Bab 14
Perjalanan yang cukup lama mereka lalui dalam keheningan. Ali tak ada niatan untuk meminta maaf karena keterlambatannya menjemput Prilly, sedang Prilly juga takut untuk bertanya akan ke mana mereka karena Prilly menyadari bahwa jalan yang dilewati bukanlah arah untuk pulang ke rumah. Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua jam akhirnya mereka sampai juga di Bandung. Merasakan mobil sudah terparkir, Prilly segera turun dengan menutup mulutnya sendiri. Tak lama muncul seseorang menghampiri mereka.
"Kak, to-long tun-ju-kin kamar mandinya." Ucap Prilly terbata karena masih berusaha untuk menutup mulutnya, berusaha mencegah ludahnya yang sudah memenuhi ruang dalam rongga mulutnya supaya tak keluar sembarangan.
"Ayo." Kaia pun segera mengantarkan Prilly menuju kamar mandi dengan sedikit berlari. Untung dia cepat ingat akan sesuatu yang pernah terjadi. Ali pun mengabaikan hal yang terjadi di depannya barusan.
"Lho Ka...." Ucapan Bu Resi terhenti begitu melihat Kaia menggandeng sebelah tangan Prilly dengan sedikit berlari. Ia pun langsung mengikuti langkah kedua anak perempuannya.
"Kamu tadi pasti ngebut ya Li?" Tanya Bu Resi menhampiri Ali yang sedang duduk bersama Pak Syarief dan Kris, sesudah memastikan keadaan Prilly sebelumnya.
"Nggak kok Ma." Jawab Ali cuek.
"Gimana keadaan Prilly Ma?" Tanya Pak Syarief setelah Bu Resi duduk di sampingnya.
"Sudah diantar Kaia ke kamar untuk istirahat kok Pa."
"Kamu lupa ya Li kalau Prilly itu tidak tahan naik kendaraan?" Ali hanya diam lalu meneguk teh yang baru saja disuguhkan oleh salah satu asisten rumah tangga orang tuanya.
"Kenapa jam segini baru sampai sini Li?"
"Biasa Pa, macet. Dia juga pulang kuliahnya sore."
"Gimana Kai?" Tanya Bu Resi saat melihat Kaia datang menghampiri mereka.
"Udah Kaia kasih minyak angin Ma, langsung tiduran dia."
"Emang tadi dia gak nyuruh berhenti gitu ya Li pas di jalan?" Ali hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Kaia.
"Ya sudah sana kamu bersihin badan kamu terus makan. Jangan lupa ajak Prilly makan biar dia tidak masuk angin." Pinta sang mama, dengan malas Ali beranjak dari duduknya berjalan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Prilly yang menyadari kehadiran Ali, berusaha untuk bangkit dari posisi tidurannya, beralih duduk dengan kepalanya disandarkan pada kepala ranjang dan mata terpejam karena masih merasa pusing.
"Ganti baju terus turun makan." Mendengar ucapan itu Prilly membuka matanya dan memperbaiki posisi duduknya, menegakkan tubuhnya dengan susah payah.
"Aku gak bawa baju ganti Mas." Ucap Prilly lirih karena memang tenaganya terkuras setelah ia memuntahkan semua makanan dan minuman yang ia konsumsi hari ini.
"Terserah lo. Gue cuma nyampein pesan mama." Jawab Ali acuh dan kemudian melangkah keluar dari kamarnya. Dengan badan yang terasa lemas dan kepala pusing, Prilly melangkahkan kakinya pelan mengikuti langkah Ali.
"Lho kok gak ganti baju Pril?" Tanya Bu Resi saat melihat Prilly merayap menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati.
"Prilly nggak bawa baju ganti Ma."
"Oh ya udah, sekarang kamu makan sana bareng Ali." Pinta Bu Resi menunjuk ruang makan. Prilly mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju ruang makan.
"Silakan Mbak." Ucap seorang asisten rumah tangga di kediaman Pak Syarief yang menyuguhkan secangkir teh hangat untuk Prilly.
"Makasih ya bi." Si bibi tersenyum membalas senyuman Prilly. Selesai menyecap teh hangatnya, Prilly memutuskan untuk makan walaupun sedang tidak selera.
"Lho... kok sedikit banget sih sayang makannya?" Tanya Bu Resi yang sudah berada di dekat Prilly. "Di tambahin ya lauknya."
"Nggak usah Ma, ini udah cukup."
"Pril, ini baju ganti buat lo." Kaia datang menyerahkan baju ganti buat Prilly.
"Makasih Kak." Setelah memberikan baju ganti untuk Prilly, Kaia kembali ke kamarnya.
"Emang tadi nggak pulang dulu ya kalian?"
"Nggak sempat Ma, dia kan pulangnya udah sore jadi langsung ke sini tadi." Karena khawatir Prilly menceritakan hal yang sebenarnya pada mamanya, Ali segera menjawab pertanyaan mamanya yang ditujukan pada Prilly.
"Oh ya udah, kalau gitu lanjutin makannya terus istirahat yaa... mama juga mau istirahat." Ucap Bu Resi, mencium kening Ali dan Prilly secara bergantian.
"Selamat istirahat Ma." Ali tersenyum manis pada mamanya. Setelah kepergian mamanya, Ali juga beranjak pergi tanpa mengucapkan apa pun. Prilly hendak membereskan meja makan setelah ia juga selesai namun si bibi mencegahnya.
"Sudah Mbak biar bibi yang beresin. Mbak istirahat saja."
"Terima kasih ya bi." Prilly segera kembali ke kamar untuk berganti baju dan istirahat karena merasa badannya sangat lelah.
--- II ---
Selesai sarapan pagi satu persatu orang yang ada di rumah ini mulai menyibukkan diri dengan kegiatannya. Bu Resi sibuk menghias ruangan dengan menata pot-pot bunga yang sudah dipindahkan ke ruang tamu oleh Pak Min, supir keluarga Pak Syarief yang dibantu Leman, si tukang kebun. Tak lama Kaia datang membantu. Sedang Prilly ikut menyibukkan diri di dapur membantu membungkus kue-kue yang sudah matang yang dibuat oleh bi Parmi dan Mini anaknya.
"Mbak, Mini boleh kenalan nggak?" Mendengar suara itu Prilly langsung menoleh ke sampingnya.
"Iya, aku Prilly." Prilly menjabat tangan Mini yang terulur.
"Wah, Den Ali pinter ya milihnya... udah cantik rajin pula." Ucapan Mini membuat Prilly tersenyum.
"Oh iya mbak ini dari mana?" Lanjut Mini bertanya.
"Aku dari Jawa."
"Ketemu Mas Ali nya di kampus mbak?"
"Min, tolong belikan tissu ya.." Suara bi Parmi membuat Prilly merasa lega karena ia sendiri meraa was-was kalau Mini bertanya lebih banyak. Tanpa membantah Mini segera bangkit melaksanakan perintah ibunya.
"Maaf ya mbak atas kelakuan Mini."
"Nggak apa-apa bi.."
"Sayang kamu gak usah repot-repot bantuin..." Bu Resi dan Kaia mendekat ke tempat Prilly yang masih sibuk membungkusi kue-kue dihadapannya.
"Kalau nggak ada kegiatan malah ngantuk Ma..."
"Iya udah tapi jangan sampai kecapaian ya?" Prilly mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan sang mertua.
"Wah, ternyata ada di sini semua..." Pak Syarief datang diikuti oleh Ali dan Kris.
"Makan siangnya belum siap ya Ma?"
"Aduh, iya maaf Den, bibi kelupaan menyiapkannya. Sebentar bibi masakin ya Den..." Bi Parmi segera bergegas ke dapur untuk memasak makan siang. Mini yang baru saja datang dari membeli tissu langsung ikut membantu ibunya.
"Kamu mau ke mana sayang?" Tanya Bu Resi saat melihat Prilly bangkit dari duduknya.
"Mau bantuin bibi..."
"Udah nggak usah, mending kamu terusin aja yang ini biar cepat selesai."
"Ah iya Ma..." Prilly pun kembali duduk untuk meneruskan pekerjaannya. Kaia sendiri masih sibuk memasukkan kue yang sudah dibungkus ke dalam kardus snack.
"Ma, kenapa sih nggak pesan aja? Kan repot Ma kalau kaya gini."
"Ali, Mama hanya ingin memberikan jamuan yang berbeda."
"Beib, boleh nyicipin kuenya gak?" Tanya Kris yang duduk di sebelah Kaia.
"Mau yang mana beib?" Kaia pun menawari Kris.
"Aduh jijik gue dengernya..." Celutuk Ali.
"Heleh... bilang aja lo iri sama kemesraan kita ya kan?"
"Ya nggaklah ngapain gue iri." Ali dan Kaia pun mulai berdebat.
"Coba deh buktiin lo mesra dengan Prilly di depan kita." Ucapan Kaia membuat Ali diam seketika.
"Emang harus ya nunjukin di depan kalian?"Ali bergumam.
"Eh sudah, kalian ini selalu saja ribut." Pak Syarief berusaha melerai perdebatan tak penting yang dilakukan kedua anaknya.
"Udahlah beib gak usah diladenin Ali nya." Kris juga ikut melerai membuat Ali mencibir ke arahnya. Bu Resi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak-anaknya. Melihat Mini masuk ke ruang makan dengan membawa peralatan untuk makan, Kaia pun segera membantu membereskan meja makan. Memindahkan kardus snack ke meja lain. Kris pun tak berdiam diri, melihat kekasihnya repot memindahkan kardus-kardus snack, ia pun membantunya. Sedangkan Prilly beranjak ke dapur untuk membantu mengambil makanan lalu ikut menyiapkannya di ruang makan.
"Maaf ya Pak, Bu, Den Ali dan semuanya bibi terlambat menyiapkannya." Ucap Bi Parmi saat semua makanan sudah tersedia di atas meja makan.
"Iya gak apa bi. Maklum kan emang lagi sibuk." Jawab Ali sambil tersenyum ke arah bibi.
"Terima kasih Den atas pengertiannya." Ucap si bibi lalu melangkah kembali ke dapur. Keluarga Pak Syarief pun menyantap makan siang bersama.
"Pril, habis ini ikut gue ke mall ya..." Kaia memulai pembicaraan.
"Eh beliin parfum gue ya Kak, ketinggalan nih."
"Ogah ah ntar lo beli sendiri."
"Yah kan mumpung lo keluar?"
"Kan kita ke mall nya bareng." Ucapan Kaia membuat Ali menautkan alisnya.
"Kris kan gak tahu jalan di sini Li jadi lo lah yang nyetir mobilnya." Jelas Kaia membuat Ali mendengus.
"Nggak ah, lo kan juga bisa nyetir. Lagian gue gak ada niatan keluar."
"Kalau Papa yang nyuruh kamu nyetir gimana?" Pak Syarief angkat bicara membuat Ali menoleh ke arahnya.
"Kita berenam ke mall bareng aja, Oapa sama Mama juga mau ikutlah. Ali yang nyetir."
"Wah, ide bagus tuh Pa." Bu Resi menyetujui usul suaminya, Kaia dan Kris tersenyum melihat Ali dengan wajah kesalnya tanpa bisa membantah sedang Prilly hanya diam mendengarkan, mau menolak ikut pun pasti sungkan.
"Ya sudah ayo habiskan makannya. 30 menit lagi kita berangkat." Ucap Pak Syarief.
--- II ---
Sesampainya di mall, mereka langsung menuju butik tempat langganan Bu Resi. Tujuan utama mereka ke sini adalah untuk membelikan baju buat Prilly mengingat Prilly tak membawa baju ganti.
"Pril... sini deh." Kaia melambaikan tangan pada Prilly yang sedang duduk menungguinya memilih baju. Mau tak mau Prilly berjalan menghampirinya.
"Nih, coba deh." Prilly menautkan alisnya, tak mengerti. Kaia yang langsung mengerti arti ekspresi Prilly lalu menjelaskan.
"Lo ke sini kan nggak bawa baju ganti."
"Iya Kak, tapi ini terlalu bagus deh."
"Udah ah, sana cobain dulu." Ucap Kaia sambil menarik tangan Prilly menuju kamar ganti. Sedang Kaia kembali memilih baju untuknya sendiri. Setelah beberapa menit Prilly keluar dari kamar ganti.
"Wah, pas nih. Gimana lo suka nggak?" Tanya Kaia saat melihat Prilly.
"Suka sih Kak, tapi harganya berapa?"
"Kalau suka diambil aja sayang... nggak usah kamu pikirin masalah harganya." Ibu Resi yang juga ada di samping Kaia menjawab pertanyaan Prilly.
"Tapi Ma..."
"Sudah sekarang kamu pilih lagi yang lain."
"Nggak usah Ma, ini aja."
"Ya udah kalau kamu nggak mau milih biar Mama dan Kaia yang milihin." Prilly hanya diam tak berani membantah jika mertuanya sudah ikut andil. Setelah kembali ke kamar ganti untuk mengganti baju dengan yang ia pakai sebelumnya Prilly mengekori kakak ipar dan mertuanya memilih baju. Sedang Pak Syarief dan Kris hanya duduk santai menunggui mereka.
"Sudah selesai nih Pa, ayo kita pulang." Ucap Bu Resi pada suaminya saat Kaia dan Prilly sudah selesai mengantre di kasir dan berjalan mendekat ke arah mereka.
"Lho Ali mana Kris?" Tanya Kaia menyadari bahwa mereka hanya berlima saat keluar dari butik.
"Katanya ke tempat parfum tadi."
"Oh ya udah kita susulin aja deh ke sana." Namun, selang beberapa langkah Kaia dan Kris yang berjalan di depan seketika menghentikan langkahnya.
"Ada apa Ka?" Tanya Pak Syarief ikut berhenti di samping Kaia.
"Itu Ali bukan sih Kris?" Tanya Kaia pada Kris yang hanya berupa sebuah gumaman. Tanpa Kaia sadari Pak Syarief mendengar ucapannya barusan sehingga membuat ia mengikuti arah pandang Kaia.
"Eh Pa mau ke mana?" Tanya Bu Resi agak sedikit berteriak karena melihat suaminya berjalan dengan tergesa-gesa.
"Aduh, gawat ini." Kaia pun ikut panik saat mengetahui papanya sudah berjalan ke arah orang yang dimaksud Kaia.
"Ya udah ayo kita ikut papa aja sekalian." Tanpa menunggu persetujuan Kaia, Bu Resi sudah melangkah mendahuluinya. Mau tak mau Kaia dan Kris mengikutinya. Prilly yang tak tahu apa-apa juga hanya mengikuti langkah mereka.
"Ehem..." Sebuah deheman yang cukup terdengar keras itu membuat dua anak manusia yang sedang bercanda menoleh seketika.
"Eh Pa-pa.." Ucap Ali kaget melihat papa serta semua anggota keluarganya sudah ada di depannya kini.
"Oh, hai om... tante... apa kabar?" Tanya seseorang yang berdiri di samping Ali. Pak Syarief dan Bu Resi hanya tersenyum menanggapi sapaannya.
"Udah dapat Li parfumnya?" Kaia mengalihkan pembicaraan.
"Ali belum jadi ke sana Kak.." Jawab Ali cengengesan.
"Ya udah jadi nggak? Udah sore nih." Ucap Kaia lagi dengan ketus.
"Eh Kak Kaia lupa ya sama gue?"
"Iya inget kok." Jawab Kaia tanpa basa basi.
"Eh ini siapa Li? Pembantu baru ya?" Mendengar pertanyaan itu semua lantas menoleh pada Prilly yang berdiri di samping Kaia.
"Oh... dia..." Ucap Ali gelagapan, bingung harus menjawab apa. Sementara dia masih enggan mengakui status Prilly sebagai istrinya. Sedangkan papa, mama, Kaia dan Kris berharap-harap cemas menantikan jawaban Ali.
"Dia... pacar gue." Lanjut Ali sambil melihat Prilly yang hanya menundukkan kepala. Pengakuan tersebut membuat Prilly mendongakkan kepalanya melihat Ali yang juga masih menatapnya.
"Ya udah kita duluan deh Li." Ucap Kaia menarik tangan Prilly berjalan menjauh dari Ali, sebelum pembicaraan itu makin panjang. Keputusan Kaia itu rupanya disetujui oleh sang pacar.
"Kami tunggu di depan ya Li." Ucap sang papa menggandeng sang istri yang akhirnya melangkah pergi meninggalkan Ali.
"Iya udah kalau gitu gue duluan ya.."
"Eh, tapi Li..." Ucapan itu membuat Ali menghentikan langkahnya lalu menoleh dan tersenyum.
"Ini bayar dulu..." Seketika senyum di wajah Ali pudar mendengar lanjutan kalimat itu. Ali hanya menghela napasnya kasar lalu memberikan uang pada pelayan yang masih menyajikan makanan dan minuman yang sempat Ali pesan tadi. Dengan segera Ali melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju tempat parfum. Karena merasa tak enak hati pada keluarganya yang sudah menunggu, tanpa memilih lagi Ali langsung mengambil satu botol parfum seperti yang biasa ia pakai dan membayarnya.
Sejak pulang dari mall, tak satu pun dari anggota keluarga mengajaknya bicara. Hal itu membuat Ali semakin salah tingkah dengan sendirinya.
Hai... haiiii.... I come back.... Hehe... yuk deh langsung di baca daaaan jangan lupa buat vote juga comment yaaaaa... matur tengkiyu yess yang udah mau baca, vote dan comment cerita aneh ini.... See you bab berikutnya... mohon setia menunggu updatenya yaaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top