11. Yamanbagiri Kunihiro: Slight Fever in January

睦月の微熱

Yamanbagiri Kunihiro

Ruquested by @_Sweety_Candy yang minta Manba demam //plak.

I don't know your taste, but hope you like the story :)

Warning: I HAVE SERIOUS PROBLEM WITH TYPOS






✴️✴️✴️

Citadel suatu hari...

"Tahun baru hampir tiba!" Imanotsurugi berlari menyusuri engawa. Kaki mungilnya menimbulkan derap kecil pada permukaan lantai kayu citadel yang hari ini pun bersih kesat berkat kerja keras Kasen Kanesada yang menghabiskan pagi butanya untuk membersihkan seluruh penjuru citadel.

Sebagian salju di halaman belakang sudah dikeruk demi lancarnya upacara penumbukan mochi yang tahun ini pun dilakukan oleh Yamanbushi Kunihiro, Dodanuki Mitsukuni juga Tonbokiri. Hampir seluruh penghuni citadel sibuk bersiap-siap, bahkan gadis tuan mereka yang terbiasa berleha-leha menonton sekumpulan pria tampan di kamarnya pun kini ikut membaur bersama bocah-bocah pedang yang masing-masing menulis nengajo yang akan saling mereka tukar di hari berikutnya.

"Akan tetapi, tumben sekali tim ekspedisi menghabiskan waktu lebih dari tiga hari ya..." Yasusada menggumam di samping si merah Kiyomitsu yang beberapa detik sebelumnya sibuk menertawakan tuan mereka, bahwa tulisannya lebih berantakan dari jejak kaki naga.

Tim ekspedisi yang berisi Yamanbagiri ganda, Ookurikara, Sayo Samonji, dan juga Horikawa Kunihiro itu berangkat tiga hari lalu dengan cekcok ringan disaat pembentukan tim.

Mungkin tidak seharusnya gadis itu menyatukan dua Yamanbagiri dalam satu tim meskipun dia ingin keduanya lebih saling terbuka satu sama lain. Chougi terkadang merasa dirinya lebih superior karena alasan Kunihiro adalah tiruannya. Dan pedang bersurai abu itu sempat menolak keras ketika sang tuan menetapkan Yamanbagiri Kunihiro sebagai kapten tim.

"Aku sedikit khawatir kalau Yamanbagiri akan terus berdebat di perjalanan hingga ekspedisi jadi terganggu." Ucap Tsurumaru, entah muncul dari dunia bagian mana mengingat si gadis baru melihatnya sejak dia membuka mata pagi tadi.

"Ah, bisa jadi!" Kiyomitsu menyahut. "Apalagi melihat anggota tim kali ini, sepertinya mustahil yang lain mau repot-repot melerai debat mereka."

Memang. Ookurikara pasti akan merasa terganggu dengan setiap perdebatan. Jangankan melerai, mendengarnya pun pasti dia tidak mau. Osayo, dia cukup punya kapabilitas untuk membuat tim tetap solid dengan keluguannya, namun bukan tidak mungkin Chougi yang keras kepala mau mendengarkannya. Lalu, Horikawa...

"Jangan remehkan Kunihiro!" Tutur Izuminokami cepat.

"Baiklah..." sambut gadis tuan mereka beserta senyum simpul. Senyum berhias kekhawatiran akan tim ekspedisi yang dia bentuk untuk ajang mempererat hubungan antar pedang di citadelnya.

✴️✴️✴️

Mereka pulang menjelang matahari tergelincir di ufuk barat dengan material yang bahkan tidak sepadan dengan waktu yang mereka gunakan untuk berburu benda-benda tersebut.

"Semua salahku, Aruji. Aku minta maaf." Yamanbagiri Kunihiro menyelesaikan laporannya, kemudian menunduk sebelum kembali ke kamarnya.

Gadis itu tidak bertanya lebih lanjut tentang bagaimana ekspedisi mereka karena dia merasa akan lebih baik dia menanyakan hal tersebut pada Horikawa Kunihiro yang kemungkinan akan lebih merinci apa yang telah terjadi.

Ookurikara nampak setingkat lebih terganggu saat mereka pulang tadi, jadi sudah pasti si gelap itu tidak akan menjawab pertanyaannya kecuali gadis itu mengajukan pertanyaan yang hanya butuh jawaban "ya" atau "tidak" saja.

"Ah, sudaraku?" Kunihiro meletakan kuas yang ia gunakan untuk menulis nengajo-nya saat tuannya bertanya keberadaan Yamanbagiri Kunihiro yah tidak terlihat semenjak dia keluar dari kamarnya tadi. "Sepertinya dia merasa tidak enak badan hari ini."

Ekspedisi tidak berjalan lancar. Setidaknya Yamanbagiri pasti berpikir demikian, karena hasilnya yang tidak sesuai harapan. Pun juga karena dia merasa dia tidak cukup mampu untuk menjadi kapten tim dengan kepercayaan dirinya yang nyaris di angka nol. Ditambah, dia harus mengepalai tim dimana ada Yamanbagiri Chougi, yang merupakan pedang yang mendasari bagaimana dia tercipta.

"Aku akan bicara dengannya sebentar," gadis itu berkata seraya bangkit, meninggalkan Kunihiro beserta puluhan pedang lain yang asik dengan lembar nengajo masing-masing.

✴️✴️✴️

Kamar para Kunihiro gelap. Tidak ada pencahayaan yang menyala. Hasebe memang mengatakan bahwa tidak perlu menyalakab lampu kalau tidak sedang digunakan sebagai bentuk penghematan yang dia lakukan mengingat semakin banyak pedang yang termanifestasi, dan makin banyak pulan penghuni citadel yang butuh asupan kehidupan.

Tapi, terlalu berlebihan rasanya bergelap-gelapan seperti ini. Ditambah, gadis itu tidak terlalu suka gelap.

"Yamanbagiri?" Panggilnya, menggeser pintu yang dia yakini sebagai jalan untuk masuk ke kamar para Kunihiro.

Tidak ada jawaban.

Mungkin dia sudah merasa baikan, lalu mulai bepergian keluar?

Gadis itu menghela napas, lalu bermaksud untuk kembali ke ruang tengah. Kalau saja dia tidak mendengar rintihan yang tidak cukup lirih untuk melewati ruang pendengarannya.

"Yamanbagiri?!"

Gadis itu mulai panik mencari saklar lampu di sekitar ruangan. Dia tidak begitu hafal dengan tata letak kamar itu karena ia pun bisa menghitung berapa kali dia masuk ke kamar itu sekedar untuk melihat bagaimana keadaan mereka.

Butuh beberapa menit sampai si gadis berhasil menyalakan lampu dan berhasil melihat keaadaan sekitar.

Yamanbagiri terkulai di atas futon-nya dengan pakaian yang sama seperti saat dia keluar dari ruangannya tadi. Tudungnya pun masih terpasang menutup sebagian wajahnya yang mulai berkeringat.

Kepanikan tuannya baik beberapa tingkat begitu ia menghambur dan memeriksa apakah pemuda itu baik-baik saja. Punggung tangannya merasakan panas yang cukup ekstrim untuk tubuh manusia saat ia menyentuh dahi si pemuda.

"Yamanbagiri, apa kau baik-baik saja?" Ucapnya masih dengan nada panik.

Lawan bicaranya tidak menjawab. Hanya napas berat yang cukup nyaring terdengar, dan membuat gadis itu yakin kalau Yamanbagiri sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

✴️✴️✴️

"Demam?" Shokudaikiri mengernyit saat tuannya sibuk mengumpulkan balok es dari lemari pendingin. "Perlu aku membantumu?"

Gadis itu menggeleng mendengar tawaran salah satu pedangnya. "Tolong tetaplah bersiap untuk acara tahun baru. Biarkan aku yang mengurusnya. Aku sudah memberinya obat yang kuterima dari Yagen. Semoga besok dia sembuh dan bisa merayakan tahun baru bersama seperti tahun-tahun sebelumnya."

Mendengar jawaban itu Shokudaikiri hanya mengangguk dengan senyuman kecil di bibirnya, lalu manik emasnya mengikuti langkah si gadis sampai dia menghilang di balik dinding dapur.

✴️✴️✴️

Handuk yang bertengger di dahi si pemuda sudah mulai mengangat lagi. Meskipun sudah tak sepanas tadi malam, suhu tubuh Yamanbagiri masih belum cukup normal untuk masuk dalam kriteria sehat. Gadis itu pun masih harus berulang kali ke dapur untuk mengambil balok es. Namun dia sedikit bisa bernapas dengan lega saat dia melihat manik emerald milik si pemuda sudah terlihat lagi begitu dia masuk membawa panci almunium berisi es.

"Syukurlah kau sudah bangun," katanya mendekat.

Yamanbagiri mencoba mengangkat setengah tubuh, namun staminanya belum cukup untuk membiarkannya melakukan hal itu.

"Jangan memaksakan diri!" Sergah sang tuan, membuat pemuda itu enggan dan kembali membaringkan tubuhnya.

"Apakah aku sudah lama terbaring?" Yamabagiri bertanya sambil mengusap keningnya. Sesaat pemuda itu merasa aneh, dan merasa ada yang kurang dari dirinya. Lalu dia langsung sadar kalau tudung yang selalu ia pakai tak lagi menutupi dirinya. "Dimana tudungku?"

Sang tuan menghela napas, prihatin melihat pemuda yang lebih mempedulikan tudungnya itu dibanding kesehatannya sendiri.

"Kasen bilang dia ingin mencucinya, katanya kain itu sudah kotor sekali." Jawab gadis itu.

"Padahal tidak perlu..."

"Kenapa kau tidak coba untuk meluluskan diri dari kain itu?" Sambung sang tuan kemudian sambil memeras sisa air pada handuk yang semula menempel pada dahi Yamabagiri. "Lihat, parasmu indah. Apa yang membuatmu sebegitu tidak percaya diri?"

Kiyomitsu selalu membicarakan bagaimana cantik paras pemuda Kunihiro ini setiap kali mereka melakukan sesuatu bersama. Dan itu benar, tuannya tidak bisa memungkiri keindahan yang terukir pada Yamabagiri, bahkan saat dia masih berbentuk bilah pedang.

"Apa artinya? Paras ini pun hasil tiruan darinya."

Jawaban berbentuk gumam lirih itu membuat gadis tuannya diam selama beberapa detik, menanti kata-kata selanjutnya yang mungkin keluar dari pemuda pedang itu. Namun tidak satu patah pun kata yang terlontar selanjutnya.

"Apa masalahnya? Tiruan bukan berarti duplikat. Chougi tetaplah Chougi, dan kau tetaplah kau. Kalian adalah sosok yang berbeda."

Kernyit tipis mengambang pada kening Yamabagiri saat dia mendengar kalimat tuannya. "Seandainya aku bisa dengan mudah menerimanya..."

"Kenapa kau tidak mencoba?"

"Aku..."

Gadis itu kembali menunggu kalimat yang akhirnya terpotong oleh keraguan pemuda itu sendiri. Namun alih-alih meneruskannya, Yamabagiri justru mengatakan hal lain yang justru membuat melankolia yang menyelimuti ruangan itu kian kental.

"Kenapa Horikawa tidak menempaku tanpa memberikan bayang-bayang Chougi? Tentu saja karena semua orang bilang aku adalah imitasinya, tapi..."

"Tidakkah kau bisa menerima kalau kalian punya jiwa yang berbeda?" Tanya tuannya, lagi.

"Mungkin, seandainya dia yang termanifestasi lebih dulu." Yamanbagiri menjawab. Dan entah kenapa jawabannya ini terkesan meyakinkan dibanding setiap perkataannya yang lain, yang dipenuhi oleh rasa ragu oleh penuturnya sendiri. "Aruji, kenapa aku termanifestasi lebih dulu? Andai Chougi datang kemari lebih dulu daripada aku, mungkin aku tidak akan pernah merasa sesesak ini karena merasa telah mengambil tempat seharusnya dimana dia berada."

Gadis itu memasang handuk basah di atas kening Yamabagiri dan sejenak membuat pemuda itu diam.

"Apakah kau pernah berpikir darimana kekuatanku untuk memanggil kalian datang?" Ucapnya pelan. "Apakah kau juga pernah berpikir bagaimana bisa jiwa dari sebilah pedang bisa termanifestasi menjadi sosok manusia?"

Yamanbagiri diam. Dia tidak memiliki jawabannya.

"Aku percaya, ada kekuatan besar yang menggerakkan semesta ini. Termasuk dengan menggariskanmu untuk datang terlebih dulu padaku. Mungkin agar kau belajar mengakui eksistensimu sendiri."

"Eksistensiku sendiri?" Yamanbagiri mengulang frasa itu menjadi retori.

"Saa..." gadis itu mengangkat bahunya sambil tersenyum. "Istirahatlah. Aku akan ke dapur sebentar. Apa kau ingin sesuatu untuk dimakan? Shokudaikiri membuat bubur untukmu, kalau selera makanmu sudah kembali aku bisa membawakannya kemari untukmu."

"Um, mungkin aku butuh itu. Bisakah aku minta tolong?"

"Dengan senang hati."

✴️✴️✴️

Cahaya warna-warni menembus kertas pada yang menutup petak jendela kayu. Mungkin bocah-bocah pedang sengaja memasang lampu iluminasi untuk menghias malam tahun baru yang masih terasa hampa bagi Yamanbagiri.

Pemuda itu masih belum beranjak dari kamarnya. Sisa demamnya masih ada hingga dia tidak bisa ikut bergabung bersama yang lain untuk merayakan tahun baru di ruang tengah. Beberapa dari mereka ada yang bermain bola salju di halaman belakang dan Yamanbagiri bisa mendengar keceriaan itu menembus dinding dan jendela kamarnya. Dia tersenyum.

Tuan dan para pedang yang lain beberapa kali datang untuk memeriksa keadaannya. Kali ini Horikawa Kunihiro yang datang untuk membawakan shiruko beserta mochi bakar untuknya.

"Kau sudah bisa bangkit?" Tanya saudara sepenempaannya itu.

"Hmm, sepertinya aku harus kembali istirahat." Jawab Yamanbagiri. Dia hanya tidak ingin keluar dari kamar mereka ini.

"Baiklah. Cepat sembuh!"

Namun pada akhirnya Yamanbagiri tidak bisa menutup matanya bahkan beberapa jam setelah Kunihiro keluar. Tidak ada penunjuk waktu disana sehingga dia pun tidak tahu apakah hari telah berganti.

"Nisemono-kun, aku masuk!"

Yamanbagiri yang semula berbaring dengan mata terbuka pun mengangkat punggunnya ketika dia mendengar suara yang mulai familiar di telinganya itu. Pintu geser kemudian terbuka menampakkan pemuda bersurai perak dengan botol keramik di tangannya.

"Bukan 'aku masuk' tapi 'bolehkah aku masuk'!" Ucap Yamanbagiri.

"Perlukah?" Chougi, si perak itu bertanya sembari melangkah ke arahnya setelah menutup kembali pintu.

Yamanbagiri menghela napas. "Jadi ada perlu apa, Honka-kun?"

Chougi duduk di atas kasur duduk yang berada di sebelah futon-nya. "Aku suka panggilan itu."

"Aku tidak sedang memuji."

"Baiklah." Kemudian pemuda Osafune itu mengangkat botol keramiknya. "Mau bersulang denganku?"

"Hah?" Lagi-lagi Yamanbagiri harus mengerutkan keningnya. "Apa tahun baru membuatmu beresolusi ekstrim untuk berakrab-akrab denganku?"

"Hah?" Kali alis Chougi yang nyaris menyatu. "Aku hanya mendengar kalo imitasiku sedang bermuram durja, jadi aku bermaksud datang menghiburnya. Karena dia imitasiku, makanya aku tidak ingin dia terus menjadi pribadi yang melankolis. Aku tidak ingin namaku sebagai 'honka' ikut tercemar karenanya!"

Yamanbagiri tertegun.

Chougi terkesan tidak jujur dan tidak terampil merangkai kata. Tapi si pirang tahu, kalau pemuda itu pun tidak bermaksud buruk.

"Satu gelas saja, mungkin aku bisa."

"Kau tidak asik!"

Yamanbagiri menerima sakazuki dari tangan pemuda perak itu kemudian menyeruput pelan isinya. Kerongkongannya terasa hangat saat fermentasi beras itu dia teguk. Sama hangatnya dengan perasaannya saat ini oleh dirinya yang mulai menyukai sosoknya sendiri.

✴️✴️✴️

Thanks for dropping by :)

Hey kamu, yang nyider. Jangan numpang lewat aja, komen sini! //dihajar//

Btw, biarkan aku berbagi kebahagiaan juga Aruji.
Jadi kemarin ada temen yg main ke negeri para lediboi, terus saya suruh main sekalian ke enimet. Dan saya dapet ini (nitip sih).

Dayum, I love the cover. Cuman isinya rada <coret>emang</coret> nista.

Contohnya:

BISA LIAT BULU KAKI NAGASONE?!

Udah, itu aja.

Sekian.

Sampai jumpah.

Maaf, Aruji. Part ini saya re-update bikos saya pengen nambah seuanu tentang shin-toudan yang kemarin keluar siluetnya.

Kalo dari info yang saya dapat kemarin, katanya itu Dojikiri. Iya, yang salah satu Tenka Goken itu!

TERUS!!!

ALL HAIL SHIMOKAJI!!! KALO BENER INI DIISI SHIMONU!!

Baru sekedar bird news sih. Tapi, gosip kan fakta yang tertunda-kata Minceu //disambit.

Udah. Itu aja. Beneran.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top