20.2 Perjalanan Petang

Malam menjelang dan kereta tur sirkus akan berangkat dalam dua puluh menit. Sementara para pemain dan staf masih sibuk memindah peralatan ke gerbong bagasi, Caellan memanfaatkan waktu yang ada untuk menghubungi Camon di salah satu boks telepon stasiun. Elena kali ini mengikutinya, dan gadis itu mulai menyuarakan keraguannya selama ini karena tak tahu harus percaya kepada siapa selain Jenderal Curtis. Kehadiran Caellan bagaikan sorot cahaya di antara awan kelabu bagi Elena; ada seseorang yang benar-benar mengenal Rayford untuk menemaninya. Caellan menyukai pernyataan itu dan memanfaatkannya dengan baik.

Ketika Caellan selesai menelepon, Elena seketika bertanya. "Bagaimana?"

"Yah, saudaraku bilang tidak mudah untuk mencari tahu kebenaran tentang vehemos yang diberitakan itu," kata Caellan lesu. "Mudah untuk mengorek informasi bagaimana Theompore tewas, tetapi tidak dengan pelakunya. Para polisi dan detektif sendiri kewalahan karena keluarga Theompore juga tidak mau terlalu dikulik permasalahannya."

"Lalu?"

"Lalu ... Camon menyarankan agar kita tetap fokus untuk mencari Rayford dan aku harus meneleponnya lagi besok malam. Anak bu—maksudku, teman-teman Camon sedang berusaha keras. Beberapa dari mereka adalah, yah, anggap saja polisi yang juga ikut terlibat penyelidikan."

"Lingkup pertemananmu luas sekali, Caellan!"

"Camon, saudaraku, memang orang yang memiliki koneksi luas," jawab Caellan kalem. Dia harus berhati-hati saat menceritakan perihal keluarga Vandalone. Terselip sedikit maka berbahaya. Elliot Zane keparat itu sudah tahu siapa dia, dan barangkali juga peran Vandalone di perbudakan. Bocah aristokrat itu seharusnya tidak membiarkan informasi semacam ini diketahui siapa pun. Barangkali China Lau juga sudah mendengarnya. Namun, di atas itu semua, Elena tidak boleh tahu. Rencananya bisa gagal.

Mereka memutuskan untuk membeli beberapa roti dan kopi dingin untuk menemani bakal perjalanan selama enam jam nanti. Kota pertama yang mereka tuju adalah tempat salah satu laboratorium Desmond berada, dan diketahui menjadi tempat terakhirnya bekerja sebelum berpindah ke situs perbudakan. Caellan sesungguhnya kurang menyukai rencana ini karena diyakini bakal berjalan dengan lambat. Apa yang akan didapatkan di laboratorium yang sudah dikunci sekarang? Petunjuk tertulis? Ini bukan permainan detektif. Par bisa saja sedang mengarahkan Rayford menuju seorang politikus lain dan pembunuhan kedua akan terjadi saat ini! Oh, Caellan tidak peduli dengan berapa banyak mayat yang tumbang karena mereka pantas mendapatkannya, tetapi ia lebih mengkhawatirkan kejiwaan adiknya yang masih lima belas tahun itu!

Caellan nyaris saja sibuk dengan pikirannya sendiri, kalau saja Elena tidak tiba-tiba berhenti di depan gerbong mereka dan membuat sang pemuda menabraknya. Caellan mengernyit. "Apa yang kau lakukan?"

Elena hanya meringis dan menggeleng, lantas menaiki tangga kereta duluan. Caellan melihat ke arah yang dituju Elena tadi. Rupanya ada gerombolan gadis-gadis pemain yang sedang menunggu giliran memasuki kereta di samping mereka. Gadis-gadis itu terkikik geli, saling bercerita tentang pemuda tampan yang berpapasan dengan mereka di lobi stasiun, atau bagaimana mereka sangat tidak sabar menantikan momen tampil di panggung. Caellan semula tak memahami itu, tetapi melihat Elena sekali lagi berdiam di pintu gerbong sembari memandang nanar kepada para gadis, Caellan lantas mengerti. Ia buru-buru menyusul Elena sebelum para gadis mengetahui keberadaannya.

"Ayo, masuk," kata Caellan. Ia tak butuh masalah lain untuk dihadapi ketika Par dan Rayford saja sudah membuatnya kesulitan. "Ayo, Elena."

"Kau akan bergabung bersama kereta Nona Lau, bukan?" kata Elena tiba-tiba. "Aku harus bergabung bersama para staf di belakang."

"Jangan konyol," kata Caellan. "Kau bisa bergabung dengan kami karena kita adalah tim khusus. Ada banyak yang perlu dibicarakan, dan aku yakin Nona Lau tak mempermasalahkannya. Lagipula kenapa kau mau bergabung dengan para pria dewasa?"

"Karena aku cuma staf." Elena menghela napas. Caellan memutar bola mata dan mempersilakannya untuk masuk ke kompartemen Caellan. Gadis itu bisa berbagi ruang dengan Nona Lau nanti, atau apa pun itu. Caellan akan mengusahakan yang terbaik agar Elena mempercayainya.

"Kau akan segera menjadi pemain," ujar Caellan. "Posisimu sebagai staf hanyalah sementara. Kalau kau berhasil membuat sulurmu menari-nari dengan lincah, kau akan menjadi pemain."

"Itu tidak mudah." Elena terdengar seperti akan menangis. "Teman-teman sesama penyintas bisa berkembang dengan baik karena mereka bergabung lebih dahulu daripadaku."

"Nah. Kau sudah mengatakannya sendiri; mereka punya waktu lebih banyak daripadamu untuk berlatih. Kau sekarang juga mengalaminya, jadi manfaatkan waktumu."

"Semua sibuk. Tak ada yang membantuku berlatih."

"Mm, yah, bagaimana dengan mereka yang tidak ikut andil di tur ini?" tanya Caellan sembari menaruh tas kulit. "Pasti tidak semua ikut tur, bukan? Kudengar ada setidaknya seratus orang anggota ...."

Elena membenarkan. "Sebagian dari mereka ditarik oleh Jenderal Curtis untuk sementara waktu membantunya. Mereka akan bergiliran dengan para pemain sekarang setelah tur usai."

"Elliot Zane, bagaimana dengannya?"

"Dia tidak ikut tur."

"Yah, kau bisa meminta tolong padanya untuk membantumu memanfaatkan Energi."

Sesuai dugaan Caellan, Elena menjadi kelabakan. "Kau tidak mendengarkanku, ya? Dia sibuk membantu Jenderal Curtis!"

"Apa? Ada apa dengan Elliot Zane?"

Elena tersentak saat pemuda yang disebut-sebut mendadak muncul di pintu kompartemen. Caellan sendiri menyeringai lebar saat Elliot mengintip dan menyapa mereka. "Apa ini? Apa kalian sedang membicarakanku sementara aku berada di ruang Nona Lau, eh?"

Elena melotot kepada Caellan, lantas menatap Elliot dengan malu-malu. "Aku—aku tidak tahu kalau kau ternyata berada di sini."

"Aku juga baru menyadari setelah mendengar suaramu. Aku hanya bertemu Caellan sebelum dia masuk kemari," kata Elliot. Memang benar. Pemuda itu sesungguhnya sedang mengobrol dengan Nona Lau ketika mendengar kegaduhan dari kompartemen sebelah. Elliot mengintip dan sempat bertatapan dengan Caellan yang baru saja akan memasuki kompartemen. Mereka saling menyapa sekilas ketika Elliot menyadari bahwa Caellan tengah mendorong Elena ke kompartemennya.

China Lau muncul dari balik punggung Elliot dengan sebuah senyum. "Kereta akan segera berangkat, teman-teman. Bersantailah bersama dan obrolkan apa saja sesuka hati. Aku harus memastikan semuanya sudah masuk kereta sebelum berangkat."

Elliot kemudian bergabung dengan mereka, membuat Elena menjadi salah tingkah. Ini memunculkan potensi besar bagi Caellan. Jika ia berhasil menguasai Elena dan membuatnya dekat dengan pemuda ini ... nah, bayangkan keuntungan yang Caellan miliki.

Mereka berdua lebih muda daripada Rayford, seharusnya lebih gampang pula bagi Caellan untuk memanfaatkan situasi!

"Kenapa kau tiba-tiba ikut tur?" tanya Elena, berusaha mencairkan kegugupannya sendiri. "Apakah kau akan membantu Caellan mencari Rayford?"

"Tentu saja." Elliot tersenyum. "Lagipula ini masih liburan musim panas. Aku bisa ikut kalian selama setidaknya satu bulan."

"Sempurna. Kau mendengar obrolanku dengan Elena tadi? Dia membutuhkan seseorang untuk mengajarinya cara menggunakan Energi, Elliot. Kukira kau tidak ikut bermain di panggung sehingga punya waktu cukup untuk Elena."

Elliot menatap sang gadis yang gugup setengah mati. "Boleh. Aku sudah menjadi seorang dehmos sejak lahir. Kukira pengalamanku melatih diri sendiri bisa berguna untukmu."

"Dehmos? Kau bukan Host?"

"Bukan," jawab Elliot kalem, tidak menyadari ketegangan yang merayapi wajah Caellan. "Mendiang ibuku ... dia memiliki sel vehemos di tubuhnya, sehingga aku terlahir dengan sel itu tertanam di tubuhku. Berbeda dengan Elena. Dia menjadi Host karena baru mendapat sel itu di proyek kemarin, bukan sejak lahir."

"Aku tidak tahu kalau ternyata klan Zane juga terdapat keturunan ... iblis. kukira kalian mempertahankan kemurnian sebagaimana klan Vandalone."

"Memang seharusnya begitu," kata Elliot. "Tetapi ada kecelakaan yang membuat ibuku membawa sel itu. Tak ada yang tahu sampai adikku lahir dan Ibu meninggal. Vehemos yang hinggap pada Ibu diam selama itu."

"Oh. Aku turut berduka."

"Tak apa-apa! Bukan suatu kesedihan, kukira. Kalau bukan karena ini, aku mungkin takkan dipercaya untuk mendampingi Putra Mahkota di sekolah, benar?" Elliot tersenyum. Sebuah ketenangan tertata yang Caellan yakini berusaha ditanamkan kepadanya, entah oleh ayahnya sendiri atau siapa pun itu.

"Yah, benar, itu bukan bencana," ujar Elena. "Karena hidupmu sangat baik sekarang!"

"Terima kasih."

"Tidak masalah."

Caellan menyaksikan kedua bocah di hadapannya dalam diam. Otaknya berputar cepat untuk menyusun rencana-rencana memanfaatkan kedua orang ini. Elena dan Elliot sama-sama masih empat belas. Usia yang mudah dipengaruhi, tetapi bagi Elliot yang sudah memiliki landasan pikiran yang kuat, mungkin Caellan butuh usaha ekstra untuk menjebolnya. Atau, mencari celah yang belum tertutupi.

Celah yang sekiranya tidak disentuh oleh Jenderal Curtis ... Caellan tahu itu. Dia cukup berpengalaman di bidang ini karena telah mengencani belasan gadis semasa sekolah. Heh. Dia tidak menyangka akan melakukan sesuatu di saat seperti ini.

Oh, Rayford, sepantasnya kau kelak kembali kepadaku dengan semua usaha yang akan kulakukan untukmu.

Dan, Par. Iblis itu licik luar biasa dan memiliki kemampuan di luar nalar, sehingga Caellan harus memeras otak untuk melawannya. Kekuatan tentu bukan pilihan, sehingga usaha Caellan melatih dirinya selama bertahun-tahun hingga menjadi remaja terkuat di Vandalone takkan berguna.

"Jadi, kalian sudah menyusun rencana untuk kota pertama?" tanya Elliot. "Nona Lau akan bergabung dengan kita nanti, tetapi kupikir akan lebih baik jika sudah ada usulan rencana. Bagaimana?"

"Kukira China Lau pasti sudah punya rencana untuk tujuan pertama," kata Caellan. "Kita hanya perlu mengikutinya. Yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa kita bisa bekerja sama dengan baik satu sama lain."

"Ah, benar sekali." Elliot tersenyum cerah. "Kalau begitu, barangkali kita bisa saling bercerita. Kukira kalian sudah cukup dekat karena kegaduhan tadi, tetapi aku tak mengenal kalian dengan cukup baik. Aku tahu Elena, karena kita sudah bertemu sejak ... kapan, Elena? Satu bulan, ya? Tetapi aku juga tidak tahu banyak tentangmu, apalagi kau, Caellan."

Caellan mengangkat bahu. "Ya, baiklah. Mulai dari mana—makanan dan minuman favorit? Musik yang kusukai?"

"Apa maksudmu?" Elena terkekeh. "Memangnya kau gadis usia dua belas?"

"Berapa umurmu, Caellan?"

"Dua puluh."

"Sungguhan?" Elliot mengangkat alis. "Dengan posisimu di Vandalone dan sebagainya, kukira kau sudah berusia setidaknya 25 tahun."

"Ah, apa aku terlihat setua itu?"

"Bagiku kau nampak dewasa dan menawan," kata Elena malu-malu. "Gaya berpakaianmu sangat baik. Pemuda seusiamu masih suka pakai kemeja saja dan celana gantung. Kau sering pakai jas, kulihat?"

"Karena aku harus sering menemani kakak angkatku untuk bisnis," kata Caellan sembari melipat tangan. "Benar juga. Kalau kupikir-pikir, semenjak aku lulus sekolah, aku harus mengganti gaya berpakaianku untuk menyamai para pria dewasa di rumah."

"Aku jadi penasaran karena itu," kata Elliot. "Bagaimana perasaanmu? Kau terbiasa hidup bersama para manusia ... kemudian kau bertemu lagi dengan adikmu dan ternyata dia membawa vehemos bersamanya. Kukira kau tidak banyak berinteraksi dengan para monster karena bergabung dengan Vandalone."

Caellan menatap tajam. Pemuda ini boleh saja masih berusia empat belas, tetapi sekali lagi—dia ditata untuk berpikir lebih kritis daripada usianya sendiri. Dia mengingatkan Caellan akan Rayford.

"Mengejutkan, tentu saja," kata Caellan. "Meski kuakui sesungguhnya vehemos bukanlah hal yang asing bagiku, tetapi ... nah, aku akan bertanya kembali kepada kalian. Bagaimana rasanya dipertemukan kembali dengan teror yang kini merusak adikmu?"

Kedua bocah di hadapannya saling tatap dengan penasaran. Ini sesuatu yang baru bagi mereka.

"Apa maksudmu?" tanya Elliot. "Kau pernah berhubungan dengan vehemos yang menguasai adikmu?"

Caellan terdiam sejenak. Ia tak segera menjawab, melainkan menimbang-nimbang keuntungan yang didapatnya jika menceritakan masa lalu mengerikan kepada kedua bocah ini. Apa untungnya? Caellan hanya akan membangkitkan ketakutannya. Baru-baru ini dia bermimpi tentang iblis sialan itu, dan ....

Ah, tunggu. Ini barangkali lebih baik.

Elliot bisa saja bertanya-tanya soal Vandalone dan itu lebih buruk daripada menguak masa lalunya bersama Par. Menyadari potensi yang dihadapi membuat Caellan meremas jemarinya dengan kesal, lantas menghela napas dengan berat hati.

Mimpi buruknya tidak sebanding dengan harga yang harus dibayar seandainya Elliot mencoba mengulik informasi tentang Vandalone. Elena akan tahu rahasianya dan rencananya gagal. Mimpi buruk bodoh itu toh pernah datang berkali-kali, dan Caellan membawa persediaan obat-obatan.

"Yah." Caellan mengusap wajah. "Darimana aku harus memulai? Mungkin ... mungkin ini bisa membantu kalian untuk memahami apa yang terjadi antara aku dan Rayford, serta iblis keparat itu. Iblis itu menghancurkan kami berdua."

Bersamaan dengan kereta yang mulai melaju, Caellan pun memutuskan untuk bercerita secara singkat bagaimana Par meneror Caellan muda yang masih berusia enam tahun, kemudian berpindah kepada Rayford, dan berujung pada kemungkinan Par menjadi dalang kaburnya Rayford, padahal mereka baru saja berkumpul setelah sekian lama terpisah. Bukan hal yang mudah untuk diceritakan, tetapi Caellan tak perlu menyertakan emosinya. Lebih baik seperti itu. Lagipula ini efektif untuk membuat Elliot tertarik sepenuhnya dan Elena kembali kalut. Mereka tidak akan mungkin bertanya-tanya tentang hal selain ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top