大倶利伽羅編
Ookurikara X Hesitating!You
Image: credit to the respectful owner.
❀❀❀
Sinar sang purnama melengkapi kegembiraan di halaman belakang yang kini dipenuhi oleh canda dan tawa.
Waktu berjalan cepat. Kau yang paling sadar akan hal itu mengingat betapa bahagianya kau menjalani hidupmu semenjak kau datang ke tempat ini dan menjadi tuan mereka hingga setiap harinya terasa begitu cepat berakhir.
Musim semi, panas, gugur, dingin, yang terus berganti secara berurutan terasa begitu singkat. Lalu kau sampai pada musim penuh guguran daun kering ini lagi.
Waktu tak akan pernah menunggu.
Setidaksiap apapun engkau, waktu akan terus berjalan sesuai porosnya.
Kau selalu bahagia di tengah-tengah mereka. Tapi dalam lubuk hatimu, ada suatu ketakutan apabila suatu saat nanti kalian tak akan lagi bisa bercengkerama bersama seperti malam ini.
"Aruji, kau mau oden?" Shokudaikiri mengulurkan semangkuk oden dengan banyak isian di dalamnya, memecah lamunanmu yang meninggalkan mereka sejenak.
"Ah, oden? Padahal belum musim dingin." Kau tertawa sambil menerima mangkuk itu.
"Oden itu sangat ideal dimakan di saat dingin. Bukankah kau juga merasakn kalau tekanan udara semakin tinggi akhir-akhir ini?"
Perutmu tak lagi lapar setelah Shokudaikiri menjejalimu dengan banyak hidangan khas perayaan tsukimi. Tapi kau terlanjur menerimanya. Dan semua orang kini tengah memakannya.
Semua orang.
Tidak.
Kau kembali menghitung, dan melihat lagi apakah ada seseorang yang tidak berada di sana. Seseorang yang akhir-akhir ini selalu menarik perhatianmu karena bagimu, dia terlalu mencolok.
Matamu berkeliling, mencari sosok yang ingin kau temukan. Tapi kau tidak melihatnya di antara banyak kerumunan para pedang yang terus memecah tawa.
Mungkin dia di kamarnya, begitu pikirmu. Sampai kedua netramu terhenti pada bayangan pohon yang daunnya nampak menguning.
Pemuda itu berada di sana. Duduk terdiam dan nampak memikirkan sesuatu. Kau tidak bisa menahan dirimu untuk tidak bangkit kemudian datang padanya.
"Kau mau oden?" Tanyamu, persis seperti yang Shokudaikiri katakan.
Pemuda itu mendongkak, manik emasnya mengkilat membiaskan cahaya bulan yang jatuh ke arahnya. Sejenak dia menatapmu, namun ia segera berpaling setelah berkata, "Itu milikmu. Kau saja yang makan!"
Kau duduk di sampingnya sambil terdiam alih-alih membalas kalimatnya.
"Kenapa kau tidak turut bersama yang lain?" Kau melemparkan satu pertanyaan lagi. Meski kau tahu bahwa jawaban yang akan kau dapat tetaplah sama.
"Aku tidak berniat untuk berakrab-akrab dengan yang lain. Pun denganmu."
Kau terkekeh. Padahal hati kecilmu tak pernah menganggap hal itu lucu.
"Kau selalu menyendiri. Apakah kau tidak pernah merasa kesepian?"
"Kesepian datang ketika orang-orang yang seharusnya berada di sekitarmu tidak lagi ada untukmu. Bagiku yang selalu menyendiri akan terasa sama saja."
Ah.
Rongga dadamu terpukul keras.
Kau menemukan jawaban atas ketakutanmu selama ini.
Kau merasa takut kehilangan mereka karena bagimu mereka adalah sosok-sosok tak tergantikan yang selalu ada bersamamu. Kau takut kesepian akan menguasaimu andai suatu saat nanti takdir berkata bahwa kalian tak bisa lagi bersama.
"Ah, benar sekali," ucapmu. "Aku jadi ingin tahu, apakah mereka akan kesepian saat kita tak lagi bersama mereka."
Manusia hidup dalam jangka waktu tertentu, yang telah ditakdirkan. Kau pun tak terkecuali meskipun kau memiliki kekuatan saniwa sebagai hak milik yang paling kau banggakan. Berbeda dengan mereka yang bisa diwariskan secara turun temurun dan seolah tak akan hilang termakan waktu.
"Apakah suatu saat nanti akan ada seseorang untuk menggantikanku? Dan apakah mereka juga akan menyukainya dan memperlakukannya sama seperti mereka memperlakukanku?"
Kau sadar, ada getaran dalam suaramu. Kau berpikir bahwa mungkin kau akan segera menangis. Karena itu kau menunduk.
"Ah, tapi kau pasti tidak akan merasa kesepian. Karena kau tidak pernah ingin bersamaku--" Kau memaksakan senyum, lalu menoleh ke arah pemuda berkulit gelap itu. Dan kau cukup terkesiap saat kau mendapati wajahnya sangat dekat denganmu ketika itu.
"Bisakah kau diam?" Lontarnya, kemudian membawa tangan kanannya untuk meraih tengkukmu. Hingga bibirmu berhasil ia pagut.
Benyak tanya menyeruak masuk ke dalam pikiranmu saat itu. Namun Ookurikara, pemuda pedang itu berhasil menghalau semua yang ada dalam benakmu hanya dengan terus mengulum bibirmu yang mulai panas.
"Berhentilah berkata seolah kau akan segera menghilang dari sini!" Pemuda itu berkata setelah melepaskan ciumannya padamu. Tangannya yang semula berada di tengkukmu kini beralih ke pipi. Membelainya lembut seolah hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membuatmu nyaman.
Napasmu tertahan. Hingga kau sadar kalau kau sudah tak lagi bisa setenang sebelumnya. Air mata yang menggenang di pelupuk matamu kini mengalir membentuk sungai kecil yang mengalirkan kesedihan.
Atau justru kebahagiaan?
"Berhentilah menangis. Mereka bisa berpikir kalau aku melakukan sesuatu padamu!" Kau melihat raut kerepotan dalam paras Ookurikara. Yang membuatmu tak lagi tahan untuk tidak segera mendekap dan balas memagut bibirnya.
Waktu memang tak memiliki jeda. Pun tak akan memberimu dispensasi. Tapi kau sadar bahwa yang paling berharga bagimu adalah, saat ini. Saat dimana kau bisa merasakan kebahagiaan dibanding saat-saat sebelumnya.
❀FIN❀
Jadi, saya baru nyadar kalau saya jarang banget bikin FF Kuri meskipun dia husbu saya.
Eh, ada kisu-nya...
Iya lagi pengen dede //dicacah//
Ada saran berikutnya saya harus nistain siapa, Aruji? //hilih//
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top