Bab 12

"Sudah jelas kan?" Tanya Ali tegas pada kelima belas mahasiswa baru yang telah melakukan kesalahan, setelah memberikan beberapa tugas kepada Prilly sebagai orang terakhir yang mendapat hukuman.

"Jelas kak...." Jawab mereka serempak.

"Kembali ke barisan masing-masing." Tanpa menunggu komando untuk yang kedua kali mereka pun segera membubarkan diri menuju kelompok masing-masing.

"Dan sekarang untuk nama-nama yang saya sebut segera menghadap saya. Riska, Adnan, Lusi." Ketiga anak yang namanya dipanggil pun segera berjalan ke hadapan Ali. Entah hukuman apa yang akan mereka terima nanti. Hanya ketiga mahasiswa baru itu yang mengetahuinya karena mahasiswa baru yang lainnya sedang fokus pada ucapan salah satu kakak panitia lain yang memberi penjelasan. Tak berapa lama, ketiga mahasiswa itu pun kembali ke barisannya.

"Baiklah adik-adik. Berhubung sekarang sudah petang, kalian boleh kembali ke rumah masing-masing dan sampai jumpa esok." Kevin menutup acara ospek hari pertama.

Dengan perasan lega karena sudah melewati satu hari masa ospek, para maba pun segera meninggalkan tempat.

"Selesai sholat maghrib, kita rapat lagi guys." Ali menginstruksikan kepada teman-teman panitia lain.

--- II ---

Prilly tersenyum dan menghela napasnya secara perlahan. Ada sedikit kelegaan yang ia rasakan setelah sampai rumah. Prilly segera bergegas untuk membersihkan badannya yang terasa lengket setelah minta izin pada Kaia terlebih dahulu.

"Kak, punya majalah fashion?" Tanya Prilly menghampiri Kaia yang sedang duduk di ruang makan menunggunya.

"Ada, emang buat apa?"

"Oh... itu Kak, aku tadi lupa pakai ikat pinggang jadi dapat hukuman disuruh cari artikel tentang fashion dan olah raga."

"Terus ada gak yang dapat hukuman selain lo?"

"Ada lima belas orang kak."

"Hahaha... untung ya Prill lo ada temen dapat hukumannya."

"Yah... Kak tetap aja namanya hukuman kan gak ada bagus-bagusnya.."

"Ya udah, sekarang makan dulu nanti baru lanjutin ngerjain tugasnya."

Selesai makan malam, Kaia menemani Prilly untuk mengerjakan tugas-tugasnya yang menumpuk.

"Pril gue udah ngantuk nih. Lo gak apa kan gue tinggal sendiri?" Ucap Kaia sambil melirik jarum jam yang ada di ruang tamunya. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30, sudah hampir tengah malam.

"Iya Kak... gak apa kok. Sebentar lagi juga selesai."

"Oke... habis itu langsung tidur yaa." Prilly hanya mengangguk menanggapi ucapan Kaia dan meneruskan untuk mengerjakan tugasnya yang masih belum beres juga. Tak lama setelah merasa pekerjaannya beres, Prilly pun merebahkan dirinya di sofa hingga tak disadarinya dia sudah terlelap dalam hitungan detik.

--- II ---

Prilly sedikit berlari dari pintu gerbang utama kampus sesaat setelah keluar dari mobil Kaia. Karena waktu yang semakin mepet dan dia tak mau mendapatkan hukuman untuk yang kedua kalinya. Dengan napas yang ngos-ngosan dia mencari teman-teman satu kelompoknya yang juga sudah mulai berdatangan. Hingga suara dari seseorang melalui sebuah megaphone terdengar membuat para mahasiswa baru langsung mengambil tempat untuk berbaris.

"Bagi kelima belas anak yang kemarin sudah saya beri tugas segera maju ke depan." Mendengar suara dingin nan kejam itu, para mahasiswa yang merasa mendapat tugas segera berbaris di hadapan Ali. Ali pun segera memeriksa satu per satu dari mereka. Dan tak lupa menanyai apa saja tugas yang ia berikan bahkan ada beberapa dari mereka yang diminta untuk menjelaskan mengenai artikel yang mereka tempelkan pada tas kantong plastik yang mereka kenakan sebagai rompi itu. Selain itu juga Ali meberikan batu kerikil ke dalam kaleng bekas yang harus mereka kenakan sebagai kalung. Jumlah batu kerikil yang diberikan pun sesuai dengan jumlah kesalahan yang diperbuat. Semakin sering berbuat kesalahan maka semakin banyak batu kerikil yang dimasukkan ke dalam kaleng. Dan kalung kaleng itu harus dipakai selama ospek berlangsung. Jadi, bayangkan saja jika mereka berlari gimana ramainya suara kerikil di dalam kaleng itu layaknya soundtrack pada film.

"Apa tugasmu?" Tanya Ali pada mahasiswa terakhir yang mendapat hukuman.

"Mencari artikel tentang fashion dan olah raga."

"Lihat saya!" Bentak Ali pada Prilly yang menjawab pertanyaan Ali dengan menunduk. Mendengar bentakan itu, dengan rasa takut pun akhirnya Prilly memberanikan diri menatap Ali.

"Jelaskan artikel olah raga!" Prilly merasa sedikit lega karena ia sempat membaca artikel itu sekilas sebelum memutuskan untuk menggunting dan menempelnya. Lalu ia segera menjelaskan tentang artikel itu walaupun dengan sedikit ragu.

"Artikel tentang seorang Valentino Rossi pembalap asal Italia yang mendapat julukan The Doctor mendapat gelar juara dunia berturut-turut selama...." Prilly menghentikan penjelasannya karena ia ragu mengucapkan berapa kali Rossi mendapatkan gelar itu.

"9 kali..." Lanjutnya.

Mengetahui reaksi Ali yang menatapnya tajam dan rahangnya mengeras Prilly pun merasa khawatir apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Apa lagi ia menyadari bahwa ia tidak meminta izin terlebih dahulu untuk mengambil artikel itu dari majalah olah raga yang Ali koleksi di kamarnya.

"Berapa kali melakukan kesalahan?"

"Satu kali." Jawab Prilly kembali menunduk karena takut melihat mata Ali yang menatapnya tajam. Ali pun segera memberikan satu buah batu kerikil ke dalam kalung kaleng yang Prilly kenakan.

"Lain kali izin dulu sama yang punya." Desis Ali saat memasukkan batu kerikil itu. Prilly mengangguk dan semakin menunduk mendengar ucapan Ali tersebut.

"Kembali ke barisan." Perintah Ali singkat setelah melaksanakan tugasnya untuk menanyai kelima belas mahasiswa itu.

"Siapa yang kemarin diantar pakai mobil sampai sini? maju!" Perintah Ali dengan tegas membuat seseorang maju ke hadapannya dengan menyeret sebuah mobil mainan anak-anak yang dihias dengan pita warna-warni.

"Yang lain nunduk dik... jangan sampai pikiran kosong... jangan melamun...." Teriak beberapa panitia membuat para mahasiswa itu pun menunduk kembali setelah sempat menatap ke arah seorang mahasiswa yang dimaksud Ali.

"Putari lapangan ini 10 kali, perkenalkan siapa namamu lalu ucapkan kalimat 'Kemarin saya diantar pakai mobil sekarang pakai gerobak.' Paham?"

"Paham Kak."

"Nunggu apa lagi? Lakukan sekarang!" Ali membentak seseorang tadi yang masih berdiam diri.

'Saya Riska. Kemarin saya diantar pakai mobil sekarang pakai gerobak.' Ucap mahasiswa tersebut yang bernama Riska, mengelilingi lapangan sambil menyeret mobil mainan anak-anak. Setelah 10 kali putaran, Riska pun diizinkan untuk kembali ke barisannya.

--- ii ---

Setengah hari pun sudah terlewati dengan penyampaian beberapa materi di hari kedua ospek. Selesai ishoma (istirahat, sholat dan makan) acara pun dilanjutkan dengan agenda meminta tugas pada sosok panitia. Hal ini dilakukan dengan cara setiap anak mengambil undian yang berisi nama-nama kakak panitia tersebut. Mereka harus mencari seseorang tersebut karena orang itulah yang akan memberikan tugasnya.

Prilly pun bergegas mencari orang yang dimaksud setelah membaca nama seseorang dalam lembar undian yang telah ia ambil. ALI. Iya Prilly sendiri bingung bagaimana rasa yang ia rasakan saat membaca nama itu. Dia merasa senang karena sudah mengetahui siapa orang itu tak perlu susah mencari bahkan menanyakan nama itu kepada setiap panitia yang ia temui, namun dia juga resah entah tugas apa yang akan Ali berikan padanya.

"Selamat siang Kak." Prilly menyapa Ali yang sedang berdiri dengan angkuhnya. Bahkan tak menjawab sapaan Prilly.

"Saya ke sini untuk meminta tugas..." Belum sempat Prilly melanjutkan ucapannya, ada seseorang yang datang.

"Siang Kak. Apakah Kakak yang bernama Kak Ali?" Ternyata orang itu juga mahasiswa baru sama seperti Prilly.

"Bagaimana kamu tahu saya?" Ali merespon ucapan anak yang baru datang itu tanpa memedulikan Prilly yang datang terlebih dahulu. Iya, Ali mendahulukan memberi tugas anak itu setelah mengetahui cerita anak itu bagaimana ia mencari informasi tentang Ali.

"Kak, saya ke sini..." Ucap Prilly lagi setelah anak itu pergi, namun ucapannya harus terhenti lagi. Bahkan tidak hanya dua kali ini, sampai ada beberapa mahasiswa lagi yang menginterupsinya dan Ali dengan mudahnya langsung memberi tugas pada anak-anak itu, lagi dan lagi tanpa menghiraukan Prilly yang entah sudah berapa menit berdiri menunggu dengan sabarnya.

"Cari Kakak panitia yang bernama Baja." Ucap Ali langsung meninggalkan Prilly begitu saja tanpa menjelaskan maksudnya. Tanpa membuang waktu, Prilly pun segera mencari orang tersebut. Menanyai setiap panitia yang ia temui. Dan ini adalah orang kedelapan yang ia jumpai.

"Siang Kak. Saya Baja." Spontan Prilly langsung menutup mulutnya. Merasa malu dan takut karena salah mengucapkan nama. Apa lagi nama itu adalah nama panitia yang ia cari. Bahkan ada beberapa panitia yang berada di dekatnya menahan tawa.

"Maaf Kak. Saya Prilly. Apa Kakak yang bernama Baja?" Prilly mengulanginya.

"Ada apa?"

"Saya mendapat tugas dari Kak Ali untuk menemui Kak Baja" Jelasnya.

"Baiklah. Apa hobimu?"

"Membaca."

"Jelaskan lebih detail."

Prilly pun menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh Baja mengenai hobi membacanya.

"Apa hanya membaca?"

"Menyanyi."

"Apa lagu fovoritmu?"

Prilly pun menjelaskan bahkan sampai dia pun disuruh mempraktikkan untuk menyanyikan salah satu lagu dari Sheila on 7. Dan akhirnya Prilly memilih lagu yang berjudul Anugerah Terindah yang pernah ku miliki.

Selesai melaksanakan tugas Prilly kembali bergabung dengan mahasiswa baru lainnya yang sudah terlebih dahulu memasuki gedung tempat penyampaian materi pagi tadi. Iya, Prilly adalah orang terakhir yang baru saja menyelesaikan tugas dari kakak panitia. Acara pun masih berlanjut, setiap kelompok harus menampilkan yel-yel nya di depan semua anak. Untung kelompok Prilly tidak mendapat giliran pertama jadi dia bisa ikut latihan menyesuaikan dengan anggota kelompoknya terlebih dahulu.

Matahari pun mulai tak nampak pertanda petang sudah datang. Di sinilah, di lapangan fakultas para mahasiswa baru berbaris dengan rapi untuk mendengarkan penjelasan apa tugas yang akan mereka bawa untuk hari esok.

--- II ---

"Sekarang buka bekal kalian secara bersamaan. Satu... dua... tiga..." mendengar instruksi dari salah satu panitia ospek, para mahasiswa baru yang sedang berbaris sesuai kelompok masing-masing pun segera mengambil bekal yang mereka simpan di dalam tas kantong plastik.

Beberapa panitia langsung menghampiri barisan, memeriksa bekal tiap anak.

"Kemarin tugasnya harus melirik ke kanan apa ke kiri?"

"Kanan kak."

"Lalu kenapa itu tidak melirik sama sekali?" Beberapa mahasiswa yang memang merasa salah karena tugasnya tidak sesuai pun hanya diam menunduk tanpa berani membela diri karena mereka tahu itu hanya akan mempersulit mereka sendiri nanti.

Pertanyaan yang sama terlontar pada setiap mahasiswa baru.

Sampai tiba pada giliran Prilly yang mendapat pertanyaan itu.

"Kemarin tugasnya harus melirik ke kanan apa ke kiri?"

"Kanan kak."

"Lalu kenapa itu melirik ke kiri?" Prilly memperhatikan bekalnya. Sedetik kemudian ia membaliknya.

"Ini ke kanan kak." Baja, seorang panitia yang menanyai Prilly pun menahan senyumnya melihat tingkah Prilly itu, tanpa berkomentar lagi, Baja pun berlalu dari samping Prilly.

"Baiklah walaupun banyak yang tugasnya tidak sesuai tapi itu adalah bekal kalian untuk sarapan pagi ini. Silakan menikmati telur mata sapinya." Mendengar ucapan dari sebuah megaphone itu membuat semua mahasiswa segera duduk dan menikmati bekalnya masing-masing. Iya, tugas pagi ini adalah membawa bekal nasi putih dan telur mata sapi melirik ke kanan. Entahlah, bagaimana caranya membuat telur mata sapi itu agar matanya (kuning telur) bisa melirik ke kanan atau ke kiri.

Usai menikmati bekal sarapannya, semua mahasiswa baru itu pun disuruh maju satu per satu untuk mengumpulkan tugas berikutnya. Tugasnya adalah mengumpulkan telur rebus yang dihias atau digambari dengan wajah yang mirip dengan salah satu panitia, namun tidak boleh wajah dari kakak pendamping kelompoknya.

Prilly maju ke hadapan Baja memberikan telur rebusnya kepada Baja.

"Kenapa saya?"

"Yang bisa saya gambarkan itu wajah Kakak."

"Apa yang kamu ingat dari saya?"

"Rambut gondorng lurus yang bagus, mata sipit dan..."

"Kamu suka Kak Baja ya?" Ledek salah satu panitia yang sedang berdiri di samping Baja.

"Nggak Kak." Jawab Prilly namun dia menganggukkan kepalanya. Apa ini? Dia bilang nggak tapi kepalanya mengangguk. Memalukan.

"Nggak kok mengangguk?" Orang tersebut masih menggodanya. Baja yang melihat pun tersenyum lalu mengambil telur rebus dati tangan Prilly.

"Makasih ya...." Prilly mengangguk lalu kembali ke barisan. Dia menahan malu karena apa yang dikatakan dengan perlakuannya sangat berbeda. Tampa dia sadari dari jarak yang cukup dekat Ali memperhatikan kejadian tersebut. Namun entahlah apa yang dirasakan Ali, dia hanya melihat ke arah Prilly berdiri di depan Baja dengan wajah tanpa ekspresi.

Dan saatnya mengumpulkan tugas terakhir. Namun pengumpulan tugas kali ini tidak seperti tadi. Tugasnya langsung diberikan kepada kakak pendamping setiap kelompok jadi tidak mengharuskan setiap mahasiswa menyampaikan secara langsung kepada orang yang dimaksud. Tugas terakhir pada hari terakhir ospek adalah setiap anak harus membuat dua buah surat. Yang satu surat untuk kakak panitia favorit dan yang satu adalah surat untuk kakak panitia yang paling dibenci.

Ospek pun berkhir hingga malam tiba. Di hari terakhir ospek, ada beberapa anak yang kesurupan saat acara renungan. Ada pula yang pingsan mungkin karena kelelahan. Dan setelah semua kembali membaik, satu per satu kakak panitia memperkenalkan diri dan mengucapkan pesan dan kesannya selama berlangsungnya ospek beberapa hari ini.

Sambutan dari Ali yang memperkenalkan dirinya sebagai ketua panitia ospek membuat Prilly melongo. Dia tak menyangka bahwa suaminya itu adalah ketuanya. Sambutan itu pula lah yang mengakhiri acara ospek malam ini yang berakhir pada jam 20.30. Para mahasiswa baru pun sudah diperbolehkan meninggalkan ruangan tempat renungan tersebut, namun ada pula yang masih berbincang-bincang dengan kakak panitia. Dan Prilly memutuskan untuk pulang. Dia kini sedang berjalan keluar gerbang kampus setelah sebelumnya menelepon Kaia dari wartel yang berada di lingkungan kampus.

"Pril ayo...." Prilly menoleh ke suara yang memanggilnya setelah beberapa menit ia berdiri menunggu mobil yang biasa menjemputnya selama ospek ini. Prilly pun segera menghampiri Kaia yang berdiri di samping mobil.

"Belakang ya..." Ucap Kaia saat Prilly sudah di dekatnya. Prilly pun segera membuka pintu mobil belakang dan segera duduk tanpa melihat sekeliling.

"Capek ya?" Dengan secepat kilat Prilly menolehkan kepalanya ke samping.

"Mama...." Sapa Prilly saat mendapati mama mertuanya duduk di sampingnya. Tak lupa juga untuk mencium punggung tangannya.

"Papa nggak disapa nih?"

"Lho... ada papa juga?" Prilly segera mencium punggung tangan mertuanya yang duduk di belakang kemudi.

"Emang kamu kira tadi siapa yang duduk di sini?"

"Prilly kira Kak Kris Pa.. maaf ya Prilly nggak tahu...."

"Iya gak apa kok. Ya sudah ayo kita pulang." Jawab Pak Syarief langsung menjalankan mobilnya.

"Kenapa tangan mama ditepis Pril?" Tanya Bu Resi saat hendak mengelus rambut Prilly namun ditepisnya.

"Maaf Ma... Prilly bau kecut." Sontak ucapan Prilly tersebut membuat semua mereka tertawa.

--- II ---

"Mau ke mana Li?" Tanya sang mama saat melihat Ali sudah berdandan rapi. Seharian ini Ali mengguanakan waktunya untuk istirahat di kamarnya.

"Mau ketemu teman-teman di café Ma." Jawab Ali malas sambil melihat orang-orang yang sedang duduk santai di ruang keluarga tersebut.

"Prilly nggak diajak?"

"Nggak usah Ma. Prilly mau istirahat saja di rumah." Sela Prilly dalam obrolan itu. karena Prilly tahu pasti apa jawaban Ali.

"Ya udah sana ganti baju." Ucap Ali tiba-tiba membuat Prilly bingung.

"Ya udah sana ganti baju sayang...." Ucapan Bu Resi menyadarkan Prilly dari kebingungannya atas ucapan Ali. Dengan segera dia berlalu ke kamar untuk berganti pakaian.

"Karena kamu pergi sama Prilly, pakai nih mobil Papa." Ali menatap papanya tak percaya lalu beralih menatap kunci mobil yang disodorkan papanya di atas meja. Tanpa membuang kesempatan, Ali segera meraih kunci mobil itu. "Makasih Pa." Ucapnya dengan senyum.

"Lo duduk sini. jangan ke mana-mana kalau gue belum kembali." Ucap Ali mencarikan tempat duduk untuk Prilly saat memasuki café. Dengan patuh Prilly menurutinya. Ali segera berlalu mencari teman-temannya yang sudah berkumpul. Ali bersendau gurau dengan teman-temannya sambil menikmati makanan dan minuman yang telah di pesan. Selesai makan, Ali pun keluar café dangan teman-temannya tersebut membuat Prilly semakin bingung melihatnya. Namun ia ingat akan pesan Ali, jadi dia berdiam diri di tempat itu. Entah sudah berapa lama Ali pergi tak juga kunjung kembali. Café pun mulai sepi.

"Maaf Mbak café ini sudah mau tutup."

"Gitu ya Mbak? Tapi saya disuruh tetap menunggu di sini."

"Tapi maaf Mbak, ini sudah jam 10 malam, saatnya café kami tutup. Maaf ya mbak." Dengan rasa takut Ali akan memarahinya dan juga khawatir karena Ali tak segera muncul di hadapannya Prilly memutuskan untuk menunngu Ali di luar café.

Malam pun semakin larut, udara terasa semakin dingin. Namun Ali tak kunjung kembali. Suasana yang mulai sepi membuat Prilly berjalan menyusuri jalan raya depan café. Dia melangkahkan kakinya dengan asal karena tak tahu arah untuk kembali ke rumah.

Sedangkan Ali kini sudah membelokkan mobilnya ke salah satu gang di kompleks perumahan. Namun, sesaat sepertinya dia menyadari sesuatu.

"Shit...." Ali mengumpat, memukul kemudinya lalu dengan segera memutar balikkan mobilnya yang ia lajukan dengan kencang.

Yuuuuuhhuuuuuuu I come back... hehe.. yuk langsung di baca, jangan kabur dulu yaa... vote dan commentnya jangan lupa... terima kasih and see you next bab yaaa...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top