Bab 20
"Eh, Pril Ali mana?" Tanya Kevin dan Mila yang baru datang menghampirinya.
"Di kantin kak."
"Oh ya udah makasih. Yuk ke kantin.."
"Terima kasih kak. Aku mau ke musholla dulu." Prilly tetap menunjukkan senyumnya dihadapan Kevin dan Mila. Mereka tak boleh tahu bahwa Prilly sedang rapuh.
"Ya udah kalau gitu kita ke kantin ya.. jangan lupa ntar nyusul." Ucap Mila dan Kevin berlalu. Prilly hanya menganggukinya.
Sesampainya di kantin.
"Bro, ke kantin nggak nungguin gue." Protes Kevin, mengambil tempat duduk berhadapan dengan Ali.
"Sorry bro. nih tadi ada makhluk yang tiba-tiba aja datang terus ngajakin ke sini." Jawab Ali sambil menoleh sesaat pada seseorang yang masih betah memeluk lengannya.
"Iya nggak heran sih gue sama makhluk satu ini. Dia kan selalu datang dan pergi sesukanya kaya..."
"Jelangkung maksud lo?" Ucap seseorang di samping Ali memotong ucapan Kevin.
"Nah, tuh ngaku."
"Eits..." Kevin berusaha menangkis tangan orang tersebut yang hendak menjitaknya.
"Sialan lo Vin. Cantik gini lo samain sama jelangkung?" Protesnya.
"Siapa suruh lo tiba-tiba nongol terus ngilang pake lama lagi."
"Yah... lo tahu sendirilah Vin gimana kesibukan gue."
"Sok sibuk lo Bel." Bella mencibir mendengar ucapan Kevin. Iya, seseorang yang bergelayut manja di lengan Ali adalah Bella.
"Tumben lo nongol Bel? Biasanya ada maunya nih?"
"Ah, lo suudzon aja ma gue. Nggaklah... mumpung gue lagi free aja nih makanya nyamperin kalian ke sini."
"Yank, makan dulu. Nanti dilanjut ngobrolnya." Mila menyela obrolan Kevin dan Bella. Sedang Ali hanya sibuk menghabiskan makanannya dengan lahap tak menghiraukan perdebatan Kevin dan Bella.
"Eh Li, Prilly kok gak lo ajak ke kantin sekalian?" Pertanyaan Kevin membuat Ali berhenti mengunyah makanannya.
'Aduh... gue lupa kalau tadi gue kan lagi sama dia.' Batin Ali. Setelah bertemu dan mendengarkan penjelasan Prilly, Ali baru merasakan perutnya lapar makanya saat Bella datang menghampiri dan mengajaknya ke kantin langsung dia setujui begitu saja.
"Emang dia masih di depan ruangan gue Vin?"
"Nggak sih, tadi kita ngajakin dia ke kantin bareng tapi katanya dia mau ke musholla dulu." Ali hanya manggut-manggut lalu melanjutkan makan.
"Prill..." Mila melambaikan tangan dan memanggilnya agak sedikit berteriak ketika melihat Prilly memasuki kantin.
"Gabung sini..." Ajak Mila saat Prilly mendekat. Prilly melihat Ali untuk mengetahui bagaimana reaksinya.
"Nggak usah kak. Meja yang lain juga masih ada yang kosong." Prilly menolak ajakan Mila saat mengetahui Ali tak menghiraukan keberadaannya.
"Sini aja deh ya Pril biar seru makan bareng." Tiba-tiba suara seseorang menginterupsi lalu mengambil salah satu tempat duduk.
"Nggak usah kak, kakak aja yang gabung sini. Ya udah aku mau pesan dulu."
"Eh, biar aku yang pesan. Kamu tunggu sini. Kamu mau makan dan minum apa?" Baja menarik tangan Prilly yang hendak berlalu.
"Nggak usah kak, aku bisa pesan sendiri." Jawab Prilly sambil berusaha melepaskan tangannya.
"Udah kamu duduk aja sini. Sebentar aku pesenin." Baja menarik sebuah kursi di dekat Mila lalu memaksanya untuk duduk.
"Eh kak..." Ucapan Prilly menggantung karena Baja sudah berlalu.
"Kamu kok bisa bareng Baja Pril?" Tanya Mila saat Baja sudah menghilang.
"Tadi dia nyariin Mas Ali, kak. Aku bilang ada di kantin eh terus dia maksa aku ke sini." Jawab Prilly sambil melihat ke arah Ali yang sedang sibuk memainkan sedotan minumannya. Lalu pandangannya beralih pada Bella yang juga sedang melihatnya. Mereka sama-sama tersenyum saat bertatap mata.
"Selamat menikmati cantik..." Baja datang dengan menyuguhkan sepiring nasi pecel dan segelas es jeruk di depan Prilly.
"Makasih kak..." Prilly menoleh tersenyum pada Baja, tak menyadari jika ada sepasang mata yang memperhatikannya.
"Eh, kalian ini sepasang kekasih ya?" Tanya Bella tiba-tiba, membuat Ali tersedak.
"Lo gak apa-apa kan Li. Makannya jangan buru-buru." Bella menepuk-nepuk punggung Ali pelan. Ali hanya menggeleng dan segera minum kembali.
"Jadi siapa nih yang mau jawab?" Pertanyaan Bella membuat Kevin, Mila, Prilly, Baja juga Ali menatapnya tak mengerti.
"Hahaha... itu tadi... apa kalian berdua pacaran?" Ucap Bella menunjuk Baja dan Prilly.
"Nggak kok kak."
"Doain aja deh ya..."
Jawab Prilly dan Baja bareng.
"Loh... kok?"
"Iya, gue lagi pedekate sama dia jadi emang belum pacaran." Jawab Baja cengengesan.
"Lo cewek baru Ali?" Untuk yang kedua kalinya Ali tersedak. Namun saat Baja menanyakan hal ini tidak hanya Ali yang tersedak, Prilly pun ikut tersedak kerupuk yang sedang ia makan.
"Eh eh... ini minum." Mila segera menyodorkan minuman pada Prilly yang tersedak sampai terbatuk-batuk.
"Kamu juga pelan-pelan makannya." Ucap Baja sangat perhatian pada Prilly. Dan mungkin hanya Kevin yang menyadari ada sesuatu telah terjadi. Kevin tak sengaja melihat Ali mengepalkan tangannya yang ada di atas meja saat Baja berusaha mengelus punggung Prilly namun ditepis Prilly secara halus.
"Ehem... kenalin gue Bella. Gue mantan terindahnya Ali dan gue juga pacar cadangannya Ali di masa depan." Ucapan Bella seketika mendapat toyoran dikepalanya dari Ali dan Kevin.
"Eh, lo kalau ngomong yang benar dong?" Ucap Ali sedikit emosi. Mungkin juga terbawa suasana melihat perhatian yang ditunjukkan Baja ke Prilly.
"Ah elah... lo kenapa Li? Biasanya juga gak pernah protes gue mau ngomong apa pun tentang hubungan kita."
"Sekali-kali ngomong yang benar kenapa Bel?" Kali ini Kevin yang melontarkan protesnya. Bella hanya mencibir.
"Kalian berdua kenapa sih? Lagi PMS ya?" Ali dan Kevin mendengus mendengar cibiran Bella.
"Udah ayo lanjutin makannya ah." Mila berusaha menengahi.
"Eh, mau ke mana lo Li?" Tanya Kevin melihat Ali tiba-tiba beranjak dari duduknya.
"Kelas." Semua yang melihat perubahan sikap Ali hanya bengong dan bingung, hanya Prilly yang menundukkan kepalanya, merasa tak enak hati.
"Eh, Li kok gue ditinggalin sih?" teriak Bella hendak beranjak namun segera ditahan oleh Kevin.
"Kak, aku permisi duluan ya..."
"Eh, kok makannya nggak dihabisin?" Baja berusaha menahan tangan Prilly yang sedang berdiri namun segera ditepisnya dan berlalu dari kantin.
"Nggak Ali nggak Prilly kok pada aneh ya?" Gumam Mila yang langsung mendapat senggolan lengan dari Kevin.
--- II ---
Dua jam sudah Ali mengikuti mata kuliah terakhirnya untuk hari ini tanpa sedikit pun fokus pada materi yang disampaikan oleh dosen. Sejak meninggalkan kantin, pikiran Ali jadi resah. Merasa tak suka melihat keakraban Baja dan Prilly apalagi dengan perhatian yang ditunjukkan Baja tadi. Selain itu ucapan Bella yang mengaku bahwa dia adalah mantan Ali juga pacar cadangan Ali, membuat Ali merasa risih dan tak terima. Pacar cadangan? Apa coba maksudnya? Ckckck... Jangan sampai deh Bella baper karena sikap Ali selama ini yang care sama dia.
Baru kali ini dia merasa sedikit terganggu atas ucapan Bella yang seenaknya itu, padahal Bella memang seperti itu orangnya sejak dulu. Dulu tiap kali ada cewek yang pedekate sama Ali dan Bella mengaku bahwa dia pacar Ali pada cewek tersebut, Ali merasa tak terbebani dan tak peduli sama sekali, bahkan kadang juga memang sengaja memperlihatkan keromantisan mereka berdua pada cewek tersebut. Namun, sekarang entah mengapa Ali merasa bahwa dirinya sedikit berubah jadi aneh. Dan ia tak tahu apa yang membuatnya seperti ini. Emosi yang tidak stabil, suka uring-uringan tanpa alasan yang jelas, dan satu lagi, dia mulai merasa tak suka jika ada cowok yang berusaha mendekati Prilly, istrinya.
"Li..." sebuah tepukan kecil di lengannya menyadarkan Ali yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Lo mau nginep sini?" Ali mengedarkan pandangannya ke sekeliling, sudah tak ada lagi orang di ruangan itu. Ia baru menyadari bahwa kuliahnya sudah usai.
"Lo belum pulang Vin?"
"Lo kenapa sih Li? Kalau ada masalah, boleh kok cerita sama gue."
Ali hanya menghela napasnya lalu bangkit dari duduknya.
"Ya udah yuk Vin, pulang." Ali segera melangkahkan kakinya keluar kelas. Kevin pun hanya mengikutinya. Walaupun dia sebenarnya penasaran dan khawatir dengan perubahan sikap Ali, namun dia memilih diam, tak mau memaksa Ali untuk bercerita.
Sesaat kemudian, langkah Ali terhenti di anak tangga terakhir. Kevin mengernyitkan dahinya, heran mengapa Ali tiba-tiba berhenti begitu saja. Tanpa bertanya, Kevin pun memutuskan untuk mengikuti arah pandang Ali. Iya, kalau tidak salah duga... Ali sedang melihat seseorang yang sedang berbicara di teras gedung dengan seorang cowok yang asing baginya.
Mila datang menghampiri Ali dan Kevin. Merasa kedatangannya tak di respon oleh kedua orang tersebut, Mila mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Kevin. Namun usahanya itu tak berhasil membuat Kevin menyadari kehadiran kekasihnya itu. Setelah memperhatikan dengan seksama, akhirnya Mila pun mengikuti ke mana arah pandangan Kevin menuju.
"Hei..." Mila menepuk pundak Kevin membuat Kevin mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Eh yank..." Sapa Kevin dengan salah tingkah saat mengetahui Mila ada di sampingnya.
"Kalian berdua aneh." Kesal Mila. Dan Kevin pun hanya tersenyum sambil menggaruk kepalanya bagian belakang.
"Li..." Kevin menepuk pundak Ali berkali-kali. Karena tak berhasil mengalihkan pandangan Ali, akhirnya Kevin meneriakinya tepat di telinga.
"Aliiiiiiii......." Refleks Ali langsung menutup telinganya.
"Apaan sih lo Vin? Gue gak tuli yaa..." Protes Ali kesal.
"Yah kan lo dari tadi dipanggil nggak jawab. Gue kira lo kesurupan."
"Enak aja lo. Hati-hati kalau ngomong." Ali menjitak kepala Kevin, membuat Kevin meringis mendapat hadiah dari Ali.
"Itu Prilly sama siapa ya Li?" Iya, salah satu dari dua orang yang sedang bercengkrama itu adalah Prilly. Prilly sedang ngobrol dengan seorang cowok, itulah yang membuat Ali sedari tadi sulit untuk mengalihkan pandangannya.
"Kayanya bukan anak fakultas sini deh." Ucap Mila menimpali pertanyaan Kevin barusan.
"Ya udahlah... gak penting juga." Ucap Ali datar dan pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang mencibir mendengar ucapannya.
"Nggak penting kok tadi lihatnya nggak kedip, kelihatan nggak suka." Gumam Kevin.
"Ali hari ini aneh ya yank..."
"Iya tuh... Apa mungkin dia itu lagi cemburu ya?"
"Mungkin juga, tadi waktu di kantin aku lihat dia sepertinya kesal pada perlakuan Baja ke Prilly."
"Ya udah yuk yank... kita susulin dia." Kevin mengajak Mila untuk menyusul Ali yang hilang entah ke mana.
Kini Ali sedang duduk di atas vespanya di pelataran parkir.
'Siapa lagi sih itu cowok? Hmmm... makin nambah aja nih saingan gue. Eh, kok gue malah mikirin kalau mereka saingan gue sih? Nggak... Nggak... emang apa istimewanya sih Prilly itu?'
'Aduh... kayanya beneran nih otak gue udah geser. Buat apa juga gue mikirin dia? Buang-buang waktu aja. Lagian juga gak penting. Bodo amat. Dia mau dekat sama Baja, Dicky atau pun yang lain.'
Ali masih sibuk dengan pikirannya sendiri, bahkan perang batin pun tak terelakkan.
"Woei... ngelamun lagi lo?" Ucapan dan sebuah tepukan dari Kevin membuat Ali tersentak dan kehilangan keseimbangan membuatnya hampir saja terjatuh dari atas vespanya.
"Lo bisa gak sih Vin datang-datang gak usah ngagetin gitu?"
"Yah... gue tuh udah berdiri dari tadi di depan lo. Gue lambaikan tangan gue ke depan wajah lo, masih nggak ngefek juga. Ya udah gue teriakin aja sekalian." Ali mencebikkan bibirnya mendengar penuturan Kevin.
"Lagian lo aneh dari pagi. Ngelamun mulu. Hati-hati kesambet setan lo!"
"Nggak kok. Siapa juga yang ngelamun?"
"Nah, terus itu tadi ngapain?"
"Gue emang nggak ngelamun yaa tapi lagi merenung."
"Hahaha..." Tawa Kevin pecah seketika.
"Sama aja kali... lagian tumben lo merenung kaya ada yang direnungin aja."
"Ya udah ah, gue mau cabut dulu."
"Eh, tumben nih lo nggak ngajak nongkrong dulu?"
"Ini udah sore Vin."
"Gayaan lo, biasanya juga pulang malam."
"Udah ah, bawel lo." Ali segera mengenakan helm dan bersiap untuk menstater vespanya. Namun diurungkan niatnya itu.
"Eh Mil," Mila yang hendak menaiki moge Kevin pun menoleh.
"Setelah gue pikir-pikir, kayanya gue pernah lihat itu cowok yang ngobrol sama Prilly tadi." Mila dan Kevin hanya menyimaknya, menunggu Ali melanjutkan kalimatnya karena sepertinya ia masih berusaha mengingat-ingat.
"Tapi di mana ya?" Lanjutnya.
"Ah, kelamaan lo. Ya udah deh lo ingat-ingat aja dulu kalau emang benar pernah lihat tuh cowok. Ntar kalau udah ingat baru kasih tahu kita. Gue sama Mila pulang dulu bro."
"Ah iya... gue ingat." Ucap Ali kegirangan.
"Alii... lo ngagetin aja sih?"
"Cowok itu gue pernah ketemu pas di mall. Iya iya... pas gue datang dari nganterin Nania gue lihat Prilly lagi ngobrol sama cowok itu." Jelas Ali dengan mata berbinar. Seperti mendapatkan doorprize saja.
"Kalau emang benar, itu cowok yang lo maksud berarti..."
"Cowok yang sama dengan yang ada di HP Dewi." Mila dan Kevin saling bersahutan mengutarakan pendapatnya.
"Nah, iya... Mil lo tadi udah lihat sendiri kan orangnya?" Mila hanya mengangguk menanggapi Ali.
"Ya udah, segera deh selesain misi lo."
"Misi?" Tanya Mila tak mengerti maksud Ali.
"Ah lo gimana sih Mil? Dulu kan gue pernah minta bantuan lo buat nyari tahu siapa itu cowok?"
"Ogah ah, cari tahu aja sendiri."
"Yah, Pliiis Mil... bantuin gue?"
"Emang segitu pentingnya ya lo harus tahu siapa dia?" Pertanyaan Mila kali ini membuat Ali gelagapan.
"I... iya... iya... nggak juga sih.."
"Ya udah, kalau nggak penting nggak usah dicari tahu."
"Bye... selamat penasaran deh.." Kevin dan Mila pun berlalu dari tempat parkir.
"Woei... busyet deh gak setia kawan beneran tuh anak." Setelah meneriaki Kevin yang sudah meninggalkannya, Ali menggerutu lalu segera melajukan vespanya.
Saat mengitari sebuah tikungan dekat fakultas kedokteran, Ali menghentikan laju vespanya dan menghadang seseorang yang sedang berjalan kaki.
"Mau ke mana?" Seperti biasa suaranya tetap datar.
"Eh, Mas, ini mau ambil fotokopi." Jawab Prilly sambil mengelus dadanya karena seidkit kaget melihat Ali menghadang jalannya.
"Naik."
"Lo nggak dengar gue suruh naik?" Ucap Ali sedikit meninggikan nada bicaranya karena Prilly hanya berdiam diri tak melakukan perintahnya.
"Ah i...iya." Prilly buru-buru naik mendengarnya.
"Kost lo di mana?" Tanya Ali setelah Prilly berada di dekatnya lagi selesai mengambil fotokopian.
"Di belakang fakutlas teknik. Dekatnya gama resto."
"Oh, ya udah gue antar."
"Tapi Mas, apa nggak ngerepotin?"
"Udah buruan naik." Entah kesambet setan dari mana Ali memang beneran aneh. Masa iya dia tiba-tiba mau mengantar Prilly pulang ke kost? Padahal kan selama ini dia nggak pernah mau tahu apa yang sedang terjadi sama Prilly. Bagaimana Prilly menjalani hari-harinya. Di mana dan dengan siapa dia bergaul? Ali tak mau tahu dan tak mau cari tahu.
"Mas mau mampir dulu?" Prilly menawari Ali untuk mampir ke kostnya setelah mereka sampai.
"Nggak usah, gue langsung balik." Ali segera memutar vespanya.
"Eh iya, lo jangan ge-er dulu. Gue nganterin lo kali ini karena mama." Prilly menautkan kedua alisnya tak mengerti ucapan Ali.
"Ya... ya... biar... buat jaga-jaga aja kalau suatu saat nanti mama atau papa nanya." Setelah memberi alasan mengapa ia mengantarkan Prilly ke kost, Ali pun segera meninggalkan Prilly yang masih berusaha mencerna apa maksud Ali.
'Walaupun bukan karena inisiatifnya sendiri tapi aku senang. Makasih Mas udah mau repot-repot nganterin aku pulang.' Ucap Prilly dalam hati. Prilly tersenyum masam memasuki kamarnya.
'Semoga suatu saat Mas melakukan ini karena keinginan Mas sendiri. Entah sampai kapan aku harus menunggu saat itu tiba. Semoga Allah selalu memberiku kesabaran untuk menunggumu Mas. Walaupun itu mustahil. Aku tak berharap kamu bisa mencintaiku Mas, aku hanya ingin kamu menganggapku ada. Itu saja sudah lebih dari cukup.' Prilly menyeka sudut matanya yang tiba-tiba berair. Kembali tersenyum untuk menguatkandan menyemangati dirinya sendiri.
Yuhhhuuuuu... I'm comiiiiiiiiiiiinggggg... maaf ya baru bisa publish. Hihi.. ya udah selamat membaca dan jangan lupa untuk vote juga comment yesss.. matur tengkiyu and see you babayyy di bab berikutnya.. hehe
Oh iya, jangan lupa juga baca ceritaku yang kedua yaa.. TERBELENGGU SKENARIO CINTA.. baru publis 3 bab sih tapi semoga suka. Hehe.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top