15.2 Sesak Sanubari

Rayford mendesah. "Aku belum cerita padamu," katanya. "Tentang perbudakan."

Benar saja, ekspresi Caellan yang berubah tegang membuat Rayford yakin jika lelaki itu berusaha menghindarinya. Tak apalah, toh Rayford yang mengangkat topik ini. Caellan harus tahu jika Par, yang pernah dianggapnya saudara, sebenarnya hidup di dalam Rayford bahkan jauh sebelum perbudakan itu terjadi.

"Mm, aku undur saja waktu kejadiannya," gumam Rayford. "Kau ingat pembicaraan kita di hutan dahulu, tentang aku yang mampu mencium baumu yang serupa dengan Debri? Kau, dan ... iblis?"

"Ya."

"Kau sungguh-sungguh pernah berhubungan dengan iblis itu?"

Caellan mengalihkan pandangan, membuat Rayford curiga Par sebenarnya mengganggu Caellan, bukan menciptakan hubungan harmonis yang membuatnya pantas disebut "saudara". Melihat kelakuan Par selama beberapa saat ini, Rayford yakin jika Par pernah mengusik Caellan, dan entah bagaimana berpindah kepada Debri.

"Berhubungan ... aku tidak tahu apa tepatnya, tetapi tidak pernah ada ikatan yang pantas disebut sebagai hubungan." Caellan terdengar enggan. "Iblis itu bernama Par, dan dia menggangguku saat masih muda. Kau ingat kisahku tentang menaiki kapal saat usia enam? Tak lama setelah itu ... saat aku terdampar di Gerbang Selatan ... Par datang."

Rayford menelan ludah. "Memang Par, ya?"

"Kau mengenalnya?" Caellan menatap tajam. "Aku curiga akan sesuatu. Kau mengenal Par. Dan, mengapa matamu sangat pucat? Tolong jangan bilang kalau ...."

Rayford mengangkat bahu. "Par datang melalui tubuh Debri ke desa. Dia kemudian merasukiku dan Debri tewas. Sejujurnya, Par sudah bersamaku saat kita bertemu. Karena itu bisa kukatakan bahwa kalian memiliki bau serupa, dan mengapa Debri kemungkinan ada kaitan denganmu. Karena kalian sama-sama pernah disentuh Par."

Caellan tiba-tiba memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Reaksi itu tidak terduga bagi Rayford. Yang jelas, Caellan pasti marah kalau tahu, dan itu benar. Caellan kemudian mengusap wajah, menghela napas besar sekali lagi, dan menatap Rayford lagi dengan sayu.

"Dia masih di sana? Di tubuhmu?" suaranya tercekat.

Rayford mengangguk pelan. "Par sempat meninggalkanku saat aku kabur dari desa. Lantas aku terseret perbudakan dan menjadi bahan percobaan para ilmuwan gila di situ. Aku disuntikkan sel-sel iblis. Dan ... dan coba tebak? Aku curiga jika para ilmuwan itu memiliki sel Par dan menyuntikkannya kepadaku setelah mengetahui identitasku. Guru selalu menjadi sasaran utama untuk percobaan itu, karena kami dilatih untuk membawa banyak kehidupan di satu tubuh."

"Aku kurang paham."

"Ya, maksudku, entah bagaimana para ilmuwan itu punya sel Par. Saat aku pertama kali dijadikan kelinci percobaan, mereka mengambil darahku dan mengetesnya. Mereka akhirnya tahu kalau aku membawa sel Par, kemudian menambahkan sel-sel yang mereka miliki. Aku tahu itu, karena mereka selalu menyuntikkan cairan yang sama, dan setiap kalinya aku selalu bermimpi bertemu Par. Puncaknya, Par menawarkan aku untuk bekerja sama lagi. Aku disuntik untuk tahap akhir saat itu."

Caellan melotot mendengarnya. "Mereka punya sel Par? Khass—maksudku, Rayford—apa kau tahu siapa ilmuwan-ilmuwan itu?"

"Kepala ilmuwannya bernama Desmond."

"Desmond?" Caellan terperangah. "Astaga, aku tidak tahu jika harus mengatakan ini kepadamu sejak awal, tetapi sepertinya takdir mempermainkan kita!"

Rayford terheran-heran saat Caellan keluar kamar dengan langkah lebar. Ia cepat-cepat mengekorinya menuju lantai dasar, berbelok ke dapur, memasuki ruang penyimpanan, kemudian membuka sebuah pintu kecil yang tersembunyi di sana. Rayford mengernyit melihat Caellan bersusah payah melewati pintu itu.

"Ayo," kata Caellan. "Kau harus tahu ini secepatnya."

"Apa maksudmu?"

"Akan kutunjukkan ruang kerja Da," kata Caellan. "Dan seandainya Profesor Desmond yang kaumaksud adalah Desmond yang kukenal, maka tamatlah riwayat kita."

Rayford tidak tahu apa yang sedang menantinya, tetapi perutnya terasa bergejolak. Ia tidak akan menyukai ini. Bagaimana bisa Caellan mengenal Desmond? Apa kaitannya dengan Aland Caltine? Rayford semula sudah skeptis dengan kenyataan bahwa mendiang ayahnya adalah seorang ilmuwan ... Namun—oh! Apakah kedua ilmuwan ini ternyata berhubungan?

Jika Aland Caltine, ayahnya, ternyata memang mengenal Desmond, jadi apakah selama ini Desmond tahu jika Rayford adalah putra kawannya sendiri?

Dan, masih tetap menyuntiknya dengan sel iblis selama setahun di perbudakan?

"Biar kuperjelas," ujar Caellan. Mereka tengah menuruni tangga curam yang sangat sempit. Rayford tidak terlalu bisa melihat jelas sekelilingnya, namun permukaan dinding begitu kasar dan ... lembap. Ia yakin jika ada penerangan yang cukup di sini, maka akan nampak cat dinding yang mengelupas dan berjamur. "Par meninggalkanmu saat kau kabur dari desa, benar? Lalu kau dijadikan kelinci percobaan di situs perbudakan. Di sana, mereka mengambil sampel darahmu dan menemukan sel Par yang terkandung di dalamnya. Sejak saat itu, mereka selalu menyuntikkan cairan yang sama ke tubuhmu, dan kau mencurigainya sebagai sel Par yang mereka miliki sejak awal. Begitu?"

"Ya," Rayford menjawab lambat-lambat. Ia lebih terpukau dengan kenyataan bahwa ada ruang bawah tanah di rumah itu. Hanya ada satu pintu di ujung, dan indera penciuman Rayford yang tajam membuatnya semakin waswas.

Ada banyak bau iblis yang saling berpilin di udara. Caellan pun nampaknya bisa merasakan itu. Keringat dingin merembes di leher masing-masing saat Caellan membuka kunci pintu.

"Baiklah," kata Caellan. "Aku akan menunjukkanmu ruang kerja Da. Aku tidak tahu apakah kau akan merasa takut dan trauma dengan ini karena kau pernah menjalani percobaan Desmond. Mereka berdua ilmuwan di bidang yang sama, jadi ...."

"Maaf, apa?"

Caellan menggigit bibir. Ia nampaknya salah mengucapkan informasi, tetapi Rayford sudah terlanjur mengetahuinya. "Maksudku ... ya, dan seharunya kau juga sudah tahu kalau membaca koleksi buku Da ... maksudku, Da dulunya adalah peneliti iblis. Atau, vehemos dalam bahasa ilmiahnya. Beliau meneliti mereka, membawa sebagian tubuh ke dalam ruang kerjanya. Kuharap kau tidak akan trauma."

Rayford merasakan gelegak amarah di hati, tetapi dengan cukup bijak memilih untuk menahannya. "Tidak apa-apa," dustanya. "Aku perlu tahu jika Desmond mengenal Da atau bagaimana."

"Aku yakin Desmond yang kaumaksud adalah yang kukenal." Caellan mengulang ucapannya tadi. "Saat kau baru lahir, aku ingat Da pernah mengajak rekan-rekan kerjanya berkunjung. Ada yang bernama Desmond, dan dia juga ilmuwan semacam Da."

Caellan kemudian mendorong pintu terbuka dengan perlahan. Jantung Rayford berdegup kencang, dan ketika hawa penuh aroma iblis itu menyerbu hidungnya, Rayford terperanjat.

Ruang kerja Aland Caltine tidak lebih besar dari sebuah kamar tidur, bahkan mungkin sedikit lebih sempit, dan itu karena tabung-tabung raksasa yang memenuhi lantai dan menjulang hingga langit-langit ruangan. Setidaknya ada tiga tabung, dan tak ada yang lebih mengerikan daripada makhluk-makhluk yang terkungkung di dalamnya, terendam dalam cairan yang sesekali menelurkan gelembung udara. Ketika lampu dinyalakan, Rayford terkejut dengan cahaya biru dan hijaunya yang menyiksa mata. Ia mengerjap beberapa kali, membiasakan matanya dengan sorot cahaya yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, dan tiap kerjapan selalu diiringi sorot intens para makhluk yang berenang di dalam tabung.

Tabung yang berhadapan langsung dengan pintu menyegel seorang—atau seekor, yang mana saja semaumu—manusia setengah ikan. Hampir serupa dengan makhluk di buku dongeng anak-anak, hanya saja vehemos ini memiliki selaput tipis yang bertulang, melintang dari pergelangan tangan hingga pinggangnya, dan sirip yang tajam mencuat dari balik punggung, menurun hingga dasar sirip. Kepalanya agak pipih, panjang, dan sebagai-mana ikan pada umumnya, kedua matanya yang bulat dan menonjol itu terletak di kedua sisi wajah. Giginya tajam dan bibirnya lebar, mencecap gelembung-gelembung yang kabur dari mulut bergeliginya.

Rayford terpukau. Ia pernah beberapa kali bertemu dengan vehemos air, terutama yang menghuni sungai di dekat desa, dan bertemu dengan jenis yang sama membuatnya sedikit rindu dengan sensasi air sungai yang begitu sejuk dan membekukan. Sayang, air di tabung ini sepertinya tidak sesegar sungai di desa! Kendati airnya jernih, Rayford bisa melihat ada kotoran-kotoran kecil yang mengapung, barangkali belum tersedot oleh pipa-pipa yang menembus dinding di belakangnya, dan vehemos itu jelas tersiksa dengan kualitas air yang terkontaminasi kotorannya sendiri. Oh, betapa Rayford tiba-tiba ingin melepaskannya dan meminta maaf atas kesalahan yang bukan miliknya! Seandainya jika hanya mendiang Aland Caltine yang merawat mereka, lantas berapa lama para vehemos itu dibiarkan tersiksa di sini? Hampir empat belas tahun lamanya!

Ya Tuhan!

Sementara itu Caellan nyaris pingsan, tetapi ia berusaha menguatkan diri dengan menghampiri meja kerja Aland Caltine yang terletak di sisi lain pintu. Ia mengabaikan desisan para makhluk penghuni tabung-tabung yang lebih kecil di sekeliling meja, meraih pigura paling besar, lantas menyerukan nama Rayford.

"Lihat ini." Caellan menyodorkan pigura ke hadapan Rayford. Di foto yang berbingkai itu, ada sekitar dua puluhan pria dalam seragam laboratorium serupa. Sebagian duduk di kursi, dan sebagian lagi berdiri dengan rapi. Wajah-wajah yang dipotret menyiratkan ekspresi yang sama—kekesalan tertahan, kelelahan, tetapi ada ambisi yang belum padam di mata mereka yang menyala-nyala. Dan, di antara dua puluh ilmuwan itu, Rayford lebih mudah mengenali sebuah wajah daripada ayahnya sendiri. Wajah itu berdiri tepat di samping Aland Caltine, merangkul bahunya dengan kejahilan khas ilmuwan paling muda yang ingin memberikan suasana santai saat berfoto bersama para seniornya.

Desmond. Itu wajah Desmond. Dan, sekali lagi, dia merangkul bahu Aland Caltine.

Caellan menghela napas saat jemari Rayford tanpa sadar mengarah pada posisi Desmond, lantas mengetuk-ketuknya seolah tidak memercayai apa yang dilihatnya. Caellan bersandar pada meja, menolak untuk membalas tatapan para vehemos yang melotot kepadanya.

"Ya, itulah Desmond yang kumaksud, Rayford, dan kau sudah tahu. Jadi, memang dia yang kautemui di sana?"

Alih-alih menjawab, dengan kebingungan Rayford mengarahkan jarinya pada sebaris tulisan keterangan di bawah foto. "Persaudaraan con Caltine, Dinasti Cortess. Apa maksudnya? Dinasti Cortess ... Dinasti ... Dinasti penguasa Nordale? Penjajah kita?"

Caellan menelan ludah. Oh, dia tidak menyangka Rayford akan menanyakan hal itu. Bukankah seharusnya pusat perhatian Rayford terletak pada kenyataan bahwa ayah mereka dan Desmond bersahabat?

"Caellan, kunci rumah itu ... ada tulisan con Caltine, tetapi mengapa kau kerap menyebutkan marga kita tanpa ada kata con, apakah berbeda?"

"Harusnya berbeda," kata Caellan, dan suaranya yang tercekat membuat Rayford menatapnya. Oh, kedua matanya sudah basah, dan itu membuat Caellan enggan memandang lama-lama. Dia melirik ke arah foto di genggaman Rayford.

"Aku akan menjelaskan secara rinci nanti, tetapi singkatnya, marga kita sebenarnya adalah con Caltine."

"Ya, dan apa bedanya?" desak Rayford, seolah-olah sedang dikejar sesuatu. Kenyataannya Par ikut memburu-buruinya di dalam benak, bersorak-sorak.

"Con Caltine adalah klan terbesar kedua di Dinasti Cortess," kata Caellan bimbang. "Kita merupakan generasi termuda mereka menurut garis keturunan biologis. Hanya saja, kakek kita telah melepaskan diri dari con Caltine, memotong nama marga, sehingga Da dan kita terlahir dengan hanya marga 'Caltine'. Namun, sesungguhnya semua perbuatan ini tidak diakui oleh Dinasti Cortess, sehingga ... sehingga, yah, sebenarnya kita masihlah bagian dari Dinasti Cortess. Kita keturunan si penjajah."

Rayford terbengong-bengong.

"Kita masih kerabat para raja dan ratu Cortessian seratusan tahun lalu dan, ya, orang-orang yang menggagas perbudakan di situs-situs ... mereka semua masih memiliki hubungan kerabat dengan kita dan ... oh."

Caellan tak melanjutkan kata-katanya ketika Rayford tiba-tiba menunduk, air matanya jatuh, dan dengan gemetaran dia berbisik kepada dirinya sendiri. Jemarinya meremas foto itu dengan penuh kebencian.

"Ray?"

"Par?" Rayford berbisik pada dirinya sendiri, kepada iblis jahanam yang mendiami alam pikirnya. "Kau—kautidak bilang kalau jadi Rayford bisa sesulit ini ...."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top