04. Tidak Ada Tempat Seperti Rumah (Benedict rute)

7 tahun kemudian. 31 Mei 20xx.

Sudah beberapa tahun dan anggota jaringan bawah tanah lainnya tidak lagi seaktif dulu. Terutama soal kematian orang lain dan Gustave kini menghilang... begitu juga dengan 'murid kesayangannya.'

Dan [name] tau siapa yang dimaksud.

Banyak hal yang berubah ketika Benedict pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal dengan baik. Tak pernah terdengar kabar dari arah manapun terkait keberadaan pria itu.

[Name] berusaha menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Yang harus dirinya akui, kehidupannya kini berjalan lancar tanpa ada hambatan maupun ancaman. Kariernya dalam bidang diinginkan pun semakin baik dari hari ke hari. Tidak ada masalah yang terjadi selama hidupnya, sekalipun Sunny dan petinggi lainnya tidak begitu menggunakan pengaruh mereka lagi, serta Nikolai Kisselyov tidak lagi menjabat menjadi presiden.

Dia telah digantikan oleh seseorang yang wajahnya dikenali [name] dengan sangat baik. Tapi siapa pun mereka, itu bukan urusannya. Toh, [name] lebih memprioritaskan kehidupan pribadinya daripada ketenaran. [Name] tidak akan ambil pusing selama orang-orang tidak menganggu kehidupan pribadinya.

Benedict... mungkin adalah pengecualian dari kelompok mereka.

Seharusnya Benedict bukan urusannya. Tidak setelah pria itu pergi meninggalkannya tanpa kabar dan kekayaan yang bisa menghidupi [name] dan lainnya sampai turunan berikutnya. Meskipun di antara harta itu merupakan sesuatu yang bisa saja dirampas dari 'orang-orang yang malang'. [Name] akan tetap menggunakannya.

Memang seperti itu pekerjaan Benedict dulu. Yang menjadikannya alasan untuk kabur, dan kemudian melakukannya lagi untuk yang kedua kalinya.

Tidak ada yang mengetahui ke mana perginya Benedict. Bahkan ketika [name] telah melakukan beragam upaya untuk mencari keberadaan pria yang seolah ditelan bumi. [Name] bertanya-tanya apa Benedict baik-baik saja? Apa ia makan dengan baik? Siapa yang akan memeluknya ketika cuaca sedang badai nanti? [Name] ingat beberapa waktu lalu pria itu bisa bermimpi buruk ketika hujan deras menerpa. Lalu....

Atau apakah pria itu masih hidup?

[Name] hanya melamun, memandang kosong ke arah televisi yang menyiarkan soal pengangkatan pemimpin keluarga Rothwell yang terbaru atau berita konflik dunia lainnya. Yang sejujurnya tidak begitu menarik perhatian [name].

Kalaupun ada... itu mungkin berada di dekatnya....

Dia bertanya-tanya. Bagaimana reaksi Benedict jika pria itu kembali kelak.

------

Sekarang, tepat tanggal 1 Juni.

Rutinitas [name] masih berjalan seperti biasa. Dia berusaha menjalankan kehidupan sebaik mungkin. Dia kembali ke kediamannya seperti biasanya.

Sebelum [name] sampai di depan pintu tempat tinggalnya. Dari kejauhan, terlihat seorang pria dengan rambut pirang gandum berada di depan tempat tinggalnya. Dia nampak terdiam dengan wajah datar. Namun [name] tau dia cukup gelisah, pemuda itu pasti tengah berpikir apa ingin mengetuk atau tidak.

[Name] sendiri tidak mengenali sosok ini. Bahkan dalam ruang lingkup keluarganya atau kenalan Benedict. Dia tidak mengingat ada wajah sosok itu dalam ingatannya. Yang bisa [name] ketahui, pria itu mungkin lebih muda darinya dan kini berbalik menatapnya....

"Oh. [Name]. Akhirnya aku menemukanmu!"

Pria yang lebih muda itu mengetahui namanya [name] . Wajahnya terlihat penuh keyakinan karena mengetahui kalau dia bermaksud mencari [name] dan berhasil menemukannya. "Aku Hope, mantan rekan kerja Bandit."

"Kau bisa percaya padaku. Aku tau kau penasaran dengan keberadaan pria itu. Kebetulan sekali baru-baru ini aku menemukannya di mana tempat persembunyiannya." Dia langsung menjelaskan tanpa sempat membuat [name] membuka mulut. Seolah jika tidak dikatakan sekarang maka dia akan lupa. Di satu sisi tidak ada orang di sekitar mereka. Sosok yang menyebut dirinya 'Hope', sempar terlihat waspada dengan sekitarnya.

"Mungkin cukup jauh. Apa kau tidak masalah dengan itu?"

Pria dengan surai serupa gandum itu memainkan kedua jari tangannya dengan pelan. Mungkin karena dia sempat ragu untuk mengatakan sesuatu awalnya. "Tapi kau harus berjanji padaku untuk tidak memberitahukan siapapun soal keberadaanku dan Benedict. Dan tidak juga pada tetangga sekitar."

Tidak butuh waktu lama bagi [name] untuk menerima tawaran itu.

-----

Padang rumput dan lupin liar memanjakan matanya selama perjalanan. Dari Reykjavik, mereka langsung memesan tiket pesawat agar bisa tiba di Selfoss dengan lebih cepat. Lalu agar lebih mudah, mereka menyewa mobil untuk tiba ke tujuan yang dimaksud Hope.

Setelah semua yang serba mendadak. [Name] segera mengemasi barangnya dan terbang menuju negara yang terletak di bagian utara dunia. Karena hal mendadak ini pula --serta ketidaksabaran [name] dan Hope--. Mereka tiba di sini tepat pukul 9 pagi.

Selama perjalanan panjang itu pula. Mereka tidak saling berbicara. Mungkin Hope hanya banyak berbicara ketika berada di rumahnya lalu mengajak [name] pergi menemui Benedict setelahnya. Pemuda itu benar-benar tutup mulut dan memang berniat membawa [name] ke tempat pria itu berada.

Tidak banyak rumah yang ada di Islandia, tempat itu begitu lapang dengan padang rumput dan tundra yang bisa dilihat sepanjang jalan. [Name] sibuk menghitung kendaraan yang bisa dilihat dengan menggunakan jari, sementara Hope begitu lihai berkendaraan di jalanan yang terbilang terjal seperti ini. Tidak banyak jalanan yang mendatar. Terutama saat pemuda itu membawa mereka melalui perbukitan yang telah memiliki akses jalan aspal.

Sesekali [name] bisa menemukan bangunan besar yang ternyata toko atau beberapa rumah penduduk berukuran kecil dan saling berjauhan antar jarak.

Dari kejauhan, [name] melihat ada bangunan yang lebih besar daripada bangunan yang mereka lewati sebelumnya. Warna putih dan merah bata adalah perpaduan yang cocok untuk coraknya di sana. Untuk ukuran bangunan yang sempat mereka lewati. Tempat itu nampaknya diperuntukkan untuk menampung banyak orang....

"Kita sudah sampai."

Seperti dugaannya. Hope membawanya ke bangunan tersebut. Pemuda itu memarkirkan mobil di depan sebuah bangunan tanpa masuk ke halamannya secara langsung. Pria itu nampaknya tidak khawatir menaruh kendaraan rental ini di pinggir jalan, sementara [name] akhirnya bisa membaca tulisan yang ada di pagar betonnya....

'Haus der Hoffnung'

Itu adalah rumah sakit jiwa.

[Name] menatap pria bernama Hope itu dengan penuh selidik. Sedangkan Hope sendiri masih mempertahankan senyum lirihnya.

"Informasi terakhir yang sempat kudengar... Ia sekarang berada di sini."

Hope seketika menjawab pertanyaan yang terlintas di otaknya. Netra amber itu memandangnya dengan agak sayu, namun juga miris entah kenapa. "Aku tau sulit rasanya menemuinya. Setelah betapa brengseknya ia meninggalkanmu."

"Jika memang kau tak ingin menemuinya kita bisa pergi. Setidaknya rasa penasaranmu sudah sirna bukan?"


[Bagaimana tanggapanmu?
Tuliskan juga deskripsi singkat tentang keadaanmu beberapa tahun kemudian. Entah itu soal bisnis, keluarga, pendidikan, atau asmara untuk menjabarkannya]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top