Part 5
Veanye duduk di bangku taman kampus, pikirannya menerawang jauh mengingat kejadian kemarin. Ada rasa kasihan ketika melihat Anthony kesakitan seperti itu. Apakah mungkin dirinya terlalu jahat selama ini pada Anthony?
" Hei... Kenapa melamun? " suara Sam tiba-tiba menginterupsi pikiran Veanye agar kembali pada dunianya.
" Oh...Sam." balas Veanye.
Matanya menatap laki-laki yang kini telah duduk di sampingnya. Laki-laki yang beberapa tahun terakhir ini menjadi sahabat terdekatnya. Padahal Veanye anti pada makhluk yang bernama laki-laki. Tapi entah kenapa bersama Sam dia merasa nyaman.
Saat dia asik memperhatikan Sam tiba-tiba terlintas bayangan Anthony yang sedang tersenyum manis padanya. Dan itu membuat bibir Veanye entah kenapa ikut tersenyum.
" Hei...kau melamun lagi. " tepukan di pundaknya membuyarkan lamunannya akan Anthony.
" Tidak apa-apa Sam. " balas Veanye membuang wajahnya.
" Apakah Bibi Jessy baik-baik saja? " tanya Sam kemudian.
"Ibuku baik-baik saja Sam." jawab Veanye meyakinkan sahabatnya ini.
"Lalu apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Sam yang penasaran.
" Tidak ada. " jawab Veanye singkat.
" Benarkah. " ucap Sam penuh selidik.
" Benar Sam. " tegasnya.
" Baiklah aku percaya. " ucapnya menyerah.
Kali ini Sam memilih diam dan menatap gadis di sampingnya. Gadis yang telah membuat dunianya yang hitam kelam menjadi lebih bersinar.
" Ada apa? " tanya Veanye yang sedikit bingung dengan tatapan Sam.
" Apa aku pernah mengatakan kalau kau cantik? "
Ucapan Sam membuat Veanye sedikit merona.
" Mungkin kau orang pertama yang mengatakannya selain ibuku. " balasnya sambil tersenyum manis.
Sam terkekeh. " Wow berarti aku sangat beruntung. "
" Benar, Tuan Samuel Lucard. "
Setiap kali melihat Veanye tersenyum membuat jantungnya berdegup kencang. Sam telah tertarik pada Veanye sejak dia pertama kali melihat gadis itu hampir di tabrak mobil dan Sam lah yang menyelamatkannya waktu itu.
" Apa kau lapar? " tanya Veanye membuyarkan lamunannya.
" Mungkin sejak tadi cacing dalam perutku sudah kelaparan. " ucap Sam di barengi tawa kecil dari bibirnya.
" Baiklah kalau begitu ayo kita makan. " ajak Veanye kemudian.
Sam baru beranjak dari duduknya ketika Veanye sudah berjalan meninggalkannya. Pikirannya kembali melayang. Apakah dirinya bisa memiliki gadis itu seutuhnya?
***
Renata menatap malas pada laki-laki dihadapannya yang sekarang sedang bermain bersama putri kecilnya.
" Aku pikir kau tidak perlu berada disini. "
Ucapnya sedikit sinis.
Anthony menatap sekilas kemudian kembali fokus pada Vae.
" Anthony aku sedang bicara padamu. " sekarang Renata benar-benar kesal di buat nya.
" Lalu. "
Renata tak percaya dirinya daritadi berbicara tapi Anthony hanya meresponnya dengan kata lalu.
" Apa tidak ada kata selain kata lalu yang bisa kau ucapkan. "
Anthony sekarang menatap Renata dan menghembuskan napasnya.
" Anthony," panggilnya keras sedikit berteriak membuat Vae langsung menangis.
Anthony dengan sigap menenangkan Vae. " Vae cantik jangan menangis sayang, cup cup cup. "
Renata mendengus sebal. " Berikan Vae padaku. "
Renata mengambil Vae dari pangkuan Anthony.
" Aku akan pulang sekarang, tidak ada gunanya aku disini. "
Anthony terkekeh. " Ayolah Renata kau baru saja tiba dan secepat itu kau ingin pergi. "
Renata tidak menanggapinya, dia lebih fokus menenangkan Vae yang menjadi sedikit rewel karena ulahnya tadi.
" Aku sedang sakit Renata, dan kau tidak mau menemaniku. "
" Kau tidak sedang sakit. " potong Renata.
Anthony terkekeh. " Tapi dokter mengatakan kalau aku masih sakit Renata. "
" Iya kau sakit, otakmu yang sedang sakit. "
Anthony kembali terkekeh kali ini sambil menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak tahu rencana apa yang ada dalam otak mu itu Anthony dan aku tidak ingin terlibat. "
Kali ini Anthony tertawa. " Aku tidak mempunyai rencana apa pun Renata, dokter menyuruhku untuk istirahat karena luka di tanganku belum pulih. "
" Itu hanya alasan yang kau buat-buat, sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi hingga kau kembali masuk rumah sakit, bukankah kau sudah pulang seminggu yang lalu. " tanya Renata sedikit heran. Tadi pagi dia menelepon rumah Anthony tapi pelayan mengatakan bahwa Anthony kembali masuk rumah sakit.
Renata sangat terkejut dan khawatir kemudian akhirnya dia berada di rumah sakit ini bersama laki-laki yang terlihat sehat-sehat saja.
" Tidak terjadi apa-apa Renata, kemarin hanya terjadi benturan kecil lalu sedikit sakit kemudian aku memeriksakannya tapi dokter menyuruhku untuk menginap hingga hasil pemeriksaan keluar. "
Anthony menjelaskan semuanya sebelum Renata benar-benar marah padanya. Dia tahu kalau istri sahabatnya ini sangat mengkhawatirkan keadaannya. Tetapi dia tidak akan bilang kalau ini semua ada hubungannya dengan Veanye, gadis yang telah membuat dirinya gila.
" Baiklah aku percaya padamu, tapi aku tidak ingin lagi melihatmu terbaring di rumah sakit, itu merepotkan sekali. " ucap Renata sedikit kesal tapi sebenarnya dia sangat khawatir.
" Terimakasih Renata, kau sudah mengkhawatirkanku. "
" Jangan besar kepala aku tidak mengkhawatirkanmu. " elaknya.
Anthony terkekeh. " Kenapa kau menjadi sangat menyebalkan setelah menikah dengan Dev. "
Renata hanya melirik ke arahnya. " Aku akan pulang sekarang. " ucapnya lagi setelah melihat Vae yang sudah terlelap dalam gendongannya.
" Nampaknya Vae tertidur. " ucap Anthony yang juga memperhatikan gadis kecil yang sedang terlelap dalam gendongan ibunya.
" Memang seharusnya dia tidur saat ini. " balas Renata kemudian mencium kening putrinya.
" Baiklah terimakasih kau sudah mau datang kemari. "
" Aku tidak akan datang kemari lagi, kau mengerti. " ancamnya.
Anthony terkekeh. " Baiklah nyonya Archelaus. "
Renata memeluk Anthony sebentar kemudian berjalan meninggalkannya hingga dirinya sudah menghilang di balik pintu. Kemudian Anthony merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Rasanya bosan hanya tidur, dia tiba-tiba ingat Veanye. Apa yang sedang gadis itu lakukan sekarang?
***
Sudah hampir sepuluh menit Veanye hanya mondar mandir di depan kamar Anthony. Perasaannya tidak enak semenjak tadi malam bahkan itu membuatnya tidak bisa tidur. Dia terus mengingat kejadian siang itu dimana dirinya telah membuat Anthony masuk rumah sakit. Dirinya sangat khawatir bahkan ketika di kampus ,pelajaran yang di berikan dosen tidak ada yang masuk dalam otaknya. Pikirannya terus mencemaskan keadaan Anthony. Dan akhirnya dia memutuskan untuk datang menjenguk Anthony.
Tadi dia bertanya di lobby rumah sakit apakah masih ada pasien bernama Anthony yang di rawat di rumah sakit ini. Dan ternyata masih ada. Tetapi Veanye berharap itu bukan Anthony yang telah menciumnya malam itu. Mungkin namanya saja yang sama karena Veanye tidak mengetahui nama lengkap Anthony.
Tetapi tadi sewaktu dia berjalan menuju kamar inap Anthony, dia melihat Renata keluar sambil menggendong putrinya. Untung saja Veanye segera bersembunyi supaya Renata tidak bisa melihatnya. Apa jadinya jika Renata tahu dia datang untuk menjenguk Anthony. Sekarang Veanye percaya kalau Anthony yang menyebalkan itu masih di rawat di rumah sakit ini setelah melihat Renata.
Akhirnya Veanye berani membuka pintu kamar Anthony setelah mengambil napas dan menghembuskannya.
Anthony sedang memejamkan matanya ketika ada suara pintu dibuka.
" Apa ada yang ketinggalan Renata? " tanyanya tanpa membuka matanya.
Hening
Tak ada jawaban. Akhirnya Anthony membuka matanya dan dia sedikit terkejut melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang. Gadis yang baru saja di pikirkannya sekarang ada di hadapannya.
Veanye tersenyum canggung.
" Hai."
Hanya kata itu yang bisa terucap dari bibirnya.
Anthony masih menatapnya heran. Mungkin dia sedang berhalusinasi sekarang karena memikirkan gadis itu.
Dia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Sampai terdengar suara hembusan napas.
Anthony kembali terduduk dan menatap gadis itu.
" Veanye? " tanyanya kemudian setelah hampir tidak percaya.
Veanye hanya menghembuskan napasnya dan menatapnya sebal.
" Maafkan aku, tadi aku berpikir kalau aku sedang berhalusinasi saja ketika melihatmu. " ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maksudmu ? " tanya Veanye sedikit tidak mengerti.
" Sudahlah lupakan. " ucap Anthony.
" Bagaimana keadaanmu?" tanya Veanye kemudian.
Anthony berusaha untuk tidak tersenyum ketika melihat Veanye mengkhawatirkan dirinya. Hatinya merasa sangat bahagia.
" Dokter mengatakan aku harus istirahat selama satu minggu di rumah sakit dan aku menolaknya. " ucap Anthony.
Entah darimana dia bisa berbicara bohong pada Veanye padahal dokter hanya menyuruhnya tinggal satu malam hanya sampai hasil pemeriksaan keluar bukan satu minggu.
" Kenapa kau menolak? " tanya Veanye yang merasa laki-laki ini terlalu keras kepala.
" Di rumah sakit itu membosankan tidak ada yang bisa aku lakukan selain berbaring di ranjang. " keluhnya.
" Tapi keadaanmu memang belum pulih. " balas Veanye.
" Ya mungkin aku akan baik-baik saja sebelum kau mendorongku dan menyebabkan aku harus tinggal di rumah sakit lagi. " sindirnya.
Kata-kata Anthony langsung membuatnya terdiam untuk beberapa saat. Sampai bibirnya mengeluarkan kalimat yang penuh dengan rasa penyesalan.
" Maafkan aku. "
Anthony kembali terkejut. Pertama tiba-tiba gadis itu datang menjenguknya kedua dia kini minta maaf lagi.
"Sudahlah tidak perlu minta maaf lagi, ini semua juga bukan murni kesalahanmu."
Anthony beranjak dari ranjangnya.
" Kau mau kemana? " tanya Veanye heran.
" Pulang. " balas Anthony singkat.
" Tapi kau belum sembuh, bukankah dokter mengatakan kalau kau harus tinggal di rumah sakit selama satu minggu. "
" Persetan dengan dokter, aku sudah bosan di sini. "
" Kau tidak boleh pergi kemana-mana. " perintah Veanye.
" Apa pedulimu Nona? "
" Aku peduli karena aku yang menyebabkan kau masuk rumah sakit. " ucap Veanye tak mau kalah.
" Sudah ku katakan kalau ini semua bukan murni kesalahanmu. " tegas Anthony.
Veanye berjalan mendekati Anthony dan menarik lengannya hingga dia terduduk lagi di ranjangnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Anthony yang heran dengan sikap Veanye hari ini.
" Menyuruhmu untuk kembali ke ranjangmu dan beristirahatlah, kau mengerti." perintahnya.
" Tidak, aku menolak." balas Anthony yang sudah kembali berdiri, tapi tangannya di cekal oleh Veanye.
" Apa yang kau lakukan?" tanya Anthony terkejut.
" Aku akan datang setiap hari ke rumah sakit selama satu minggu,apa itu bisa membuatmu mau untuk tetap tinggal disini sampai kau benar-benar sembuh dan dokter menyuruhmu pulang." ucapnya serius.
Seketika itu tubuh Anthony menegang. Tadi dia hanya berbohong untuk melihat reaksi gadis ini tetapi sebaliknya Veanye malah menanggapi perkataan Anthony dengan serius.
" Tapi Ve,"
" Tidak ada tapi Anthony." potong Veanye.
" Aku hanya ingin menebus kesalahanku padamu tidak lebih dan aku harap kau tidak berpikiran macam-macam." jelas Veanye.
Entah apa yang dipikirkan Anthony sehingga dirinya menanggapi semua perkataan Veanye dengan anggukan.
" Baiklah, aku anggap anggukanmu itu adalah bentuk persetujuanmu untuk tetap tinggal di rumah sakit."
Anthony tidak bisa berpikir apa-apa dia hanya menurut saja ketika Veanye menuntunnya untuk berbaring di ranjang.
" Istirahatlah,aku akan kembali besok."
Anthony hanya menatap tubuh Veanye sampai menghilang di balik pintu. Dirinya masih tidak percaya, Veanye peduli padanya? Apakah dirinya sedang bermimpi?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top