5. Shokudaikiri Mitsutada: Matcha Parfait With Love
愛を込めた抹茶パフェ
Bocah-bocah pedang berkeliaran di seluruh penjuru citadel sepanjang hari ini. Tidak satu pun dari penghuni tempat itu yang keluar untuk ekspedisi, bertempur melawan Jikan Sokougun, atau sekedar keluar mencari sesuatu di yorozuya|1|.
Suasana terasa damai, dan semua orang pasti berharap agar keadaan ini berlanjut untuk selamanya.
Termasuk pemuda pedang yang kini sibuk di belakang konter dapur sambil memegang wisk, mengocok adonan yang sudah mulai memutih dan mengembang. Baginya, menjadi sebilah pedang adalah sebuah takdir yang mau tidak mau membuatnya harus berdiri di tengah gempita peperangan. Namun, ketika bagian takdirnya yang lain membuatnya berubah bentuk menjadi manusia, dia merasa semua hal jadi lebih indah. Dan Shokudaikiri benar-benar bersyukur bisa melihat banyak hal dari sudut pandang manusia. Sudut pandang yang sama dengan tuannya di masa lalu, sang Naga Mata Satu dari Oshu, Date Masamune.
Kebiasaan tuannya memasak dulu membuat ia turut mencintai dapur dan segala hal tentangnya. Karena itu pulalah, Shokudaikiri tak pernah absen barang sehari pun dari ruangan dengan wangi khas yang sedap itu. Pun sekarang. Dia bersenandung sambil bolak-balik menyiapkan sesuatu di atas konter dapur.
Shokudaikiri sangat menyukai tempat ini. Ditambah, sejak mereka pindah ke citadel yang lebih besar semua jadi lebih praktis dan mudah karena gadis tuan mereka royal membeli banyak alat dapur yang sangat mendukung hobi Shokudaikiri. Sang tuan bahkan tidak tanggung-tanggung membeli puluhan jilid buku resep masakan untuknya.
Shokudaikiri senang. Dan para penghuni citadel bahagia karena mereka tidak akan pernah kekurangan kudapan.
"Dan apa yang kau buat lagi hari ini?"
Pemuda pedang dengan sebelah penutup mata itu menoleh, mendapati Heshikiri Hasebe berdiri di belakangnya membawa nampan berisi teko keramik beserta cangkir-cangkir kecil pasangannya. Mungkin itu sisa teh yang dia nikmati bersama Mikazuki juga Kogitsunemaru di engawa tadi.
"Tentu saja, sesuatu yang spesial untuk aruji!" Jawab Shokudaikiri dengan senyum jumawa.
Semua penghuni citadel tahu kalau tuan mereka tengah melakukan danjiki. Dan menurut kebiasaan yang mereka ketahui dari gadis itu pula, makanan yang biasa tuannya santap lebih dulu ketika waktu telah tiba adalah manisan. Apalah itu, asalkan manis.
"Wah, sejak pindah kemari kau jadi sulit berpisah dengan dapur ya," Hasebe berkomentar sambil mencuci peralatan tehnya.
"Tentu saja. Aruji memberikan semua ini dengan kebaikannya. Apa yang bisa kulakukan selain memberikan yang terbaik untuknya juga?"
"Hai, hai... |2|Semangatlah!" Hasebe menepuk punggung rekannya sebelum dia keluar dari ruangan itu.
Senandung kembali terdengar setelah beberapa detik berlalu. Shokudaikiri kembali menyanyikan senandung ceria sambil mencampur bubuk teh hijau ke dalam tepung mochi yang sudah bercampur gula di dalam panci. Dia mengaduknya perlahan hingga membentuk adonan hijau yang kental dan lengket.
"Selanjutnya, tinggal dikukus!" Ucapnya bermonolog.
Satu demi satu pekerjaan dia lakukan. Dari membuat krim, shirotama dango|3|, juga kuromitsu|4|.
"Ah! Es krimnya!" Kejut Shokudaikiri. Dia segera mengambil susu segar dari dalam kulkas kemudian kembali mengumpulkan bahan-bahan yang lain.
Es krim matcha adalah favorit tuannya. Dan agendan Shokudaikiri hari ini adalah membuat matcha parfait yang selalu gadis itu bicarakan tanpa henti setelah memakannya di suatu tempat.
Hari ini, gadis tuannya itu akan memakan matcha patfait spesial yang dia buat.
Tiga jam lagi sampai tuannya bisa mulai makan. Semua sudah siap kecuali es krimnya. Shokudaikiri memutar tombol dalam kulkas yang berangsur-angsur ia hafalkan fungsi dan letaknya.
Sejak benda berpintu itu ada, dia tidak perlu khawatir sayur dan buahnya akan cepat membusuk. Dan dia juga bisa membuat makanan bernama es krim itu tanpa harus menyimpannya di ruang es selama berjam-jam.
"Tinggal memasak menu utama saja setelah ini!" Sejenak pemuda pedang itu merenggangkan sendi-sendi tubuhnya sebelum dia mencari bahan lain untuk dia masak, lagi.
🦋🦋🦋
"Aruji bilang dia ingin makan bersama kita," ujar Kiyomitsu. Si merah itu baru saja kembali dari kamar tuan mereka di lantai dua.
Terdengar langkah kaki beruntun milik bocah-bocah pedang yang berebut masuk ke ruang tengah, bersiap untuk makan malam.
"Aku dengar aruji ingin makan bersama kita!" Hochou bersorak diikuti yang lainnya.
"Aku ingin duduk di sampingnya!" Kata Midare.
"Aku juga!" Mouri menimpal.
"Aku juga!"
"Aku juga!"
Para pedang Rai yang baru saja bergabung sedikit kaget melihat beberapa bocah Toushirou yang kini saling mendorong, berebut tempat.
"Hah! Kalian ribut sekali!" Pekik Aizen. Bocah berambut merah itu mendekat. "Agar adil, biar aku dan Hotaru yang duduk di sebelah aruji!"
"Mana boleeeeeh!" Seru Toushirou bersaudara serempak. Membuat Ichigo Hitofuri yang juga baru datang dari kamar mereka tertawa getir.
Shokudaikiri datang membawa makanan utama tepat setelah gadis tuannya datang diikuti keributan yang disebabkan oleh bocah-bocah itu.
"Tidak akan ada kudapan sore esok hari kalau kalian terus ribut begini!" Shokudaikiri menyempatkan diri untuk mengancam sambil meletakkan piring besar berisi gyoza|5|.
Mendengar ancaman itu semua terdiam nyaris bersamaan, lalu mulai duduk teratur memutar mengitari meja besar yang tersusun dari beberapa kotatsu yang dijajarkan.
Kiyomitsu mengitu langkah Shokudaikiri ke dapur, lalu kembali dengan piring-piring berisi rol kubis dan beberapa makanan lain. Semua nampak lezat dengan warna-warna khas musim semi yang indah.
"Sudah pegang sumpit semua?" Hasebe memastikan.
Ruang tengah yang penuh dengan para pedang itu semakin terasa penuh ketika semuanya menjawab pertanyaan Hasebe secara serentak. "Sudaaaah!"
"Kalau begitu mari kita mulai ma-"
"Ah! Tunggu dulu!" Shokudaikiri memotong. Dia segera bangkit, melangkah tergesa ke dapur. Mengambil satu nampan lagi makanan yang membuat semua orang terpana.
Pemuda itu meletakannya di depan satu-satunya gadis yang berada di ruangan itu.
Piring cantik dengan ornamen unik yang didapatnya dari Kasen Kanesada. Di atasnya, ada hampir semua makanan yang gadis itu sukai, tertata rapi dan indah, serta menggugah selera. Hanya dengan melihatnya saja, dia ingat kalau seharian ini dia tidak memakan apapun, dan ini salah satu hadiah untuknya.
"Semoga kau suka, aruji!"
Gadis itu tersenyum, lalu mengelilingkan pandangannya ke arah para pemuda dan bocah pedang yang menatapnya iri.
"Tentu saja kalian akan mendapatkannya setelah ini." Kata Shokudaikiri. "Karena ini spesial untuk aruji, maka dia yang dapat duluan!"
Bocah-bocah bersorak sementara para dewasa hanya terkekeh beberapa saat.
"Kalau begitu, selamat makan aruji! Itadakimasu!" Hasebe melantangkan suaranya.
"Itadakimaaasuuu!" Semua menyusul bersamaan.
Shokudaikiri tersenyum puas melihat tuannya menyuap sendok demi sendok parfait yang ia buat dengan wajah bahagia.
"Shokudaikiri, jadilah istriku!" Canda gadis tuannya saat tatapan mereka bertemu.
Shokudaikiri membalasnya dengan kuluman senyum lebar dan kalimat singkat, "Dengan senang hati, aruji!"
Hochou yang berada tak jauh dari mereka segera mencetus. "Tidak! Aruji akan menikah dengan Ichi-nii!"
Ichigo segera membungkap mulut si gembil sebelum dia berkata lebih banyak lagi. "Makanlah dengan tenang, Hochou!"
Tawa kembali terdengar. Mau tidak mau gadis itu juga ikut tertawa dengan rona merah menyebar di kedua belah pipinya. Setelah tawa itu reda dan semuanya kembali berkonsentrasi pada makanannya masing-masih, dia kembali menatap nampan berisi matcha parfait dan satu lagi piring kecil dengan balok-balok kecil warabi mochi bertabur bubuk teh hijau yang tak kalah menggunggah selera.
Semoga kedamaian selalu bersama kami, dan dunia ini.
Doa singkat itu ia panjatkan dalam keheningan yang tercipta sepersekian detik lamanya.
🦋🦋🦋
Note:
1.yorozuya: toserba
2.hai, hai: ya, ya
3.shirotama dango: bahasa kerennya disini mungkin, candil /plakk
4.kuromitsu: saus yg terbuat dari gula merah(item-item coklat sih warnanya) Jepang
5.gyoza: pangsit jepang www
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Jangan di sekrol!
Bukan salah saya lho kalo puasanya batal!
Anggap saja ini parfait Micchan.
Dan ini warabi mochi-nya.
Bye!
See ya next time! /ditimpukin/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top