23.2 Mengulang Masa
9, Bulan Puncak. Tahun 1927.
Perubahan rencana yang dibentuk China dan Caellan membuat Elliot dan Elena semakin yakin bahwa pemuda itu memang pantas untuk dipercaya. Meski begitu Caellan tidak bisa merayakan usahanya dulu. Ia belum tentu menang. Ia memang telah mendapatkan kedua bocah itu dan berhasil mengalihkan China Lau, tetapi Jenderal Trevor masih terus mengawasi. Sang jenderal telah mengirim anak-anak buah yang akan bergabung dengan tim barunya sebentar lagi.
Namun apa lagi yang perlu Caellan takutkan? Ia hanya perlu mengkhawatirkan Rayford. Hal apa pun yang dikorbankannya saat ini akan berbuah manis. Caellan yakin itu, sehingga ketika dia sengaja menyayat telapak tangan, tak ada yang disesalinya. Ia mengabaikan segala peringatan Camon dan Donatino yang selalu menyertainya kemana pun Caellan pergi. Ia juga tidak meminum obat-obatan kendati kepalanya pusing luar biasa dan jantungnya berdebar kencang. Caellan memilih untuk mengunci diri di toilet kereta dan memandang bayangan wajahnya lekat-le-kat, meresapi cakram warna dan gelombang psikedelik yang terpancar dari lukanya.
Ah, aroma darah yang begitu pekat.
"Caellan?" pintu toilet digedor dan suara Elena menggaung. "Kenapa ada cangkir pecah di mejamu? Omong-omong para suruhan Jenderal sudah datang. Mereka berenam."
Caellan membuka pintu dan Elena terkejut melihat lukanya yang masih segar. "Lukamu cukup besar!" seru gadis itu. Gelombang emosinya beriak memusingkan di mata Caellan. "Kau mau kuambilkan perban?"
"Tidak apa-apa, Manis, tetapi bolehkah aku merepotkanmu sejenak? Tolong bersihkan pecahan cangkir itu. Akan kutemui orang suruhan Jenderal. Bergabunglah dengan kami setelah kau usai."
"Tak masalah! Dan, astaga, obati dulu lukamu. Itu mengerikan. Kalau kau tidak segera membalut perban, darahnya akan keluar lagi."
Caellan tak mengindahkan. Dengan tenang ia turun dari kereta dan menemui para pria bertubuh besar yang menunggu di luar stasiun. Mereka telah dihubungi China, dan berkumpul dari berbagai penjuru kota menuju stasiun kecil yang menjadi tempat ketiga diadakannya tur sirkus. Sebagaimana biasanya, orang-orang sibuk berlalu-lalang di lapangan, sehingga bangunan kecil stasiun itu sendiri tidak digunakan. Caellan mengajak para pria itu untuk memasuki sebuah ruangan yang dulunya digunakan sebagai kantor, menutup pintunya, lantas memejamkan mata.
Ketika Caellan berbalik menatap para pria itu, kedua mata biru pucatnya telah menghitam legam.
---
"Caellan ini payah sekali," gumam Elena sembari membersihkan serpihan cangkir yang tersisa. Pecahannya sungguh berantakan dan tersebar di berbagai tempat. Elena penasaran bagaimana cangkir itu bisa terpecah dalam serpihan-serpihan kecil yang menyelip di bangku-bangku kompartemen. Apakah Caellan menjatuhkannya dari langit-langit? Yang benar saja. Pecahan seperti ini tidak mungkin didapatkan hanya dengan sekadar senggolan. Tak ingin memusingkan cara Caellan memecahkan cangkirnya, Elena pun memusatkan konsentrasi untuk menemukan sisa serpihan cangkir yang tersisa di bawah bangku. Butuh waktu lama hingga akhirnya Elena mengikat kantong sampah dan membuangnya ke luar, kemudian menyusul Caellan ke satu-satunya ruangan tertutup di bangunan stasiun kecil.
Ketika Elena masuk, rasa-rasanya ia telah memasuki pertemuan rahasia yang tak boleh diganggu. Gadis itu sontak merasa tegang. Pada ruang temaram yang hanya bermandikan cahaya lemah dari satu-satunya lampu gantung, para pria suruhan Jenderal duduk menghadap Caellan yang bersandar di meja. Keenam pria itu serentak menoleh menatapnya, membuat bulu kuduk Elena merinding, seolah-olah mereka adalah mesin yang digerakkan oleh sesuatu. Mata mereka yang kelam menatap Elena tanpa ekspresi, tetapi sangat intens, seakan berusaha mengulitinya. Caellan nampak sebagai satu-satunya jiwa yang hidup di sana. Ia tersenyum lebar kepada Elena, matanya yang biru cerah memukau di bawah sorot lampu yang remang-remang.
"Elena! Kemarilah. Rekan-rekan, inilah Elena Laurim yang juga akan tergabung dalam tim kita. Dia punya Energi sulur-sulur hijau yang sangat indah."
Elena seharusnya merasa malu, tetapi ketakutan cenderung merayapinya. Ia terburu-buru menghampiri Caellan dan merapat kepadanya. Ada apa dengan enam pria ini? Apakah mereka juga setengah iblis sepertinya, tetapi kenapa mereka terasa berbeda?
Apakah orang-orang suruhan Jenderal ini memang ... spesial? Elena tidak sempat mengobrol saat melihat mereka kali pertama tadi. Elena sedang berada di luar kereta saat tahu ada mobil asing parkir di luar stasiun yang sepi dan muncullah para pria besar. Maka Elena berasumsi bahwa mereka adalah suruhan Jenderal, lantas mengabari Caellan. Ia tidak tahu jika para pria itu ternyata mengerikan seperti ini! Dan, bukankah Caellan takut dengan ciri-ciri khas iblis? kenapa dia nampak tenang sekali, bahkan sangat percaya diri?
Elena merasa ada yang tidak beres, tetapi mencurigai Caellan tidak pernah masuk ke daftarnya. Dia bertekad untuk memercayai pemuda itu, dan dia tidak mau mengecewakannya lagi.
---
"Bagaimana keadaan kakimu, Findel?"
Elliot menghampiri seorang pemuda yang bosan di kursi penonton sementara para pemain sedang berlatih di panggung, berlatarkan bisingnya suara para staf memasang tiang-tiang lampu dan memaku papan-papan kayu. Findel tersenyum kecut saat memandang satu kakinya yang dijulurkan ke bangku di depannya. "Membaik sih," ujarnya. "Tetapi aku tidak yakin untuk satu minggu ke depan. Maafkan aku, teman, sepertinya kau masih harus menggantikanku lebih lama lagi."
"Tidak apa-apa," kata Elliot berdusta. Kepalanya sendiri sibuk memikirkan bagaimana caranya bergabung dengan tim baru Caellan sementara ia tidak bisa mening-galkan pertunjukan sirkus yang berlangsung tiap malam. Apalagi, dia sedang mengikat banyak gagak untuk aksi panggungnya. Jumlah gagak yang bisa dikontrolnya berkurang, dan seandainya ia menambah lebih banyak gagak dalam pengaruh hipnotisnya, maka Elliot sendiri akan semakin mudah kelelahan. Padahal dia sudah berjanji pada Caellan.
Elliot beralih. Beruntunglah ia hanya memiliki waktu tampil yang hanya sebentar di paruh awal, sehingga jika terjadi sesuatu di malam hari, barangkali Elliot mampu menyusul. Ketika kakinya telah mencapai lapangan berumput, matanya jelalatan mencari Caellan dan Elena. Kemana mereka? Apakah mereka menemui orang suruhan Jenderal? Nah, kalau begitu Elliot tidak perlu khawatir ... Caellan pasti bisa mengatasinya. Dia tumbuh bersama para penguasa dunia bawah tanah, kenapa tidak dengan para preman suruhan Jenderal?
Elliot menyendiri ke kompartemen. Matanya memejam sejenak, mengambil napas dalam-dalam, dan ketika ia melepaskannya, mata Elliot semburat hitam. Pandangannya tidak lagi sekadar bangku kompartemen, tempat tidur, dan ruangan sempit yang menyesakkan, melainkan sebuah kota kecil yang terbentang di bawah sepasang kaki kecil seekor gagak. Tepi bingkai pandangnya memburam, dan sesekali beriak, tetapi itu bukan masalah. Elliot mampu mengenali atap-atap rumah penduduk yang kelabu memuakkan di antara pohon-pohon besar. Beberapa gedung bertingkat terlihat di kejauhan, dan tak lebih banyak daripada itu. Kota kecil ini tenang, meski nampaknya sebentar lagi akan menjadi gempar.
Elliot membiasakan diri pada pandangan gagak yang dikontrolnya. Tubuhnya sendiri menjadi kaku dan tak bisa digerakkan. Seluruh perhatiannya terfokus pada wawasan pandang gagak yang seekor diri mendarat pada pagar jembatan di dataran kota yang paling tinggi. Beberapa gagak lain berkumpul di dekatnya, tetapi gagak satu ini menyendiri dan tak terusik oleh seorang manusia yang bersandar di dekatnya.
Pandangan gagak itu berputar. Elliot kini bisa melihat seorang pemuda, yang barangkali seusia, dengan rambut cokelat kelabu yang berantakan. Wajahnya pucat. Ada bekas luka melintang di rahang kirinya, dan matanya mengawasi kota dengan perasaan bercampur aduk.
Apakah dia yang bernama Rayford Caltine?
Rayford sedang menyandarkan dagu pada tangan. Sepertinya sudah lama pemuda itu tidak tersenyum lagi, dan ia merindukannya. Ujung bibirnya melengkung ke bawah dan berulang kali mengembuskan napas. Selama beberapa saat ia memandang kota di bawahnya, lalu mengusap wajah, dan barulah Rayford menoleh ke arah gagak yang sedang dikontrol Elliot. Pemuda di dalam kompartemen ini sontak merasa tegang.
Rayford menatap gagak itu lekat-lekat. Elliot khawatir Rayford menyadari akan keanehan gagak di sampingnya dan berharap betul pemuda yang diawasinya itu masih awam tentang hal semacam ini. Beruntung baginya, Rayford kemudian mengalihkan pandangan, tetapi sial pula baginya, karena mata Rayford membulat dalam kengerian.
Elliot tidak bisa mendengar dengan baik percakapan yang ditangkap oleh gagak itu. Bagaimana pun juga jarak mereka lebih dari seratus kilometer, dan semakin jauh keberadaan gagak yang dikontrol olehnya, maka semakin buruk pula kualitas pendengaran dan penglihatannya.
Namun, Elliot yakin Rayford sepertinya sedang memprotes dan berusaha menghentikan seseorang—atau sesuatu. Sebab gagak itu tiba-tiba terangkat. Kepalanya diputar menghadap sosok amat mengerikan dengan dua lubang mata yang siap mencaploknya. Elliot menyadari apa yang terjadi, dan sepersekian detik sebelum Elliot mampu melepaskan kontrol hipnotis, kepala gagak itu dicabut dari tubuhnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top