タイムマシーンなんて要らない

I Don't Need a Time Machine

****

らないうちに眠ってたみたい
カフェラテラスで日差しに包まれて
時計を見たら 5分の出来事
テーブルの向こう 微笑むあなたは
いつからそこで頬杖ついてたの
眺めてないで 声を掛けてよ

Before I knew it, seemed I've fallen asleep
On the cafe terrace wrapped up in sunlight
When looking at the time, 5 minutes just passed by
Since when the smiling you are on the other side of the table
Been resting your chin in your hands
Don't just gaze, wake me up


Sayup musik terdengar ketika gadis Suzumeda itu mulai membuka mata. Mendapati dirinya masih berada di salah satu meja yang berjajar di depan kafe, di mana ia selalu menghabiskan sebagian waktu liburnya. Angin musim gugur sepoi berhembus dingin, menerpa sebagian wajah dan anak-anak rambut yang cukup jarang ia gerai. 

Kaoriーnama kecil gadis ituーsedikit beringsut dari posisinya sesaat setelah sehelai daun terbang dan jatuh tepat di atas dahinya.

Ia hendak mengambil benda itu sebelum tangan lain datang dan menyingkirkannya lebih dulu. Kaori bergeming sejenak, meskipun kemudian dia membenarkan posisinya, lalu menemukan sosok itu di depannya. Berpangku tangan dengan dua sudut bibir naik, melengkung membentuk sebuah busur senyuman.

"Kalau sudah selesai, kenapa tidak membangunkanku sih?" Kaori memprotes setelah memastikan bahwa wajahnya tak terlihat memalukan setelah sekitar lima menit jatuh terlelap di atas buku tebal berisi kumpulan soal yang kini masih terbuka.

Konoha Akinori, si pemuda yang tak juga kehilangan senyumnya itu lanjut terkekeh sambil mengacak puncak kepala gadisnya. 

Lima menit lalu, Kaori masih melihatnya dari balik dinding kaca. Memperhatikan gerak demi gerak Akinori di balik meja barista, memergoki beberapa pelayan yang nampak tersipu oleh sosoknya.

Cemburu?

Apalah nama dari perasaan itu, yang jelas Kaori tidak begitu menyukainya. Dan ia pun yakin bahwa tak seorang pun akan merasa nyaman saat orang lain berhasrat pada apa yang mereka miliki. Tetapi, keberadaan Akinori di depannya kini sekejap meluruhkan sebuah emosi yang tak cukup elok terpancar dari rautnya itu.

"Kita berangkat sekarang?" Tanya si pemuda, sejenak setelah Kaori memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.

"Kau belum ganti baju."

"Aku akan melakukannya dengan cepat."

"Kalau begitu cepat lakukan!"

Sesuai kata-kata jumawanya tadi, tak sampai sepuluh menit hingga pemuda bernetra sipit itu kembali dengan baju pribadinya, meninggalkan seragam barista milik kafe tempatnya kerja paruh waktu ini.

風の並木道 ぶらぶら歩いて
時々 腕を組んでみたりすると
恥ずかしそうな あなたはかわいい
燃え上がるような恋ではないけど
ぽかぽかしてる日向が心地いい
時間をかけて どこかへ行こう

Strolling down a tree-lined street
Sometimes when we link arms
You look so embarrassed, you're cute
It's not a love that may burst into flames
But just feel good like the warmth of the sunshine
Passing the hours, let's go somewhere

Waktu yang terasa begitu singkat saat mereka bersama, tak bisa menjadi bandingan dengan panjangnya waktu saat mereka tak bisa bertemu.

Sibuk. Begitulah satu kata yang acap kali memisahkan mereka. Meskipun rentang waktu hingga mereka bertemu kembali turut berkontribusi untuk menjadikan hubungan ini lebih erat lagi. Entah apa yang dipikirkan Akinori, tapi kurang lebih seperti itulah yang ada dalam benak Kaori.

Berjalan dengan lengan berpaut adalah hal yang pertama kali mereka lakukan selepas lulus SMA, meskipun hubungan mereka dimulai lebih lama dari itu. Alasan cukup sederhana; karena mereka tak ingin menjadi bahan cemooh rekan seklub yang memiliki kecenderungan untuk meledeki siapa pun yang tengah dimabuk asmara.

Asmara. Kata itu tak akan pernah keluar dari bibir Kaori, namun menyadari bahwa ia sudah terlalu jatuh hati dengan kekasihnya ini membuatnya tak lagi merasa gengsi kalau harus menyatakan bahwa dirinya pun tengah dimabuk cinta.

"Hari ini mau kemana?" Pertanyaan Akinori sejenak membuat melodi dari lagu romantis yang terputar lirih dalam benaknya terputus.

"Terserah."

"Selalu begitu ...."

"Hehehe."

Kendati tak pernah mendapatkan jawaban memuaskan perihal tempat berkencan, Akinori selalu membawanya ke tempat yang berbeda setiap waktu. Kemudian di akhir kencan dia akan bertanya, "apa kau suka tempatnya?" yang selalu Kaori jawab dengan, "tentu saja".

Ketika kau sedang jatuh cinta, maka kau tak akan lagi mempermasalahkan tempat selama kau masih bersama dengan orang yang kau suka.

Kaori senang ketika ia bisa menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Akinori. Pun bahagian ketika jemari kecilnya bertaut dengan jari-jari Akinori yang panjang. Saat itu dia merasakan bahwa semua tentang mereka tengah saling menyambut, menciptakan buana baru di mana hanya keduanya yang bisa meninggalinya.

タイムマシンなんていらない
過去も未来も興味ない
いつだってあなたといられたら
今が一番
そんな自由なんていらない
運命のままがいいね
せっかく出会った恋だから
そうよ目の前のあなたがいい

I don't need a time machine
I don't care about the past or the future
Whenever I'm with you, that is best
I don't need any kind of freedom
I'm gonna following the fate itself
Cause I found the love already
Yeah, I choose you that in front of me

Akinori mengacak puncak kepalanya lagi. Membuat Kaori tersenyum geli.

"Kau ganti shampo?"

"Tidak."

"Aku mencium aroma berbeda."

"Ah, aku pakai pewangi konsentrat baru. Wangi, bukan?"

Akinori mengangguk. Menyesap isi kaleng kokoa hangatnya, lalu kembali melempar fokus ke atas sana, di mana bintang bertabur gemerlapan. 

Debur ombak terdengar riuh membentur bukit karang yang berada cukup jauh dari tempat di mana mereka berada.

"Kenapa waktu tidak berhenti saja ya?" Kalimat itu terlontar spontan dari bibir si gadis yang kemudian berbaring di atas pasir.

"Hah?" Kedua alis si pemuda Konoha itu nyaris bertaut saat dia menyusul gerak gadisnya, dengan turut tertidur di hamparan pasir itu.

"Mungkin aku tidak keberatan kalau waktu berhenti di detik ini."

Jeda cukup lama tercipta hingga Akinori menyahut, "aku pun berpikir begitu."

"Benarkah?"

"Ya."

Kaori terkekeh sejenak, hingga keheningan kembali tercipta oleh geming mereka berdua.

"Akinori ...."

"Ya?"

"Aku hanya ingin memanggilmu."

"Hentikan."

"Kau tidak ingin balik memanggilku?"

"Untuk apa?"

"Untuk memastikan bahwa aku ada, misalnya."

Kaori sedikit mengubah sudut dari posisi tidurnya, sampai ia menemukan pemudanya kini pun melakukan hal yang sama. Terbaring miring menatapnya.

Satu, dua, tiga detik berlalu hingga Akinori berhasil membawa wajahnya mendekat untuk mengecup bibir mungil Kaori, kemudian berkata, "Sudah kupastikan."

"Hehehe."

Debur ombak kembali terdengar. Kali ini disertai rasa dingin pada ujung kaki oleh air laut yang mulai datang ke bibir pantai.

Ah, hari ini akan segera berakhir. Mereka harus menunggu lagi dalam jangka waktu yang cukup panjang untuk bisa kembali bertemu.

Sibuk untuk masa depan, begitu alasan yang selalu mereka berikan secara mutual agar enam hari dalam seminggu yang mereka habiskan secara terpisah itu sedikit bisa dilalui dengan lebih ringan.

Namun nyatanya masih tetap berat. Karena minatnya pada masa depan, pun masa lalu tak lebih superior dari keinginan mereka untuk tetap seperti saat ini.

****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top