Bab 26
Prilly berniat untuk membimbing Ali yang baru keluar dari mobil, namun segera Ali cegah.
"Nggak usah. Gue bisa sendiri." Kali ini nada larangan Ali tak terdengar dingin seperti biasanya.
"Selamat datang kembali ke rumah Mas..." Bi Sumi menyambut kepulangan Ali dari rumah sakit.
"Makasih bi..."
"Mas Ali mau bibi bikinkan minum apa?" Tawarnya ketika Ali sudah duduk di sofa ruang keluarganya.
"Tumben nanya bi?"
"Ya siapa tahu ada permintaan spesial dari Mas Ali.."
"Ah bibi bisa ajaa.. kalau gitu Ali mau jus jeruk bi."
"Siap laksanakan Mas!!" Bi Sumi bergegas ke dapur.
"Mas mau istirahat di kamar apa di sini dulu?" Prilly yang sedari tadi siap sedia berada di sampingnya bertanya.
"Di sini aja." Jawab Ali sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Oh iya Li, untuk sementara kamu menempati kamar yang di sebelah Kaia ya?" Ucap Bu Resi yang baru muncul dari kamarnya, membuat Ali mengernyitkan dahinya seolah bertanya, mengapa?
"Kaki kamu kan belum sembuh benar masa harus naik turun tangga? Biar gampang juga kalau kamu butuh apa-apa." Bu Resi mencoba menjelaskan.
"Nggak apa-apa kan?" Bu Resi kembali bertanya karena anak lelakinya masih saja diam.
"Apa yang dikatakan Mama itu ada benarnya Li, semua untuk kebaikanmu." Pak Syarief ikut memberi pengertian.
"Coba deh dipikir baik-baik." lanjutnya.
"Iya deh..."
"Akhirnya adik gue mau juga dengerin pendapat orang lain." Celutuk Kaia. Ali mencibir mendengar ucapan Kaia. Ingin rasanya melemparkan sebuah bantal pada kakaknya itu, namun diurungkan niatnya karena pasti akan menimbulkan keributan. Biasaaa... mereka berdua jika bersama kan memang jarang akur.
Bi Sumi datang membawa satu nampan penuh dengan minuman.
"Silakan diminum Pak, Bu, Mbak Kaia, Mas Kris dan Mbak Prilly..." Ucap bi Sumi sambil menyuguhkan tiap gelasnya di depan mereka.
"Loh semuanya diabsen kok Ali nggak bi?" Protes Ali karena hanya dia saja yang belum mendapatkan minuman padahal di nampan sudah tak tersisa segelas pun.
"Ini buat Mas aja." Prilly menggeser minumannya ke hadapan Ali.
"Eit, sebentar Mas, aduh kelupaan. Hehe." Bi Sumi bergegas kembali ke dapur.
"Nah, ini buat Mas Ali... spesial dari bibi dan ini bibi kembalikan ke Mbak Prilly." Bi Sumi menyuguhkan satu buah gelas besar berisi jus jeruk ke hadapan Ali dan menggeser kembali gelas Prilly.
"Haha... makasih bi." Ali langsung menyeruput jus jeruknya.
"Oh iya, bibi gak punya camilan?" lanjutnya.
"Duh apa ya Mas? Maaf bibi belum sempat bikin Mas. Ini bibi baru mau masak buat makan malam."
"Ya udah bi, gak apa-apa."
"Yuk Prilly bantu bi." Prilly berdiri dari duduknya.
"Mbak nggak capai apa?" Prilly tersenyum dan menggeleng lalu berjalan ke dapur. Kaia, Bu Resi dan Pak Syarief ikut meninggalkan ruang keluarga.
"Mas, mau aku bikinin tempe mendoan apa kue donat ubi jalar?" Tanya Prilly yang tiba-tiba muncul kembali setelah memeriksa bahan-bahan di dapur yang kira-kira bisa dibikin camilan sore ini.
"Mendoan?"
"Iya, tempe yang diiris tipis terus digoreng pakai tepung terigu."
"Tempe tepung?" Prilly mengangguk dengan cepat.
"Yang cepat jadi yang mana?"
"Ya cepat tempe mendoannya Mas."
"Ya udah itu aja. Gue udah lapar." Ucap Ali dan refleks mengelus perutnya yang sekarang agak buncit. Mungkin karena efek sebulan di rumah sakit hanya makan dan tidur kali yaa.
"Ya udah tunggu yaa..."
"Eh, tunggu Pril. Gue mau bantuin." Cegah Kaia yang baru saja kembali ke ruang keluarga. Lalu bergegas menggandeng tangan Prilly mengajaknya ke dapur bareng.
"Tuh Li, perhatikan deh dengan mata hati lo! Rasakan perhatiannya yang tulus buat lo. Gue aja bisa ngerasain, masa lo gak?" Kris mencoba mengajak calon adik iparnya bicara.
"Yang super baik kaya gitu masih lo sia-siain? Kalau ntar ada yang deketin baru tahu rasa lo!"
"Ah udah deh lo gak usah mencoba pengaruhin gue Bang..."
"Gue gak pengaruhin lo yaa. Gue cuma pingin lo buka mata dan hati lo. Jangan sampai nyesel deh..." Ucapan Kris agak meninggi karena kesal dengan sikap keras kepalanya Ali.
"Mau nyari yang kaya gimana sih Li? Yang penting nyaman." Lanjutnya dengan intonasi yang sudah normal kembali.
"Tahu ah. Untuk sekarang gue cuma pingin cepat sembuh terus kuliah lagi. Gue udah ketinggalan banyak materi."
"Terserah lo deh, tapi beneran jangan nyesel ya entar? Apalagi roman-romannya si Baja lagi usaha pedekate tuh sama Prilly."
"Lo tahu?" Kris tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan Ali.
"Kelihatan kali dari sikapnya." Jawab Kris dengan mantapnya seolah dia mengetahui yang sebenarnya. Padahal tadi dia hanya berniat memanas-manasin Ali saja. Tapi mendengar respon Ali jadi dia sengaja deh nerusin untuk pura-pura tahu segalanya. haha...
"Kalau hal kaya gitu lo masih gak peka juga berarti lo perlu dirukyah deh Li."
"Sembarangan! Emang lo pikir gue kesurupan jin gitu?"
"Siapa yang kesurupan Li?" Tanya Pak Syarief yang sudah terlihat segar sehabis mandi.
"Bang Kris tuh Pa..."
"Iya Pa, kesurupan cintanya Kaia..." Ucap Kris cengengesan.
"Cieee modus lo! biar direstuin Papa kan?"
"Hahaha... gak modus aja udah direstuin kali..."
"Wah, seru nih..."
"Iya nih Ma... mereka berdua kalau sudah ngumpul kan emang ramai."
"Tempe mendoan dataaangg...." Teriak Kaia sambil menenteng sepiring mendoan yang masih panas.
"Masih panas..." Kaia menepis tangan Kris yang hendak menyomot tempe mendoannya.
--- II ---
Selesai makan malam bersama, Ali kini sedang duduk santai di ruang keluarga.
Ting tong
Terdengar suara bel berbunyi.
"Priill..."
"Iya Mas..." Sahut Prilly dengan tergopoh dia datang dari dapur menghampiri Ali.
"Tuh ada bel, bukain gih.." Prilly mengangguk dan segera membukakan pintu.
"Woei bro..."
"Ah lo lagi, lo lagi Vin..." Ali mendengus melihat siapa yang bertamu.
"Kenapa emang?"
"Bosen gue..." Ucap Ali dengan nada juteknya.
"Ooh gituu... ya udah! Jangan cari gue kalau lo lagi butuh bantuan."
"Cieee... ngambeeek... Lucunyaa... imutnyaaa..." Goda Ali sambil mencolek dagu Kevin.
"Apaan sih lo? jijik tahuu..." Kevin menepis tangan Ali dengan cepat, merasa risih atas perlakuan Ali.
"Hahaha..." Ali tertawa puas melihat ekspresi kesal sahabatnya itu.
"Habis itu muka minta gue rauk terus buang ke tempat sampah aja."
"Sialan lo! kadar ketampanan gue gak jauh beda kali sama lo..." Ucapnya tak terima olokan Ali.
"Oh iya Li, pada ke mana nih kok sepi?"
"Papa, Mama lagi ketemu calon besan katanya sih mau bahas tentang tanggal dan konsep pernikahan Kaia dan Kris. Sekalian mau belanja keperluan sehari-hari juga. Bi Sumi aja sampai diajak tuh." Jelas Ali sedikit kesal karena dirinya tak diperbolehkan ikut karena kondisinya yang masih perlu istirahat yang cukup.
"Kak Kev mau minum apa?"
"Eh, masih ada lo ya Pril di sini? Maaf ya gue cuekin, emm.. kopi aja deh Pril." Prilly hanya tersenyum.
"Tunggu bentar ya kak..." lalu segera ke dapur untuk membuatkan minuman Kevin.
"Tumben lo gak sama Mila?" Tanya Ali begitu Prilly sudah tak terlihat.
"Kecapaian dia. Tadi kan habis nyiapain semuanya buat acara besok."
"Besok?" Ali menautkan kedua alisnya tak mengerti.
"Ah, masa lo lupa.. kan gue udah bilang besok ada pemilu."
"Ooh..." Mendengar kata pemilu membuat Ali teringat ujaran Kevin tempo lalu waktu dia menemani Ali di rumah sakit.
"Kenapa lo?" Ali segera mengembalikan pandangannya ke arah Kevin.
"Gak apa-apa sih... jadi pingin ikut ke kampus gue." Jawab Ali nyengir.
"Ngapain? Kan lo masih belum sehat."
"Ya cuma pingin nyaksiin jalannya pemilu aja."
"Nyaksiin jalannya pemilu apa jalannya acara Baja nembak Prilly nih??" Pancing Kevin hanya sekedar ingin tahu reaksi sahabatnya yang keras kepala ini.
"Emang jadi?" Tanya Ali sambil menundukkan kepalanya, jari-jari tangannya memainkan sebuah bantal yang berada di sampingnya. Lalu menyandarkan tubuhnya pada sofa. Menetralkan gemuruh yang tiba-tiba hadir menyesakkan dadanya.
"Kayaknya sih iya, tadi gue dengar sendiri di ruang BEM dia udah nyusun rencana. Penasaran gue dia beneran punya nyali apa nggak besok?" Kevin menjawabnya dengan antusias. Membuat Ali memejamkan matannya sekejap lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Khawatir, cemas, dan ingin marah berkumpul menjadi satu. Tanpa ia ketahui, Kevin tersenyum puas melihat sahabatnya yang terlihat frustasi. Kev, Kev bukannya menghibur malah nambahin bebas pikiran orang sakit aja lo? Hingga keheningan tercipta di antara mereka.
"Ya udah Li gue ke sini cuma mau mastiin aja keadaan lo. Gue pulang deh yaa."
"Lho kak, ini kopinya.." Kevin mengurungkan niatnya untuk pulang setelah sempat pamit pada Ali namun bersamaan Prilly datang membawa secangkir kopi pesanannya.
"Eh iya, lupa gue, hehe." Dia pun duduk kembali dan meraih secangkir kopi yang Prilly suguhkan.
"Kak Mila mana kak?"
"Ada di kostnya." Jawabnya setelah menyeruput sedikit kopi panasnya.
"Ini kopinya gak ada temennya gitu Pril?" Tanya Kevin cengengesan.
"Keripik singkong mau kak?"
"Mana bisa nolak gue..." Kelakarnya.
"Dia mah apa aja dilahap..." Sahut Ali berniat memberi tahu Prilly bahwa apa pun yang disuguhkan pasti Kevin mau. Sedang Kevin hanya nyengir. Prilly kembali ke dapur untuk mengambilkan camilan.
"Jadi kalian cuma berdua nih di rumah?" Prilly yang duduk di sofa depannya sambil membuka-buka majalah hanya menoleh.
"Kenapa? Lo mau ikut jagain rumah ini?" Sahut Ali.
"Ogah, gue bukan satpam." Kevin segera meneguk kopinya sampai tandas tak tersisa. Lalu bangkit dari duduknya.
"Ya udah, berhubung kopinya udah habis jadi gue pulang dulu yaa. Capai nih, udah pingin merem gue." Ucapnya langsung berjalan menuju pintu. Ali dan Prilly mengikuti di belakangnya.
"Kalian kan cuma berdua di rumah... hati-hati yaa... saling menjaga..." Ucap Kevin lagi sebelum melangkah ke teras.
"Ceramah Pak?"
"Kuliah subuh." Ali terkekeh mendengar jawaban Kevin sambil berjalan keluar pagar rumahnya. Prilly menutup pintu ruang tamu setelah dipastikan Kevin sudah benar-benar pergi. Baru saja melangkahkan kakinya tiba-tiba suasana menjadi gelap gulita. Listrik padam.
"Mas..." Suaranya bergetar memanggil Ali yang sudah berjalan duluan di depannya tadi.
"Prill..." Ketika gelap menyapa, Ali pun langsung menghentikan langkahnya dan memanggil Prilly, hanya memastikan Prilly sudah masuk ke dalam rumah apa belum. Ali segera membalikkan badannya dan meraba-raba daerah sekitar mencari keberadaan Prilly dalam kegelapan. Prilly pun sebaliknya.
"Mas..." Suara Prilly makin bergetar menahan isak tangisnya. Lalu tak lama, tangan mereka berdua saling bersenggolan.
"Prill..."
"Mas..."
Mereka saling mencari satu sama lain sampai tangan mereka berhasil bertautan. Lalu Ali menarik tangan Prilly agar posisinya lebih dekat dengannya. Suara isakan pun terdengar jelas di telinga Ali.
"Kok nangis?" Ali mulai khawatir. Namun Prilly tak menjawabnya. Ali yang tadinya hanya memegang tangan Prilly kini menggenggamnya erat untuk memberi ketenangan.
"Udah, jangan nangis, lebih baik kita ke dapur cari lilin yuk."
Byar... lampu kembali menyala saat mereka hendak melangkah dengan tangan yang masih saling menggenggam. Tatapan mata mereka saling beradu pandang, tanpa sadar posisi mereka sangatlah dekat dan saling menatap dengan lekat.
Happy birthday to you...
Happy birthday to you...
Happy birthday Ali Prilly...
Happy birthday to you...
Sebuah lagu ulang tahun menggema dalam keheningan yang terjadi antara Ali dan Prilly, membuat Prilly memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu dan menoleh kaget ke arah sumber suara. Ali pun tak kalah terkejut. Matanya terbelalak melihat orang-orang terdekat mereka berkumpul di depan pintu ruang tamu yang sudah terbuka.
"Kalian..." Suara Ali tertahan. Rasanya lidahnya kelu untuk berucap. Senang sekaligus terharu mendapatkan surprise dari orang-orang yang disayanginya. Papa mamanya, Kaia, Kris, bahkan ada Kevin dan Mila juga.
"Selamat ulang tahun ya Mas, Mbak..." Bi Sumi yang membawa kue tartnya pun berjalan menghampiri Ali dan Prilly yang masih berdiri dengan tatapan tak percayanya.
"Ayo Mas, Mbak tiup lilin dulu." Ucapan kedua dari bi Sumi membuat mereka berdua mengerjapkan matanya. Kembali ke alam sadar.
"Eh, berdoa dulu sebelum tiup." Interupsi Kaia pada Ali yang sudah memonyongkan bibirnya bersiap untuk meniup lilin. Ali menghela nafasnya lalu memejamkan matanya sejenak.
'Semoga takdir yang kujalani ini selalu Engkau berkahi Ya Allah. Berilah aku petunjukMu agar aku tak tersesat lagi. Aamiin.'
Setelah memanjaktkan doa, Ali membuka matanya kembali dan bersiap untuk meniup lilinnya.
"Eh tunggu..." Sela Kaia lagi. Ali mengernyitkan dahinya seolah bertanya apa lagi? Rasa kesal pada kakaknya mulai menjalarinya beranggapan bahwa Kaia sedang mengerjainya.
"Prilly belum berdoa."
"Hah?" Prilly terlihat bingung dengan ucapan Kaia.
"Ayo Pril berdoa dulu." Prilly memandang semua orang bergantian dengan rasa bingungnya. Kok dia juga di suruh ikut berdoa? Namun semua orang mengangguki ucapan Kaia barusan. Prilly beralih memandang Ali bersamaan dengan Ali yang memandangnya, lalu menganggukinya juga. Dengan rasa bingung dalam dirinya, Prilly pun segera menundukkan kepalanya dengan mata yang terpejam, memanjatkan doa.
'Ya Allah, sembuhkanlah Mas Ali. Bahagianya adalah bahagiaku. Aamiin.'
"Nah, sekarang tiup lilinnya bersama." Ucapan Kaia kembali membuat Ali dan Prilly saling berpandangan untuk yang kesekian kali. Tanpa membantah sedikit pun, mereka meniup lilinnya secara bersamaan dengan panduan hitungan dari Kevin. Suara tepuk tangan pun terdengar ketika lilin sudah padam.
"Ehem... itu tangan pegangannya gak bisa lepas yaa? Kaya ada lemnya..." Celutuk Kevin dengan pandangan mata fokus pada Ali dan Prilly. Spontan Ali dan Prilly melepaskan genggaman tangan mereka dengan ekspresi salah tingkahnya. Membuat semua terkekeh melihat tingkah lucu sepasang suami istri ini.
"Ayo potong kuenya Li, Pril..." Kaia mendekat menyerahkan sebuah pisau yang disambut oleh Ali.
"Potongan pertama untuk Mama dan Papa." Pak Syarief dan Bu Resi pun segera mendekat melihat anak lelakinya dengan susah payah meraih kruk untuk membantunya melangkah.
"Selamat ulang tahun sayang..." Ucap kedua orang tuanya bersamaan lalu dengan kompak mereka mencium kedua pipi Ali. Bu Resi mencium pipi kanan Ali dan Pak Syarief yang sebelah kiri.
"Kedua untuk kakak gue yang nyebelin." Kaia mendekat ke arah Ali sambil mengerucutkan bibirnya lalu menerima suapan dari adiknya yang bandel itu.
"Selamat ulang tahun adikku yang bandel." Ucapnya lalu mencium kedua pipi Ali.
"Ini buat Bi Sumi." Ucapan Ali membuat semua orang melongo karena mereka salah prediksi. Mereka mengira suapan ketiga adalah untuk Prilly.
"Bibi, Mas?" Tanya bi Sumi tak percaya. Ali tersenyum manis padanya dan mengangguk dan menyuapinya.
"Sekarang giliran Bang Kris."
"Ayo Vin, sini lo."
"Ini buat Mila." Ali menyuapi mereka satu persatu. Sungguh tingkah Ali ini membuat mereka mendesah kecewa namun tak satu pun dari mereka yang mengungkapkannya karena tak ingin merusak suasana hati Ali yang terlihat sangat bahagia.
"Tinggal sepotong nih, ini buat Ali sendiri." Ucapnya lalu menyuapkan sepotong kue tersebut ke dalam mulutnya.
"Sisanya buat kamu..." Ali menyodorkan sendoknya ke hadapan Prilly yang sejak tadi berdiri di sampingnya dengan senyum yang selalu mengembang. Ternyata Ali hanya memakan kuenya separo dan memberikan sisanya pada Prilly yang membuat Prilly terkejut dan tak percaya ucapan Ali yang telah didengar. Prilly pun menerima suapan sisa kue dari Ali.
'Semoga kamu memang yang terakhir dan terbaik untukku.' Ali memanjatkan doanya lagi saat Prilly menerima suapannya.
"Selamat ulang tahun juga yaa..." Ucap Ali lalu mencium pipi kanan Prilly membuat pipi Prilly memanas bahkan mungkin memerah seperti kepiting rebus. Prilly tak percaya untuk yang kedua kalinya karena Ali mencium pipinya karena hal ini adalah yang pertama kali Ali bersikap manis padanya.
Ucapan Ali membuat semua orang tersenyum bahagia dan bertepuk tangan untuknya.
"Terima kasih Mas. Selamat ulang tahun juga buat Mas." Ali hanya tersenyum menanggapinya, tak tahan melihat mata Prilly yang berkaca-kaca, sehingga dia mengalihkan pandangannya dan menyuruh bi Sumi untuk membuatkan minuman.
Haiiii... ketemu lagi nih kita.. gak bosen kan?? hehe ya udah yuk langsng aja di baca.. jangan lupa beri vote dan comment yess biar gue tambah semangat nulisnya... hihi.. matur tengkiyu yess yang udah mau baca, beri vote juga commentnya... see you next bab. Hehe..
jangan lupa juga yess kunjungi dan baca cerita gue yang lainnya..
TERBELENGGU SKENARIO CINTA
TheOne
Kumpulan Cerpen Cinta Remaja
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top