23.1 Muslihat Mutakhir

Note: Double update karena aku mau menyibukkan diri merevisi buku kedua. Happy reading ^^

---------

Elena sekarang paham alasan Caellan enggan menonton sirkus, sehingga tidak memaksa pemuda itu untuk ikut masuk ke tenda saat antrian telah habis. Namun, dia juga merasa bersalah. Apakah tepat membiarkan Elliot tahu? Elena sama sekali tidak bisa berbohong, dan kekecewaan yang sempat tersirat di mata Caellan membuat Elena ketakutan. Meski pemuda itu sama sekali tidak mempermasalahkannya dan justru membantu Elena untuk mengatur pertumbuhan sulurnya sebagai kanopi, Elena masih merasa ada yang menganjal. Apakah dia kehilangan kepercayaan Caellan sekarang? Ini membuatnya takut. Caellan pasti menemui Nona China sendirian sekarang. Wanita itu datang tepat saat antrian pertama hadir, dan langsung menyibukkan diri mengatur persiapan sirkus. Sekarang semuanya telah beres, China Lau menginginkan kehadiran setidaknya salah satu anggota tim. Caellan yang pergi menemuinya, dan Elena tidak diajak padahal gadis itu tak punya kesibukan apa-apa sekarang.

Untuk pertama kalinya Elena tidak bersemangat menyaksikan Elliot tampil di panggung.

Di sisi lain, Caellan telah duduk berhadapan dengan China Lau. Dua cangkir kopi terhidang, tetapi Caellan tak menyentuh porsinya. Dia tidak terlalu suka kopi. Lantunan musik mengalun lembut dari piringan hitam di belakang meja kerja China, sementara wanita itu tengah memijat pelipisnya sambil menyortir foto-foto di meja.

"Kau yakin dengan hal itu?"

"Apa aku punya alasan untuk berbohong?"

China Lau menatap Caellan tajam. Ia tak mengatakan apa pun selain berusaha menguliti sang pemuda, yang percuma saja. Caellan hanya mengangkat alis dan memasang senyum terbaiknya.

"Tidak. Aku hanya—"

"Jenderal pasti menyuruhmu berhati-hati sekali kepadaku."

China tak mengelak. "Kau adalah seorang Vandalone, jika aku boleh terang-terangan. Kau sudah menjadi kepercayaan kepala keluarga mereka di usia yang begitu muda."

Caellan memutar bola mata. "Lantas apa hubungannya dengan ucapanku? Aku di sini karena kalian mengancamku. Apa aku masih bisa berbohong ketika rahasia yang mati-matian kujaga kalian jadikan taruhan begitu saja?" dan, sebelum China mampu menjawab, Caellan melanjutkan, "Kalian tahu persis bagaimana Vandalone mengutamakan kemurnian ras di antara mereka, dan sekarang masalah yang kalian berikan telah menampatkanku dalam masalah tambahan. Don sama sekali tidak mau aku kembali sampai masalah bersama para iblis ini tertuntaskan. Dan kau masih bisa-bisanya mencurigaiku untuk berbohong?"

China tersenyum sedih. "Maafkan aku atas apa yang terjadi padamu, Caellan. Sungguh, aku hanya ingin kau merasa nyaman di sini. Aku yakin berada di dekat para dehmos dan Host telah membuatmu gelisah."

Caellan bersandar pada punggung kursi. "Percayalah padaku. Aku tak bisa pulang kemana pun selain kepada kalian sekarang."

"Oh, Caellan. Tidak sedikit pun aku ingin meragukanmu melainkan untuk kehati-hatian. Kau pasti tahu betul dengan itu."

"Bagus. Kita sudah saling memahami sekarang, jadi bisakah untuk tidak memperdebatkannya lagi? Aku sendiri melalui hari-hariku dengan ketakutan yang semakin memuncak dengan situasi adikku sendiri."

"Tentu. Tentu saja," kata China. Dia kembali menyusuri setumpuk foto hasil penyelidikan atas kematian politikus Theompore dan para tentara yang digorok perutnya. "Hanya vehemos yang bisa melakukan percobaan semacam itu. Kami curiga bahwa Par, vehemos yang menguasai Rayford, adalah dalang dari semua ini. Namun, bukan berarti kecurigaan kami hanya terletak padanya saja. Masalahnya, Desmond membawa semua hasil penelitiannya sebelum kabur dari situs perbudakan itu, sehingga tidak bisa dipastikan ada berapa banyak vehemos sejenis Par yang haus darah seperti ini. Para penyintas lain yang telah tergabung dengan kita pun memberikan kesaksian mereka bahwa ada beberapa vehemos serupa Par, tetapi tidak yakin apakah Hostnya selamat atau tidak. Kebanyakan dari mereka menyelamatkan diri sendirian."

"Kalian tidak bisa menuduh Rayford begitu saja."

"Tentu tidak, Caellan. Namun, dia sudah masuk ke dalam daftar buronan."

Caellan menghela napas. "Bolehkah aku mengatakan sesuatu? Sejujurnya mengikuti tur seperti ini hanya membuang waktu. Kita tidak akan menemukan Rayford dengan segera. Mengapa kalian tidak awasi saja semua bangsawan dan politikus donatur proyek ilegal kemarin? Host mencurigakan atau vehemos yang mendatangi mereka pasti adalah dalang dibalik pembunuhan-pembunuhan ini."

"Jenderal telah berpikir demikian. Ia sudah mengirimkan mata-mata kami ke masing-masing titik."

"Bagus. Apalagi?"

"Kami masih mencari Desmond. Dia sama sekali tak terlihat dimana pun."

"Dan apakah aku hanya akan mengikuti kalian, membantu mendirikan tenda dan merubuhkannya setiap malam?"

"Apa yang kautawarkan? Apa kau ingin kembali ke Vandalone untuk berjaga sekarang? Aku tidak akan membiarkanmu bergerak sendirian."

Caellan memutar bola mata. "Ya, kirimkan ratusan tentara Arial untuk mengawasiku kalau perlu. Rayford trauma dengan kalian—dia cuma Guru Muda yang terjun ke dunia kotor ini dan tiba-tiba dikejutkan oleh sambutan paling kasar. Dia cuma mengenalku dan Elena, dan seandainya kau tidak membiarkan kami mencari Rayford, maka silakan bermain petak umpet sampai puluhan tahun lamanya. Iblis semacam Par mudah sekali menghindari usaha pencarian kalian tak peduli berapa ribu mata-mata yang kalian kerahkan."

China menatap Caellan lekat-lekat tanpa ekspresi, dan mudah bagi pemuda itu untuk membalasnya. Tak butuh waktu lama hingga China meraih cangkirnya dan meneguk habis kopi yang mendingin. "Besok, aku akan mengumpulkan anak-anak buah Jenderal yang terdekat untuk mendampingimu dan Elena mencari Rayford."

"Kau tidak ikut sekalian?"

"Aku harus mendampingi sirkus." China tersenyum. "Tetapi jangan khawatir, begitu Findel sembuh, Elliot bisa bergabung dengan tim kalian lagi seutuhnya."

"Tentu. Kirimkan semua orang terbaik kalian untuk membantuku."

Pembicaraan itu segera berakhir. Mereka berdua meninggalkan kereta dan China menghilang ke dalam tenda untuk bersiap-siap tampil di penutup acara. Ketika Caellan menghampiri pintu utama tenda sirkus, gagak-gagak Elliot menerjang dan segera melebur kembali menjadi tubuh sang pemuda. Elliot agak terkejut melihat Caellan.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kenapa?"

"Kupikir kau ... takut?"

Caellan mengangkat bahu. "Kalau dipikir-pikir, sampai kapan aku harus ketakutan? Aku tidak akan bisa menemukan Rayford dengan cepat jika masih terus merasa demikian."

Elliot nampak terkesima. "Sesungguhnya sirkus adalah cara terbaik bagimu untuk mengenal Energi para dehmos tanpa perlu ketakutan, Cael. Lagipula itulah alasan Nona China membentuk sirkus ini—kami ingin mengubah pola pikir para masyarakat akan setengah iblis."

Caellan menarik pintu tenda. "Tetapi apa mereka semua melihat apa yang kulihat?"

"Apa yang kau lihat?"

Alih-alih menjawab, Caellan termenung. Matanya tak sekali pun berkedip menerima terpaan gelombang psikedelik yang hanya bisa dilihat oleh kedua matanya ketika para pemain di panggung menari dengan Energi mereka. Jantungnya berdegup meski tidak sekencang dan semengerikan sebelumnya. Kepalanya memang pusing dan matanya memburam, tetapi Caellan masih bisa berdiri kuat pada kedua kakinya.

Pada akhirnya, Caellan menarik napas dalam-dalam. "Kutukan," bisiknya. "Kutukan Par yang membuatku berdoa setiap malam agar aku bangun dalam keadaan buta keesokan harinya."

Elliot tak bisa merespon hingga Caellan menatapnya lagi. "Aku tidak melihat banyak gagak saat aku pergi tadi. Kau sudah malas mengawasiku?"

Elliot berdeham malu. "Bukan begitu ... dan sebenarnya, inilah yang ingin kukatakan kepadamu. Aku menyebar lebih banyak gagak untuk mencari Rayford."

"Kau sudah mendengar keinginan Jenderal juga, rupanya? Dia mengirimkan orang-orang untuk mengawasi tempat tinggal para bangsawan. Jadi kau mengikutinya?"

"Aku sudah mengikuti sarannya sejak dulu, tapi ini adalah inisiasiku sendiri. Aku juga tidak menjilat."

Caellan mengangkat alis. "Kenapa?"

"Karena aku penasaran betul dengan alasan mengapa semua mengejar adikmu," kata Elliot. "Dan ... aku ingin ... membantumu. Awalnya, kukira karena kau seorang Vandalone, maka segala hal tentangmu perlu dicurigai, dan aku minta maaf soal itu, tetapi aku yakin kau sangat tulus ingin menemukan adikmu karena tidak ingin kehilangannya. Aku tidak melihat nilai seorang Vandalone di sana. Kau hanya seorang kakak yang ingin adiknya kembali."

"Oh, makasih."

"Aku bersungguh-sungguh," kata Elliot. "Aku juga sudah mendengar tentang keluargamu. Klan Caltine. Hanya kalian berdua yang tersisa, benar?"

Caellan menatap Elliot lekat-lekat. Tak ada rasa kaget maupun marah yang terpampang di wajahnya. "Ya, hanya kami berdua," ulangnya. "Dan, Par. Dia yang membuat para orang tua kami memberontak tetapi dia pula yang membunuh mereka."

Elliot menelan ludah. "Kalau kau tidak segera menemukan Rayford dan menyingkirkan Par, kau bisa menjadi nama terakhir dari klan Caltine."

"Ya, itu poinku sejak awal. Kau sudah paham, sekarang? Masih mau menambah beban hidupku dengan mengikuti cara jenderalmu yang mengancamku itu?"

Elliot tersinggung mendengarnya, tetapi dia lebih malu dengan kenyataan bahwa posisinya disindir. "Kau tidak bisa apa-apa, dan Elena belum bisa menguasai Energinya. Lebih baik kau tidak membuatku kesal atau kau tak bisa menemukan Rayford duluan."

Caellan tersenyum. "Ya, tentu saja. Maafkan aku, oke? Pemuda congkak yang sedang kau ajak bicara ini hanyalah seorang Caellan Caltine yang terpuruk dan diambang kematian, bukan Nikolan Vandalone yang patut dicurigai kemana pun dia berada. Kau boleh tidak percaya kata-kataku ketika kita bertemu di pesta dan aku sedang mendampingi Donatino Vandalone. Namun, untuk saat ini, aku bahkan rela berlutut di depanmu dan menjilat kotoran kakimu agar kau mau memberikan sedikit bantuan kepadaku."

"Kau tak perlu melakukan itu!" wajah Elliot memucat. Dia cepat-cepat mengulurkan tangan. "Aku aka membantumu untuk menemukan Rayford, dan aku akan memercayaimu. Kau tak perlu berbuat macam-macam, dan kau kendalikan saja ketakutanmu. Sepakat?"

Caellan menyambut uluran tangan itu dengan kegembiraan tak terkira di dalam benaknya. Satu lagi rencana yang berhasil. Tak sia-sia dia meninggalkan segala gaya yang selama ini melekat pada identitasnya sebagai seorang Vandalone. Dan, benar, dia sekarang hanyalah seorang Caltine yang terpuruk pada jurang putus asa. Dia hanya bisa mengemis belas kasih orang-orang agar membantunya menyelamatkan Rayford dari iblis congkak dan penuh kelicikan.

Dan, Caellan akan muncul di depan Donatino dengan dagu terangkat. Segera.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top