"Menatap Mentari"
Aku sangat berharap akan tiba hari di mana akhirnya mata kita saling bertemu.
Saat di mana tak perlu lagi kugenggam tanganmu,
tak akan lagi kukecup bibir manismu,
tak ada lagi hangatnya peluk rengkuh tubuhmu.
Saat yang singkat namun penuh harap.
Tidak lama, tak semenit, mungkin hanya beberapa detik,
tapi saat itu adalah segalanya masa.
Masa setitik iba akhirnya lepas, masa dimana hampamu, sakitmu, keluh kesahmu,
menguap jadi abu.
Masa secercah kasih untuk akhirnya berpadu.
Satu masa, satu saat, satu detik, dimana kita mengerti segalanya.
Satu tatapan mata untuk semuanya.
Untuk semua balasan sapa pada setiap jumpa.
Untuk setiap sakitnya kejujuran hati saat diri membuka.
Untuk memberi harga kuatnya rasa percaya demi satu rahasia.
Dan untuk semua rasa lega manakala kutahu engkau baik-baik saja.
Aku ingin melakukannya semata untukmu. Untuk kita.
Karena aku tahu kamu dan engkau pun mengenalku.
Saat itu, kita tak ragu lagi untuk benar-benar menatap;
aku yang menatap dengan penuh pemujaan atasmu,
dan engkau yang akhirnya menatapku dengan sepenuh jiwamu.
Saat di mana engkau tak lagi memalingkan muka dariku.
Dan kita tersenyum, tahu karena meski tangan kita di saku, bibir kita membisu,
dan tubuh kita tak bertemu di situ,
Hati kita menyatu. Menyatu jadi satu.
Dalam dua insan yang kini mengerti, tak ada lagi yang bisa dibagi,
tak ada lagi perih yang membayangi,
hanya satu detik yang berarti.
Tatapan mata sahabat sejati,
yang kini Abadi.
Bagai kuatnya mentari hangatkan hati.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top