Bab 11
Tak terasa empat minggu sudah Prilly melewati hari-harinya di rumah Ali. Selama itu pula Prilly mematuhi perintah Ali untuk tak menjamah barang-barang Ali bahkan dia juga tidak menyentuh tempat tidur Ali apalagi menempatinya untuk tidur di ranjang yang tersedia di kamar itu, walaupun sang pemilik tidak berada di rumah,
Mila pun sudah menepati janjinya untuk mengantarkan Prilly melakukan pendaftaran ulang dua minggu lalu. Itu artinya masa KKN Ali dan Kevin pun sudah berakhir.
Hari ini tepat sehari sebelum masa orientasi untuk mahasiswa baru di mulai, calon maba (mahasiswa baru) mendapat briefing dari panitia ospek. Semua calon maba berkumpul di lapangan fakultas masing-masing untuk mendengarkan penjelasan dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh salah satu kakak panitia. Dan Kaia dengan setia menunggu Prilly yang mengikuti briefing tersebut. Satu setengah jam kemudian para calon maba dipersilakan untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Gimana Pril ada tugas buat besok?" Tanya Kaia setelah Prilly menghampirinya.
"Ada kak. Besok disuruh bawa kantong plastik putih dua, satu dijadikan sebagai tas tempat menyimpan alat tulis dan satunya lagi dipakai dijadikan rompi." Kaia terkekeh mendengar penjelasan Prilly.
"Oh ya udah kalau gitu kita sekalian belanja ya.. kamu catat apa aja yang harus di beli."
"Iya kak..." Prilly pun segera mencatat barang-barang yang harus dia beli sore itu. Setelah selesai, Prilly menyerahkan catatannya pada Kaia.
"Oke. Yuk pergi sekarang biar gak kemalaman." Kaia mengajak Prilly meninggalkan pelataran fakultasnya.
--- II ---
Dan selesai briefing dilaksanakan para panitia tersebut kembali mengadakan rapat untuk persiapan ospek selama tiga hari ke depan.
"Li, sekarang?" Mendengar namanya dipanggil Ali segera menoleh ke asal suara. Dia pun melirik jam tangannya.
"Nanti aja deh setelah maghrib sekalian." Iya, Ali sudah kembali dari KKN siang tadi. Namun, dia tidak langsung pulang ke rumah. Karena harus mengikuti kegiatan rapat persiapan masa orientasi maba.
"Oh oke.. kalau gitu gue bilang ke anak-anak yang lain dulu." Baja pun keluar dari ruangan tempat Ali beristirahat. Iya, Ali memang mempunyai ruangan sendiri di samping ruangan anak BEM. Maklumlah anak orang kaya yang menjadi penguasa.. jangan berpikir bahwa kampus ini milik papanya Ali. Bukan... Kampus ini adalah kampus negeri jadi sudah pasti milik pemerintah.. hanya saja papanya Ali mengenal banyak dosen di sana bahkan ada pula kerabat Pak Syarief yang menjadi pembantu rektor juga di kampus Ali.
Tak berapa lama, pintu ruangan Ali kembali terbuka.
"Udah bangun lo?"
"Dari mana aja lo Vin?" Bukannya menjawab Ali malah balik bertanya pada Kevin yang memasuki ruangannya.
"Kenapa? Kangen lo sama gue?" Ledek Kevin sambil menaik turunkan alisnya.
"Idiiihhh... NAJIS!" Jawab Ali tak kalah sewot. Kevin pun tertawa melihat ekspresi Ali itu.
"Biasa bro temu kangen sama cewek gue lah.. gak kaya lo!"
"Enak aja lo! Gini-gini gue udah punya gebetan baru yaa..."
"Iya deh iya... mentang-mentang ditaksir sama anak pak camat..."
"Itu bukti bahwa gue masih laku kali Vin.."
"Ya udah sono mandi lo. Anak-anak udah nungguin tuh."
"Beres.... Lo sendiri udah mandi?"
"Hah? Gak lihat apa lo, gue udah kece gini..." Kevin pun membenarkan dandanan rambut, merapikan kemejanya dan bergaya ala model sampul majalah.
"Belagu lo!" Cibir Ali melihat tingkah Kevin dan segera berlalu ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian setelah Ali selesai membersihkan diri, rapat panitia ospek pun dimulai. Rapat kali ini hanya membahas agenda untuk esok hari.
--- II ---
Waktu menunjukkan pukul 21.30 malam. Ali baru sampai di rumahnya diantar Kevin.
"Ali... sudah pulang?" Pertanyaan Kaia mengagetkannya ketika dia memasuki rumahnya.
"Ya... seperti yang lo lihat." Jawab Ali dengan cueknya. Namun penglihatannya tertuju pada Prilly yang berada di depan Kaia, duduk di lantai dan sepertinya sedang mengerjakan sesuatu. Melihat Prilly berusaha berdiri, Ali segera pamit untuk istirahat.
"Gue capai mau tidur dulu kak." Dan segera berlalu dari hadapan kedua gadis itu.
"Eh, mau ke mana Pril?" Tanya Kaia yang melihat Prilly hendak menyusul Ali.
"Mau ke kamar kak. Mungkin Mas Ali butuh sesuatu."
"Udah biarin aja Pril. Ali kalau capai gak mau diganggu bisa-bisa nanti lo dimarahi lagi." Prilly pun mengurungkan niatnya setelah mendengar ucapan Kaia.
"Udah lo lanjutin aja ngerjain tugasnya. Besok kan harus bangun jam tiga."
"Ah iya kak. Kakak kalau mau tidur dulu gak apa kok. Ini udah malam lho kak."
"Beneran nih gak apa-apa?" Prilly mengangguk dengan mantap membuat Kaia tersenyum sumringah.
"Ya udah gue tidur duluan yaa... Lo jangan sungkan bangunin gue yaa.."
"Iya kak. Makasih yaa udah nemenin Prilly." Kaia hanya mengangkat ibu jarinya, tersenyum dan berlalu ke kamarnya. Prilly pun melanjutkan tugas yang belum selesai ia kerjakan.
Malam semakin larut. Ali terbangun dari tidurnya, melihat sekeliling kamarnya.. entah apa yang dicarinya. Sejenak dia duduk bersandar di tepian ranjang, merenggangkan otot-ototnya. Tak berapa lama dia beranjak keluar kamar. Saat menuruni anak tangga, dia melihat lampu yang masih menyala, segera ia melihat ruangan itu. Ternyata Prilly tertidur dengan posisi semula saat ia memasuki rumahnya beberapa jam lalu. Entah apa yang ada dipikirannya, akhirnya dia pun meninggalkan ruangan itu dengan membiarkan lampunya tetap menyala.
30 menit kemudian, Ali kembali. Bukan untuk membangunkan Prilly. Bukan. Dia berjalan menuju suatu kamar yang pintunya masih tertutup. Mengetuknya. Tak berapa lama pintu pun terbuka.
"Udah jam 3 kak. Gue berangkat dulu." Kaia memicingkan matanya melihat adiknya berdiri di depan pintu kamarnya. Lalu menengok ke dinding kamarnya untuk memastikan jarum jam yang bertengger di sana masih berputar dengan benar. Saat dia membalikkan tubuhnya kembali untuk sekedar menyapa sang adik, ternyata Ali sudah menghilang dari hadapannya. Tanpa berpikir apa-apa Kaia kembali menutup pintunya. Kembali membaringkan tubuhnya. Tak lama kemudian, ia mendengar deruan suara mobil dan klakson saat matanya hendak terpejam.
"Astaghfirullah... Prilly.." Kaia menepuk jidadnya. Segera ia berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa.
Dengan segera dia berlari menaiki anak tangga, namun, dia melongo mendapati kamar Ali yang sepi. Tak ada seseorang yang dia cari. Bahkan di kamar mandi pun nihil. Dia baru menyadari ada cahaya dari sebuah ruangan saat menuruni anak tangga.
"Pril..." Dengan ragu ia memanggil Prilly, berjalan menghampiri ruangan bercahaya itu.
"Astaghfirullah... Prilly... lo ketiduran di sini?" Prilly pun berusaha untuk membuka matanya saat merasakan goncangan pada tubuhnya.
"Eh, kak.." Ucap Prilly sambil berusaha mengumpulkan segenap nyawanya.
"Udah jam 3 lebih Pril.. buruan mandi terus berangkat. Nanti telat lho." Mendengar ucapan Kaia, Prilly segera membereskan barang-barangnya dan segera berlalu menuju kamarnya. Karena waktu sudah mepet, Prilly pun membersihkan diri dan menyiapkan barang-barang yang harus ia bawa dengan cepat.
"Ini, minum dulu Pril." Kaia menawari Prilly minum yang sengaja ia buatkan, saat melihat Prilly sudah bersiap rapi dengan seragam celana bahan berwarna hitam dan kemeja putihnya sedang menuruni anak tangga.
"Terima kasih kak.. maaf ya ngerepotin."
"Udah ah jangan gitu... gak ada yang direpotin kok."
"Emang rambutnya harus dikepang dengan warna pita yang berbeda ya Pril? Terus kaos kaki harus beda warna juga hitam kanan putih kiri kayak gitu?" Tanya Kaia memperhatikan penampilan Prilly dari atas sampai bawah.
"Iya nih kak. Perintahnya kaya gitu.. ya udah kak aku berangkat dulu ya?"
"Loh? Kan gue yang anter Pril.. masa iya gue ditinggal?"
"Nggak usah lah kak, aku naik angkot aja."
"Jam segini belum ada angkot Pril. Adanya masih nanti jam 5."
"Yah... bisa telat dong kak kalau jam 5."
"Udah lo gak usah khawatir deh. Gue siap antar jemput lo kok selama 3 hari ini." Kaia berjalan mendahului Prilly keluar rumah.
"Daaaannn.... Jangan bilang lagi 'kak maaf ngerepotin ya'. Gue gak suka." Kaia menginterupsi dulu sebelum Prilly sempat mengucapkan satu kata pun. Prilly hanya nyengir mendengar penuturan Kaia. Berhubung masih subuh, jalanan pun masih lengang hingga tak butuh memakan banyak waktu untuk sampai kampus.
"Udah kak sampai sini aja."
"Lho tapi kan masih jauh Pril kalau lo harus jalan dari sini."
"Iya gak apa kak. Kan peraturannya gak boleh diantar sampai dalam. Hanya boleh diantar sampai gerbang depan."
"Oh gitu. Ya udah maaf deh ya kalau gitu terpaksa lo turun sini. Berani kan jalan sendiri? Masih agak petang nih Prill." Ucap Kaia sambil memandang sekeliling.
"Iya kak. Berani kok."
"Ya udah hati-hati. Nanti sore tunggu di sini sampai gue jemput ya?"
"Iya kak. Makasih ya." Ucap Prilly turun dari mobil lalu segera melanjutkan langkahnya menuju pelataran fakultasnya.
--- II ---
Prilly POV.
Priiittt...
Suara peluit menyita seluruh perhatian calon mahasiswa baru.
"Semua berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi kemarin. Dalam hitungan ke 5 semua harus sudah berbaris rapi. Satu... dua..."
Mendengar pengumuman dari sebuah megaphone itu pun membuat semua calon maba hiruk pikuk ke sana ke mari mencari kelompok masing-masing.
Priiiittt...
Tiupan peluit kembali terdengar membuat suasana yang tadinya ricuh menjadi hening seketika.
"Selamat pagi adik-adik."
"Pagi kak.."
"Kurang keras!"
"Pagi kaaakkk..."
"Baiklah, perlu adik-adik ketahui bahwa kalian di sini dikumpulkan untuk mengikuti upacara pembukaan penerimaan mahasiswa baru di lapangan depan rektorat nanti pukul 07.00. Namun, sebelum itu kita harus melakukan pemanasan dulu biar tidak tegang. Siap?!"
"Siap kak."
"Kurang keras!"
"Siap kaaakkk.."
"Semuanya ikuti instruksi dan lakukan gerakan yang kalian lihat. Mulai.." Semua calon mahasiswa baru pun mengikuti gerakan-gerakan yang diperagakan oleh salah satu panitia di depan. 15 menit kemudian acara pemanasan pun selesai.
"Bagaimana sudah hangat kan sekarang?"
"Sudah kak..."
"Sekarang semuanya ikuti aba-aba dari saya." Salah satu kakak panitia mengambil posisi menggantikan seseorang yang memimpin sebelumnya.
"Namun, sebelumnya mohon untuk kakak-kakak pendamping segera mendampingi adik-adik sesuai dengan pembagian tugasnya." Tak berapa lama beberapa orang yang mengenakan jas almamater pun mendekati tiap kelompok yang berbaris rapi.
"Dan, bagi adik-adik yang terlambat hari ini segera ke depan. Saya hitung sampai 3. Satu..." Dan terlihat ada tiga anak yang segera mengeluarkan diri dari barisannya berjalan ke depan.
"Yang lain nunduk dik... nunduk..." Teriak beberapa orang panitia sambil berjalan mengelilingi barisan.
"Ayo nunduk dik..." Ucap salah satu kakak pendamping kelompokku.
"Kenapa bisa terlambat?" Suara itu terdengar dingin dan kejam. Suara yang sama persis selalu aku dengar. Iya, tak salah lagi itu pasti suara kejam Mas Ali.
"Maaf kak, kesiangan." Jawab anak yang ditanyai itu dengan suara bergetar.
"Lalu kamu?"
"Ban sepeda saya bocor kak." Kini terdengar suara anak lelaki menjawab pertanyaan yang sama.
"Kamu kenapa diantar sampai sini? Apa kamu tidak mendengar pengumuman saat briefing kemarin?"
"Maaf kak saya tidak tahu." Terdengar suara yang lain menjawab.
"Tidak tahu, Hah?!" Suara itu semakin meninggi.
"Saya tidak berangkat kak.." Jawaban itu semakin lirih.
"Tolong yang lain pikirannya jangan sampai kosong dik... jangan melamun..." Teriakan beberapa kakak panitia itu terdengar lagi.
"Kakak panitia pendamping dari adik-adik yang berada di depan saya ini harap untuk segera mencatat identitas mereka." Mas Ali memberi instruksi dengan tegas.
"Baiklah untuk yang lain silakan duduk namun tetap pada barisan masing-masing." Huh... lega rasanya mendengar perintah itu.
"Jangan ramai.. langsung duduk." Teriak dari salah satu panitia perempuan.
"Kalian bertiga kembali ke barisan masing-masing." Suara Mas Ali terdengar datar. Aku berusaha mengedarkan pandanganku untuk memastikan bahwa itu sungguh Mas Ali. Namun, sebuah suara terdengar memberi instruksi sehingga aku pun mengalihkan fokusku pada orang tersebut.
"Baiklah adik-adik... sekarang saatnya kita saling mengenal satu sama lain. Silakan kalian saling berkenalan dengan kakak-kakak pendamping dan teman satu kelompok." Seruan dari salah satu kakak panitia yang lain disambut riuh oleh semua calon maba.
"Dan silakan menikmati bekal yang sudah kalian bawa. Karena 30 menit lagi kita akan mengikuti upacara pembukaan." Terdengar pengumuman dari sebuah megaphone lagi.
"Udah dik ayo dimakan bekalnya." Pinta kakak panitia pendamping yang kuketahui bernama Yudha.
"Dan bagi yang ingin ke toilet segera meminta izin pada kakak pendamping. Karena saat upacara nanti kalian tidak diperkenankan keluar barisan." Kurasakan ada yang menepuk pundakku saat aku sedang meneguk air mineralku.
"Kamu gak pingin ke toilet?" ternyata Tyas, seorang teman yang duduk di sampingku.
"Kamu sendiri?"
"Ayo dong temenin aku.."
"Iya udah ayo.. kita izin sama kak Ismi dulu." Kak Ismi adalah kakak pendamping kelompokku yang satunya. Oh iya setiap kelompok didampingi masing-masing dua panitia.
"Kak Yudha, tolong antarin mereka ke toilet." Kak Yudha yang sedang berada di depan barisan kelompok pun langsung menghampiriku dan Tyas setelah mendengar ucapan kak Ismi.
Aduh, banyak sekali yang mengantri di depan toilet. Ternyata kamar mandinya hanya ada dua. Saat aku keluar kamar mandi, ternyata sudah mulai sepi tinggal beberapa orang saja yang masih mengantri. Kuedarkan pandanganku mencari seorang teman. Tyas. Ke mana dia?
"Ayo dik cepetan. Temanmu sudah kembali." Kulihat Kak Yudha melambaikan tangan padaku. Aku segera berjalan agak setengah berlari menghampirinya.
"Eh kak, nanti ada pemeriksaan kerapian tidak? Soalnya aku lupa tidak pakai ikat pinggang."
"Iya biasanya sih ada. Udah nanti kalau tidak ada pengumuman apa pun kamu diam aja. Jangan bertanya yang menyulitkan dirimu sendiri yaa.."
"Oh iya kak, makasih.."
"Yud, masih ada yang di sana?" Tanya salah satu panitia yang sudah kukenal saat aku dan kak Yudha sedang lewat di depannya. Kak Mila. Aku tersenyum padanya, namun dia hanya menatapku tanpa membalas senyumanku.
"Masih ada beberapa."
"Cepat kembali ke barisan dik..." Teriak salah satu panitia melalui megaphone yang ia tenteng. Dengan berlari kecil aku kembali ke barisanku.
"Sekarang silakan kalian bersiap-siap. Tasnya dibiarkan di sini dik. Ada kakak-kakak panitia yang menjaga. Semuanya berjalan mengikuti kakak pendamping masing-masing. Mari jalan kak." Aku mendongakkan wajahku mendengarkan pengumuman itu. Ternyata itu suara Kak Kevin. Kami pun segera berjalan menuju lapangan depan gedung rektorat dan berbaris sesuai dengan instruksi dari kakak pendamping.
--- II ---
Hari pertama masa orientasi dilalui dengan banyaknya kegiatan. Seusai upacara pembukaan yang dipimpin langsung oleh sang rektor, kini mahasiswa-mahasiswa baru itu harus kembali ke fakultas masing-masing untuk mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan. Jam 5 sore kegiatan pengenalan kampus dan pemberian materi di fakultas Prilly pun baru selesai. Semua mahasiswa baru dikumpulkan kembali di lapangan semula.
"Sekarang saatnya cek kerapian..." Suara kejam itu membuat suasana hening.
'Aduh...' Prilly mendesah dalam hati. Ia pikir hari pertama ospek ia akan lolos begitu saja.
"Yang merasa tidak lengkap segera ke depan. Cepat!" Bentaknya. Membuat beberapa mahasiswa baru itu pun dengan suka rela berjalan ke depan barisan. Tak terkecuali Prilly.
"Berbaris di sini menghadap ke barisan teman-teman kalian." Perintah Ali kepada kelima belas mahasiswa yang akan ia kenai hukuman.
"Yang lain nunduk dik..." Terdengar beberapa kakak panitia menyerukan kepada mahasiswa yang masih setia dengan barisannya untuk menunduk.
"Apa kesalahanmu?" Ali mulai bertanya pada satu persatu mahasiswa yang berbaris dihadapannya. Setelah mendengar apa saja kesalahan yang diakui oleh mahasiswa tersebut, Ali memberi hukuman yang sesuai dengan kesalahannya.
"Dan apa kesalahanmu?" Prilly meyakini bahwa itu adalah pertanyaan untuknya. Karena ia yang sedang menunduk itu pun hanya bisa melihat ada sepasang kaki sedang berdiri di depannya.
"Tidak memakai ikat pinggang kak." Dengan sangat takut ia menunggu apa hukuman yang akan Ali berikan padanya.
Haiiii... teman-teman... gue kembali nih... hihi... yuk di baca dan jangan lupa vote juga comment nya yaa... terima kasih dan see you bab berikutnya yaa...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top