10. Gokotai: The Case File of Saniwa Detective - Case 1

審神者探偵の事件簿・其の一
Requested by itsxzee

Maaf nunggu lama, dan maaf juga kalau nggak sesuai ekspektasi.
Kemarin lupa nge-back up form yang udah ditulis di komen post lama, padahal post-nya aku delete, jadi aku lupa alur yang di-request sebenernya gimana. Cuman ada beberapa yang aku ingat. Maaf bingits 🙏

But still hope that you'll like it :)

Warning:
massive typos (may be)

※※※





Citadel, suatu hari…

Langit cerah meskipun semalam salju sempat jatuh mengguyur. Tumpukannya nyaris menyentuh bibir engawa hingga hari ini tidak satu pun bocah pedang yang berniat keluar untuk bermain. Padahal mereka sangat antusias semalam, dan sempat beragenda untuk saling lempar bola salju di pagi hari. Tapi nyatanya, mereka tak juga beranjak keluar dari dalam selimut pagi ini.

"Sarapan sudah siap!" Shokudaikiri Mitsutada sengaja berkeliling citadel untuk membangunkan mereka, tentu saja dibantu oleh Hasebe yang kebetulan juga mendapat jatah piket memasak hari ini.

"Oi, kalian! Sampai kapan akan terus melingkar dalam selimut?!" Terdengar omelan Hasebe yang kini berada di kamar Okita-gumi.

"Habis, dingin…" selanjutnya, suara malas Kashu Kiyomitsu yang terdengar.

"Cepat bangun! Pekerjaanku bukan hanya untuk membangunkan kalian!"

Benar. Sebagai sewagakari untuk pemilik tempat ini, Hasebe berlipat kali lebih sibuk dari pada para pedang lain yang selalu bisa bersantai. Ditambah, tuan mereka pun berlipat kali lebih malas hingga mustahil kalau di pagi yang tidak mengenakkan seperti ini ia akan bangun. Hasebe pun yakin kalau sekarang pun gadis itu masih bergulat dengan guling di balik selimut listrik yang selalu ia gunakan di musim dingin.

"Aku masuk, Aruji!" ucap Hasebe sebelum ia menggeser fusuma kamar tuannya. "Hari ini piket memasakku, jadi aku putuskan untuk memasak sarapan kesu-, eh?"

Hasebe belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat ia menemukan futon sang tuan sudah rapi terlipat dan sosoknya sudah tak lagi berada di kamar berlantai tatami itu.

"Aruji! Sarapanmu sudah siap!" Panggilnya, namun tak mendapat jawaban. "Kemana lagi dia?"

※※※

"Bukan Hasebe kalau begitu," ucap sang gadis sambil mengencangkan simpul tali yang mengangkat hakama agar tak mengganggu jalannya.

Bocah pedang bersurai abu-abu cerah yang menjadi lawan bicaranya hanya diam sambil mengangguk pelan. Rautnya yang kalem tak lagi merefleksikan keceriaan seperti biasa sejak semalam.

"Tenang Goko, kita akan menemukan teman-temanmu!" Tenangnya sambil mengusap puncak kepala si bocah hingga dia mendapat anggukan lagi sebagai jawaban.

※※※

Menjelang tahun baru, citadel selalu sibuk dengan berbagai persiapan perayaan. Sebagian besar penghuninya mengampu tugas masing-masing untuk menyambut lembaran baru yang akan datang meskipun pagi tadi mereka enggan keluar dari selimut karena dingin yang menusuk tulang.

Namun, tidak dengan gadis saniwa yang kini masih menyelinap kesana-kemari seolah dia adalah seorang penyusup, bukan pemilik tempat ini. Di belakangnya, si bocah abu-abu cerah masih mengekorinya sambil berharap tak seorang pun mengetahui gerak-gerik mereka.

"Nushi-sama, kenapa kita tidak tanya langsung mereka saja?" Gokotai menyarankan.

"Tidak Goko! Kalau kita bertanya, maka tersangka yang membawa kabur harimau-harimaumu akan makin waspada karena tahu kita sedang mencarinya. Jadi…" sambil menggerakkan telapak tangannya secara horizontal di depan leher gadis itu meneruskan, "Kita tidak akan bisa mengeksekusinya!"

"Tapi, kalau kita beritahu mereka kan kita jadi bisa minta bantuan…"

"Tenanglah Gokotai! Aku sudah menyusun strategi matang-matang. Dan demi nama kakekku, aku akan memecahkan kasus ini!"

Gokotai menghela napas, putus asa. Harusnya semalam dia tidak datang ke tempat tuannya untuk melapor kalau harimau-harimaunya tiba-tiba lenyap. Jadi dia tidak perlu mengikuti jejak sang tuan yang tiba-tiba bermain peran menjadi detektif seperti sekarang ini.

"Sebentar, biar aku periksa siapa saja yang tidak punya alibi di sini!" Kemudian gadis itu membuka catatan kecilnya. "Hmm, Gokotai. Kakakmu cukup mencurikagan."

"Kakakku?" Gokotai memiringkan kepalanya, mencoba menebak. Dari sekian banyak kakaknya, siapa yang akan dicurigai tuannya ini.

"Aku tahu Ichiho Hitofuri selalu tidur lebih malam karena dia harus memastikan bahwa kalian semua sudah berada di dalam selimut. Jadi kemungkinannya dia yang…"

"Tidak mungkin!" Bocah itu memotong cepat. "Ichi-nii tidak pernah keberatan aku memelihara harimau. Dan dia juga tidak alergi bulu kok…"

"Hmm, kalau begitu bagaimana dengan Yagen? Bisa saja kan dia menjadikan harimaumu sebagai objek penelitian?"

"Yagen juga tidak sejahat itu!"

Lalu siapa?! Gadis itu berpikir keras.

Kemudian, lampu pijar di otaknya seolah menyala memberinya pencerahan.

"Aku tahu siapa pelakunya!"

"Benarkah?"

"Ikut aku Gokotai!"

※※※

Seluruh penghuni citadel tahu siapa yang akan disalahkan ketika suatu hal yang tak lazim terjadi. Dan kini, mereka mencari sosok albino yang biasa menjadi tersangka dari setiap kasus yang terjadi di sana.

"Ingat Gokotai, dia punya seribu satu muslihat agar perbuatannya tidak diketahui. Tapi kau tenang saja, aku akan membuatnya mengaku!" Ucap si gadis sambil terus memonitor gerak-gerik sosok yang kini sibuk mengeruk tumpukan salju agar bisa dilewati bersama Dodanuki.

"Maksudmu, Tsurumaru?" Gokotai memastikan.

"Tentu saja! Siapa lagi?!"

"Tapi, untuk apa dia menyembunyikan harimauku?"

"Gokotai, kau tidak tahu ya kalau harimau bisa dikuliti untuk dijadikan pakaian?"

Raut shock nampak seketika di wajah polos Gokotai.

"Bisa jadi Tsurumaru akan menguliti mereka untuk dijadikan mantel hangat. Apalagi bulu harimau-harimaumu berwarna putih!"

"Kyaaaa!!" Gokotai spontan berteriak dan membuat objek perhatian mereka berbalik, menemukan mereka.

"Ah, Aruji. Kemana saja kau? Hasebe mencarimu sampai mengelilingi citadel pagi ini. Katanya kau melewatkan sarapanmu." Kata si putih dengan sangat kasual. Namun melihat Gokotai yang tiba-tiba menghambur ke arahnya sambil berteriak, dia mengernyit.

"Jangan kuliti teman-temanku! Aku mohon!" Pinta si bocah sambil menarik hakama yang Tsurumaru kenakan.

"Hah?! Kuliti? Apa?!"

Dodanuki pun ikut mengernyit melihat Gokotai yang tetap menarik-narik hakama rekannya dengan wajah ingin menangis.

Si gadis kemudian datang dan mengacungkan telunjuknya ke arah si putuh. "Tsurumaru Kuninaga! Berhentilah berpura-pura atau aku akan menghukumu dengan kekuatan bulan!"

"Hah?! Bicara apa kau?"

Krik…krik…krik…

※※※

"Bukan Tsurumaru ya, hmm…" gadis itu kembali berpikir sambil mondar-mandir di tepi engawa.

Gokotai mengelus dadanya setelah sempat tidak karuan membayangkan semua harimaunya dikuliti untuk dijadikan mantel penghangat.

Sudah hampir tengah hari. Dan tidak ada petunjuk lagi yang bisa menggiring mereka pada keberadaan kelima makhluk kecil yang biasa berada tak jauh dari Gokotai itu.

"Jangan menyerah Goko! Ayo kita mulai pencarian kita lagi!" Sang tuan mengumpulkan lagi seluruh niatnya untuk menemukan harimau-harimaunya.

Gokotai kembali mengekorinya, mengikuti tuannya menggeledah kamar para pedang satu per satu dari ujung hingga ujung lagi tanpa permisi. Hingga Midare yang tengah ganti baju di kamar Awataguchi sempat berteriak karena kaget.

"Shitsurei!" Si gadis mengucap singkat kemudian berlalu.

Tengah hari tiba, dan mereka masih belum menemukannya. Keduanya tampak putus asa dan menghela napas lelah bersamaan sambil bersamaan pula membuka dua sisi pintu shoji yang membatasi koridor dengan ruang santai bersama.

Di sana, sesosok pemuda berkulit sawo matang dan bocah bermantel wol dengan rambut merah marun tengah terlelap mengarungi mimpi di siang hari…

…bersama lima ekor anak harimau putih yang meringkal bersama mereka dan tumpukan nengajo yang belum terselesaikan.

"Gokotai, apa yang telah kita lakukan hari ini?"

"Nushi-sama, jangan tanya aku!"

"Ah, sepertinya aku harus kembali tidur."

Saat si gadis membalikan tubuhnya, ia melihat Tsurumaru di depannya dengan seringai dan tawa jumawa.

"Kau butuh makan, Aruji!"

Seketika raut masam muncul di wajah si gadis. Kemudian dia berkata dengan desibel sekeras mungkin, "Ah iya! Aku lapar!", yang membuat Ookurikara dan Shinano bangun dari tidur siangnya lalu bertanya.

"Ada apa?"

Gokotai menggumam, "Ternyata Hasebe benar, Nushi-sama selalu berhalusinasi saat dia lapar."

Walaupun, tidak lapar pun sang tuan tetap akan berkhayal dan berhalusinasi.

※※※

Wish you a happy new year!
Dear you, my fellow Saniwa.

Bandung, 2019年1月2日

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top