersebut saling bertatapan, menimbang permintaan Sakura, setelah dirasa disetujui Mikoto pun berucap, "Baiklah Saku tapi kau tak sendiri saat pulang, akan ibu siapkan pengawal dan supir untuk mengantarkan Saku."

"Tak usah bu, Saku bisa sendiri" Sakura terkejut dengan perhatian yang diberikan Mikoto.

"Bagaimana jika mobil dan supir saja, supirnya adalah Kakashi" Terang Itachi memberikan tanggapan.

"Tak apa kak Itachi, tak usah Saku akan baik-baik saja" Sakura semakin panik diberikan pelayan oleh keluarga Uchiha ini.

"Sudahlah tak usah sungkan, mari kuantarkan sampai depan. Di depan sepertinya ada Kakashi." Itachi beranjak bangun dari tempatnya dan mendahului Sakura keluar ruangan.

"Ibu, tuan Fugaku Saku pamit pulang dulu, sampai jumpa." ucap Sakura ber-ojigi lalu mengikuti Itachi dari belakang.

Sesampainya mereka berdua di depan, Sakura langsung naik ke mobil yang telah disiapkan. Kakashi sang supir pun berangkat menuju mansion Haruno. Saat diperjalanan Sakura berpikir kenapa ia disuruh pulang oleh kakeknya. Sesampainya di depan gerbang mansion Haruno, terlihat banyak sekali mobil terparkir di sana, banyak orang-orang berpakaian rapi memasuki mansion Haruno. Ada apa ini?.

"Nona, maaf tapi saya tidak bisa sampai di depan banyak sekali mobil yang mengantri di sana." ucap Kakashi memperhatikan sekitar.

"Tak apa tuan Kakashi, saya turun di sini saja. Saya akan lewat pintu belakang saja." ucap Sakura membuka pintu mobil lalu pergi memasuki sebuah pintu kecil disana.

Sakura memasuki pintu tersebut, itu adalah sebuah pintu belakang yang tidak banyak dilewati siapapun. Namun, hari ini berbeda karena setelah Sakura memasuki pintu tersebut ia disambut oleh para pelayan dan terlihat di tengah sana Sasori berdiri memandangi Sakura.

"Nona, ayo segera ganti pakaian anda." Para pelayan mengerubungi Sakura.

"Tunggu! Ada apa ini?!" Seru Sakura bingung akan perlakuan para pelayannya.

"Saku cepatlah berpakaian kau sudah ditunggu para tamu" Sasori pergi meninggalkan adiknya yang tengah dikerumuni para pelayan.

"Hei Saso-nii, tunggu! Jelaskan apa maksud semua ini!" Sakura berteriak namun tak di tanggapi oleh Sasori.

Sakura secara paksa digantikan pakaiannya dan setelah selesai ia dibawa ke lantai dua, disana sudah ada ibunya, Mebuki. Tengah berdiri di depan tangga.

Para pelayan pergi setelah mengantarkan Sakura ke hadapan Mebuki. "Ibu, ada apa ini sebenarnya?" Tanyanya pada sang Ibu.

"Tak apa Saku, saat kita turun pastikan kau tersenyum pada tamu kita, ya" Mebuki berjalan ke arah Sakura dan mengandeng tangannya.

"Ada apa ini? Saku tak paham, ibu." ucap Sakura bingung. Namun, tak di balas oleh Mebuki.

Mereka berdua turun menuruni anak tangga, tatapan para tamu dibawah saat ini tertuju pada sang tuan putri yang tengah menuruni tangga.

Sesampainya di bawah, disana ada kakek Sakura, Hashirama. "Para tamu undangan sekalian, cucuku telah datang. Mari kita percepat saja acara ini," Ucap Hashirama.

"Ada apa ini, bu?" Tanya Sakura lirih. Namun, Mebuki hanya mengisyaratkan untuk tersenyum. Sakura pun paham, ia pun tersenyum walau senyuman itu hal yang terpaksa.

"Dengan ini aku sebagai kakek buyut dari cucuku Haruno Sakura akan aku tunangkan dengan anak dari keluarga Sabaku yaitu Sabaku no Gaara." ucap Hashirama dengan tegasnya dan disambut meriah oleh tepuk tangan para tamu undangan.

Sedih. Bingung.

Apa ini? Kenapa aku ditunangkan dengan orang lain? Kemana dia? Tidak, aku tidak ingin pertunangan ini. Sakura terdiam mendengar ucapan kakek buyutnya, pikiran kosong dan semua pertanyaan muncul begitu saja.

"Saku, sambutlah tunanganmu." ucap Mebuki menepuk pelan punggung Sakura. Dan hanya mendapat respon bingung dari wajah Sakura.

"Sakura, akhirnya aku bisa memilikimu." ucap Gaara yang sudah ada di depan Sakura dan menengadahkan tangannya.

Sakura masih menatap bingung, apa maksud semua ini. Tanpa pikir panjang, Mebuki menarik tangan Sakura dan meletakkan telapak tangan Sakura diatas telapak tangan Gaara.

Bingung.

Apa semua ini? Apa yang harus aku lakukan? Ibu menyuruhku untuk tersenyum, namun senyum ini palsu. Sakura dan Gaara sedang berbincang-bincang dengan beberapa tamu undangan, namun banyak pertanyaan muncul di kepala Sakura.

Terbesit sebuah pemikiran untuk meninggalkan semua ini. "Maafkan saya, tapi saya ijin mengundurkan diri dari hadapan karena, ada urusan lain di belakang. Permisi" Sakura ber-ojigi lalu beranjak pergi.

"Saku mau kemana kau?" Tanya sang kakek buyut, Hashirama menyadari Sakura pergi tanpa sebab.

"Saku, hanya ingin mengambil sesuatu untuk Gaara, kek." ucapnya bohong dan tentu saja dengan senyuman palsunya.

"Baiklah, cepat kembali nak" Hashirama mengijinkan Sakura, lalu Sakura pun pergi kembali ke kamarnya.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Tanya Sakura pada dirinya sendiri.

Saat ini Sakura tengah berada di dalam kamarnya, sepi tak ada siapapun, gelap ia tak ingin siapapun masuk.

Kling *You have message*

Sebuah pesan masuk ke telepon Sakura, lalu ia buka pesan tersebut. Dan tiba-tiba...,

"Baa!" Seorang manusia digital muncul dari layar telepon Sakura. "Sakura-chan!" Serunya membuat Sakura terkejut.

"Waa!" Sakura terjatuh setelah melihat isi pesan tersebut yang ternyata adalah Rin.

"Hehe maaf Sakura-chan, kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan gelak tawa.

"Huh, saat ini aku baik tapi tidak sepenuhnya." jawab Sakura merenung.

"Ada apa?" Tanyanya lagi.

"Rin, apa kau tahu? Hari ini adalah hari pertunanganku dengan anak dari keluarga Sabaku." Sakura merenung menenangkan pikiran.

"Apa?!" Seru Rin terkejut. "Sakura-chan akan ditunangkan dengan orang lain, bukan dengan master?" Lanjutnya.

Sakura hanya membalas dengan anggukan kecil. "Ini tidak boleh terjadi, Sakura-chan ayo kita lari. Pergi dari rumah ini!" Ajak Rin.

"Aku ingin begitu, namun aku harus pergi kemana?" Tanya Sakura tersedu-sedu.

"Hm?" Rin berpikir lalu terbesit sebuah tempat yang bisa Sakura tuju. "Bagaimana jika kita bertemu dengan master?" Lanjutnya.

"He?! Ta-tapi master-mu tidak ada hubungannya dengan ini." ucap Sakura mengadahkan kepala.

"Tentu saja tidak, namun kau bisa beritahu dia bahwa kau akan ditunangkan dengan orang lain, maka dari itu master pasti mau kembali." saran Rin.

"Kau benar Rin, aku akan pergi menemuinya tanpa diketahui oleh siapapun. Bantu aku Rin." ucap Sakura memohon.

"Tentu saja, Sakura-chan. Sekarang gantilah pakaianmu. Aku akan membantumu mencari jalan keluar dari mansion ini." Rin pun mengotak-atik jaringan dan mencoba mematikan cctv, begitu juga dengan Sakura ia telah bersiap untuk perjalanannya.

"Apa kau siap, Sakura-chan?" Tanya Rin telah menyelesaikan tugasnya.

"Tentu saja, ayo kita pergi." Sakura bersemangat, lalu ia pun membuka jendela kamarnya.

"Huh" desisnya melihat pemandangan di bawahnya.

"Apa kau siap, Sakura-chan?" Tanya Rin memastikan lagi.

"Tentu saja, Rin. Aku tak bisa menahan perasaan ini." Sakura menurunkan seutas tali dari beberapa kain yang diikat. Lalu, ia pun menuruni tali tersebut, untung saja semua penjaga sedang menjaga di dalam acara jadi ini kesempatan bagus untuk Sakura pergi.

Sakura pun pergi melewati gerbang belakang, dari sana ia berlari hingga ke halte dan menaiki sebuah mobil taksi.

"Pergi kemana, non?" Tanya sang supir taksi pada Sakura.

"Pergi ke," Ucap Sakura bingung, sebab ia tak tahu akan kemana. "Rin, kemana kita?" Lanjutnya.

"Pergi ke tempat wisata air terjun Shi!" Seru Rin.

"Baik." sang supir pun menancap gas dan mengemudikan taksi ke tempat tujuan.

"Rin, kenapa kita ke tempat wisata?" Tanya Sakura tak mengerti.

"Akan ku jelaskan nanti setelah kita sampai Sakura." Balas Rin.

"Ngomong-ngomong Rin, kenapa kau bisa berada di telepon ku?" Tanya Sakura selidik.

"Bukankah kau tadi membuka sebuah e-mail di teleponmu dan keluarlah aku, e-mail tersebut berisi diriku lalu dikirimkan ke telepon Sakura." jelas Rin.

"Begitu, aku mengerti." ucap Sakura paham.

°Air terjun Shi°

Sakura telah sampai di tempat tujuan, lalu ia disuruh oleh Rin untuk berjalan sampai di depan air terjun.

Bulan telah berada di tengah kilauan bintang, sinarnya memantul hingga ke permukaan air.

Sepi.

Tak ada siapapun disini, hanya Sakura seorang. Suara turunnya air terlihat segar untuk menghilangkan dahaga.

"Rin, aku sudah sampai." ucap Sakura.

"Tunggu sebentar," Ucap Rin melihat sekitar Sakura. "Sakura-chan, lihat ke arah air terjun." Lanjutnya.

"Memangnya ada apa dengan air terjunnya?" Tanya Sakura tak paham.

"Sudahlah lihat saja," Perintah Rin. "Apa kau lihat sesuatu yang terlihat hitam dibalik air terjun tersebut?" Lanjutnya.

"Ya, aku lihat. Disana, seperti gua besar dibalik air terjun ini." balas Sakura menerawang.

"Kau harus melewati air terjun ini dan di belakang air terjun akan ada mulut gua, kau masuk saja." Jelas Rin.

"Baiklah, tapi di sungai ini tak ada buaya bukan?" Tanya Sakura memastikan.

"Tentu saja tidak, cepatlah sebelum seseorang mengetahui keberadaan kita." ucap Rin tergesa-gesa.

"Baiklah." Sakura pun melewati air terjun dan benar apa yang dikatakan Rin bahwa di balik air terjun tersebut ada sebuah mulut gua yang besar, tanpa pikir panjang Sakura memasuki mulut gua tersebut.

Sakura terus berlari menuju keluar gua, disana gelap dan licin hanya suara tetesan air dan decit kelelawar. Sakura tak tahu bahwa di dalam gua terdapat cctv yang berupa kelelawar.

Jauh dari tempat Sakura sekarang, sedang ada orang yang mengawasi di bagian cctv. "Bagaimana master?" Tanya seseorang.

"Aku pikir apa, hingga membuatmu panik seperti tadi." balas orang lain.

"Tentu saja aku akan panik, master. Karena, Rin dengan seenaknya pergi menemui Sakura dan sekarang menyuruh Sakura untuk kabur dan menemui master. Ini sudah keterlaluan!" Seru orang pertama.

"Tenanglah, Ran. Aku tahu apa yang kulakukan." ucap orang kedua.

"Huh, jika master punya inisiatif sendiri aku tak akan ikut campur." ucap Ran lega.

"Tentu saja, sekarang panggil keamanan." Perintah master. Sasuke.

"Baikla-Apa?! Kenapa?!" Seru Ran terkejut.

"Sudahlah lakukan saja." ucap Sasuke.

"Baiklah." Ran pun melakukan perintah Sasuke.

Di tempat Sakura, Rin merasa curiga dengan keadaan di dalam gua ini. "Sakura-chan, apa kau tak merasa ada hal aneh di sini?" Tanyanya.

"Aneh? Maksudmu kelelawar?" Tanya Sakura balik.

"Ya, bukankah aneh? Ini sudah malam biasanya kelelawar akan pergi saat malam, namun ini berbeda." ucap Rin menggantung.

"Berbeda, bagaimana maksudmu?" Tanya Sakura.

"Ya ampun Sakura, kau masih belum paham? Kelelawar ini dari tadi mengikutimu." terang Rin.

"Benarkah? Aku tak menyadarinya, lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Sakura panik.

"Sebaiknya," Ucap Rin berpikir. "Kita Lari!" Serunya.

Sakura pun berlari dengan kencang dan tentu saja para kelelawar tersebut mengejarnya. Lalu Sakura sampai di ujung gua. "Rin, ada pintu besar di ujung gua, bagaimana ini?" Tanya Sakura.

"Pasangkan kabel usb dari teleponmu ke kotak kecil di samping pintu besar disana, akan kucoba hack jaringannya." Jelas Rin bersiap-siap.

Sakura pun berlari ke samping pintu tersebut, lalu menghubungkan kabel usb sesuai instruksi Rin. "Cepatlah Rin! Para kelelawar itu sudah mendekat!" Seru Sakura semakin panik.

"Sebentar lagi," Ucap Rin masih mengotak-atik jaringan. "Ayo, masuk!" Serunya.

Pintu besar tersebut terbuka, lalu Sakura masuk dan pintu tertutup lagi setelahnya. Para kelelawar tadi tidak lagi mengikuti Sakura. "Ini dimana?" Tanya Sakura memperhatikan sekitar.

"Ini di dalam gedung, tempat dimana master berada." ucap Rin.

"Jadi, disinilah Sasuke-kun berada." Sakura tak percaya kini ia berada hampir dekat dengan tempat Sasuke, setelah itu ia dapat bertemu Sasuke. Apa yang akan aku ucapkan padanya?.

Perasaan Sakura campur aduk, dimana suka, bahagia, sedih, dan bingung, semua tercampur jadi satu. "Sudahlah, ayo kita pergi dari sini dan temui master." Ajak Rin.

"Kau benar, Rin. Ayo kita temui Sasuke-kun." Semangat Sakura membara.

Baru saja Sakura melangkahkan kakinya, ada seseorang menghentikannya. "Tunggu disana, nona kecil." ucap seseorang.

"Huh?! Siapa itu?!" Seru Sakura terkejut.

Kretek krek

"Jangan bergerak!" Sekarang terdengar banyak suara seperti menodongkan pistol dan berucap bersamaan.

"Eh?! Ada apa ini?! Rin apa maksud semua ini?!" Tanya Sakura tak bisa berbuat apa-apa.

"Huh, aku kira siapa ternyata kau Sakura." ucap orang tadi.

"Darimana kau tahu namaku?!" Seru Sakura.

"Ini aku," Ucap orang tersebut memperlihatkan diri. "Madara." Lanjutnya.

"Madara?," Sakura menutup mulutnya tak percaya yang dilihatnya. "Kenapa kau ada disini?!" Lanjutnya.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, untuk apa kau kemari Sakura?" Tanya Madara balik.

"A-ah," Sakura bingung akan menjawab apa.

"Biar aku tebak, kau kemari untuk bertemu dengan Dia, bukan?" Tanya Madara tersenyum sinis.

"Kalau iya, kenapa?!" Seru Rin.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya seseorang baru saja datang.

"Oh, orang yang dibicarakan datang. Kemarilah Sasuke." ucap Madara.

"Master!" Seru Rin.

"Sa-su-ke-kun." ucap Sakura tak percaya.

"Madara, bukankah aku sudah bilang padamu untuk menyingkirkannya." tukas Sasuke.

"Tapi dia kemari ingin bertemu denganmu, apa kau tak mau menyapanya?" Tanya Madara.

"Buat apa? singkirkan dia." titah Sasuke.

"Hah?!" Sakura terkejut mendengar perkataan Sasuke.

"Master! Kau tak bisa menyingkirkan Sakura begitu saja! Dia sudah ada disini, dia merindukan master!" Seru Rin.

"Ran, hapus memori Rin dan semua datanya, aku ingin dia dihapus sebagai program gagal." perintah Sasuke pada Ran.

"Baik, master." Ran pun melakukan perintah Sasuke.

Diam.

Sakura tertunduk tak berucap apapun. Sasuke pergi meninggalkan Sakura di tempat, Madara menyuruh beberapa penjaga untuk turun membawa Sakura pergi sesuai perintah Sasuke.

"Sasuke-kun!" Seru Sakura. "Aku akan ditunangkan dengan orang lain! Apa kau akan membiarkan semuanya?!" Lanjutnya.

Sasuke memberhentikan langkahnya dan berbalik berjalan ke arah Sakura berdiri. Semua orang disana terdiam, termasuk Madara.

"Untuk apa aku khawatir? lebih baik kau tidak ada." bisik Sasuke di telinga Sakura.

"Huh?!" Sakura meneteskan air matanya mendengar perkataan Sasuke.

Sasuke pun berbalik dan pergi, para penjaga membawa Sakura pergi dari tempat. Di dalam mobil, Madara mengantarkan Sakura kembali ke mansion Haruno. Di dalam mobil Madara mengajak Sakura untuk berbicara namun tak ditanggapi oleh Sakura.

"Sayangnya dia tidak ingin bertemu denganmu ya, kau pasti sedih." ucap Madara, namun tak ditanggapi oleh Sakura.

Merenung.

Iris mata Sakura tertuju pada hutan yang berjalan mundur dilewati mobil. Tak ada satu pun yang bisa Sakura lakukan, hanya diam menunggu semua berlalu. Lalu terbesit sebuah ide untuk benar-benar mengakhiri semua ini.

"Kalau begitu, sampai disana sam-"

BRAKK!!

Ckiiiiiitttt!!!

Mobil terhenti mendadak setelah mendengar suara orang membuka pintu mobil dan terjatuh. "Sakura!" Seru Madara melihat keluar mobil.

Sakura terguling di jurang, ia tak berpikir apa yang akan terjadi padanya. Hanya satu di pikirannya yaitu, mengakhiri semua ini.

Duagh! Sreeek! Brukk!

Sakura berhenti berguling di pinggir tebing jurang di bawah sana. Madara dan supir di atas panik serta kebingungan untuk menolong Sakura.

Di lain tempat, Sasuke masih menatap layar komputer. "Master, penghapusan program Rin akan berakhir dalam 10 menit." ucap Ran.

"Hn." balasnya.

"Master, jika Rin dihapus maka aku juga akan menghilang." ucap Ran tak tega.

"Tak apa, kalian bisa aku ciptakan lagi." ketus Sasuke.

"Huh?! Master ada sebuah pesan masuk." ucap Ran menyadari sebuah e-mail masuk.

"Buka saja." Perintah Sasuke. Lalu, Ran pun membuka e-mail tersebut.

"Master! Ini gawat! Sakura-chan! Sakura-chan terjatuh ke jurang!" Seru Rin yang muncul tiba-tiba dari dalam e-mail tersebut.

"Sekarang kau berani berbicara, setelah aku akan menghapusmu." ketus Sasuke tersenyum sinis.

"Itu bukan saatnya master! Sakura-chan akan jatuh dari tebing, dan sekarang ia tak sadarkan diri. Bantulah Sakura-chan untuk yang terakhir kalinya master, aku mohon." pinta Rin memohon.

"Rin benar, master. Aku juga tak ingin Sakura-chan mati, aku mohon tolong dia satu kali ini saja." pinta Ran juga.

"Huh, Ran telepon Naruto dan beritahu dia untuk pergi ke tempat Sakura sekarang. Dan Rin tunjukkan jalannya." ucap Sasuke bersiap-siap.

"Baik." jawab mereka berdua yang segera melaksanakan tugasnya.

Dimana aku? tubuhku terasa sakit semua, aku tak bisa menggerakkan anggota tubuhku. Sakura tergeletak di atas tanah, tak ada siapapun yang menolong Madara dan anak buahnya mencari keberadaan Sakura namun, mereka tidak bisa melacaknya karena hari sudah gelap.

Di lain tempat, Sasuke tengah menyusuri hutan. Malam mulai gelap, hembusan angin mulai kencang, setetes demi setetes air turun, kilatan petir terlihat di atas sana. Sasuke tetap pergi ke tempat tujuannya saat ini. "Sakura! Dimana kau?!" Serunya.

"Master, Sakura ada di bawah sana." tunjuk Rin melihat GPS jarak antara Sasuke dan Sakura sudah dekat.

Sasuke pun turun dan terlihat disana memang benar ada Sakura yang masih tergeletak tak bergerak. "SAKURA!" Teriak Sasuke berlari mendekati Sakura.

"Sasuke! Dimana Sakura?!" Tanya Naruto datang dari arah samping Sasuke.

"Disana." ucap Ran menunjukkan tempat Sakura tergeletak.

"Sakura-chan!" Teriak Naruto mendekati Sakura.

"Sakura-chan! Sakura-chan! Kumohon jangan mati!" Seru Naruto memangku kepala Sakura.

"Na-ru-to." ucap Sakura tersendat-sendat.

"Sakura-chan! Apa kau baik-baik saja?" Tanya Naruto meneteskan air mata.

"Bodoh, aku t-ak a-pa-apa," ucap Sakura tersendat-sendat. "Na-ru-to, di-a su-dah ta-k ad-a la-gi bu-ka-n di du-nia i-ni?" Lanjutnya.

"Dia? siapa maksudmu?" Tanya Naruto tak paham.

"Di-a, Sa-su-ke-kun. Be-nar buk-an Na-ru-to? Di-a su-dah tid-ak ad-a la-gi di s-ini," Tangis Sakura memukul-mukul pelan dada Naruto. "Jaw-ab aku, Na-ru-to." Lanjutnya.

"Hm, maafkan aku Sakura aku memang bukan teman yang baik. Aku tetap saja tak bisa pungkiri bahwa dia sudah tiada. Namun, Sakura-chan aku tak ingin kau bersedih atas kehilangan dia." Tangis Naruto pun memuncak.

"Bodoh, ten-tu sa-ja a-ku t-ak mena-ngis ka-rena a-ku hany-a menu-ngg-u." ucap Sakura.

"Aku sudah berusaha untuk memperbaiki ciptaannya, maafkan aku jika itu mengingatkanmu." Naruto masih menangis. Sasuke hanya bisa melihat dari jauh.

"Huh, ak-u saya-ng ka-lian s-emua." ucap Sakura menutup mata.

"Mission completed!" Seru Sasuke.

"Apa yang kau maksud robot Sasuke?! Misimu belum berakhir!" Bentak Naruto.

"Denyut nadi Sakura telah terhenti, diagnosa telah mengatakan Sakura telah tiada." ucap Sasuke.

"Bodoh! Sakura-chan! Jangan ikuti cahaya putih itu! Aku mohon Sakura! Kembalilah!" Seru Naruto namun, tak ditanggapi oleh Sakura.

"SAKURA-CHAN!!!" Teriak Naruto memeluk Sakura. "TIDAK!!! SAKURA-CHAN!!!" Tangisnya tak terhenti.

Sebuah e-mail masuk di telepon Sakura dan terbuka dengan sendirinya, bertuliskan 'File Program deleted'. File program Rin telah dihapus begitu juga dengan file program Ran, robot Sasuke kehilangan file program inti yaitu program Rin dan Ran tersebut. Robot Sasuke pun ikut mati.

Dimana ini? Kenapa semua terlihat putih?. Sakura berjalan di sekitar tempat yang terlihat putih tersebut.

"Apa tak ada seorang pun?" Tanyanya pada diri sendiri dan melihat ke sekeliling.

Tiba-tiba semua menjadi berwarna, terlihat jelas apa yang berada di depan Sakura. Sebuah tempat Cafe.

"Huh?!" Sakura terkejut entah apa yang sedang terjadi padanya.

Kling

"Sakura." panggil seseorang memasuki pintu cafe.

"Hm? Oh, ternyata selama ini kau disini?," Tanya Sakura tersenyum melihat orang yang menyapanya. "Sasuke-kun." Lanjutnya.

"Ya," Ucap Sasuke duduk di depan Sakura. "Sakura, aku merindukanmu." Lanjutnya.

"Aku juga merindukanmu, Sasuke-kun." Senyum Sakura tulus.

End.

~Epilog~

Setetes air hujan terakhir turun dari daun hijau. Hujan telah pergi, para pengunjung cafe pun meninggalkannya namun, entah mengapa perempuan itu tak mau pergi dari tempatnya.

Hijau emerald irisnya, senyum bak gula termanis yang ada di dunia, helaian rambut pink-nya bak gulali namun, mengapa wajah sempurna itu menangkap sedih mendung yang telah pergi? Haruno Sakura, namanya.

"Dimana Sakura?" Tanya seseorang pada Naruto.

"Dia, mungkin sedang bersedih." balas Naruto termenung.

"Kak Ino, sebenarnya Sasuke itu siapa?" Tanya seorang anak, Konohamaru.

"Siapa? Uchiha Sasuke? dia b*jing*n yang pergi begitu saja." tukas Ino, namun ia meneteskan air mata.

"Kak Ino, kenapa sedih?" Tanya Konohamaru lagi dan hanya dibalas pelukan oleh Ino.

"Hei, Sasuke bukankah aku pernah bilang," Ucap Naruto di depan sebuah nisan bertuliskan 'Uchiha Sasuke'. "Sakura-chan orangnya baik, jangan kau sia-siakan kesempatanmu-dattebayo." Lanjutnya dengan tangis yang tak terbendung.

"Konohamaru-kun, Naruto-kun," Panggil Hinata menepuk pelan pundak mereka berdua. "Aku pikir mereka cocok dan kurasa Ino-chan bilang seperti itu karena mungkin ia tak ingin melihat Sakura-san terluka lagi hatinya." Lanjutnya.

"Kau benar, Hime. Aku akan menyelesaikan ciptaannya dan akan kubuat seperti penciptanya dan tentu saja dengan sifat aslinya." ucap Naruto bertekad.

"Namun, Sakura tetap saja tidak akan percaya!" Seru Ino.

"Ino, orang yang sedang kehilangan, emosi mereka menjadi lemah dan lama kelamaan jika dibiarkan akan lupa ingatan disitulah kesempatan kita untuk memberi memori baru untuk Sakura, namun kita harus berakting agar Sakura bisa melupakan Sasuke." jelas Naruto.

"Apa kau bodoh?! Buat apa memperbaiki robot itu jika kau tetap ingin membuat Sakura melupakan dia." Bentak Ino.

"Aku tahu, aku membuat robot itu untuk bersikap dingin kepada Sakura agar Sakura tak terlalu memikirkannya dan melupakannya." ucap Naruto.

"Kurasa itu yang terbaik Ino-chan, lakukan saja Naruto ini demi kebaikan Sakura-chan kami akan membantu." ucap Hinata.

"Terimakasih Hime, lalu bagaimana denganmu Ino?" Tanya Naruto memastikan.

"Benar yang dikatakan Hinata, kita lakukan saja ini juga demi kebaikan Sakura." ucap Ino menyerah.

"Baiklah, aku akan menyelesaikan sesegera mungkin, kumohon bantuan kalian." ucap Naruto.

"Tentu saja." ucap Ino dan Hinata bersamaan.

***

Pojok Author

Halo para juri dan readers sekalian😊

Bagaimana cerita diatas? Aneh kah? Bingung kah? Atau cerita basi, mungkin?😂 Tak apa Author hanya bertanya, jika ada kekurangan atau kebingungan silahkan coment di bawah👇👇👇

Dan mohon maaf untuk para juri jika cerita ini membosankan atau apa😂 tapi sepertinya memang membosankan😅.

Ps :
Ini cerita sudah Fin/End/Tamat tidak ada sambungan. Mungkin ada yang berasa menggantung tapi ini sudah Fin/End/Tamat😉

Tag juri place :
Miinamila
KarinaHimalaya87
AngeliaCabello
sciefters28
maulidyaandini

Please vote and coment ya🙏🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top