Part 2
Bibi Jessy
Anthony terus merapalkan nama itu berulang kali seperti mantera yang mungkin bisa membuatnya mengingat siapa itu Bibi Jessy. Sudah satu minggu sejak Renata memberitahunya bahwa gadis itu adalah anak dari Bibi Jessy. Tetapi sampai sekarang Anthony belum tahu siapa itu Bibi Jessy.
Argghh... Kenapa dirinya menjadi sangat bodoh. Ini semua karena gadis itu. Dia sudah berusaha untuk menanyakan kembali pada Renata tetapi wanita itu tetap tidak mau memberitahunya.
Anthony benar-benar merasa putus asa sekarang, dia berharap takdir dapat mempertemukan mereka kembali.
Kehidupannya menjadi sangat kacau sejak pertemuannya dengan gadis itu. Haruskah dia menyerah sekarang?
Pikirannya sedang kalut, Anthony menyetir tanpa arah tujuan yang jelas. Jika saja malam itu dia tidak mencium gadis itu, mungkin hidupnya akan baik-baik saja sekarang.
Mobilnya berhenti di depan sebuah toko bunga tempat dimana dulu Renata bekerja. Entah kenapa hatinya merasa ada sesuatu di dalam toko bunga tersebut.
Anthony menatap lurus ke arah toko bunga tersebut. Tak ada yang aneh, seperti biasanya di depan toko itu selalu terdapat banyak bunga-bunga segar beraneka macam yang tertata dengan sangat rapi.
Dia tersenyum mengingat kembali kejadian dimana pertemuan keduanya dengan Renata di toko tersebut. Dan pada saat itu Anthony juga mencium Renata.
Dia terkekeh sendiri kenapa setiap bertemu wanita dirinya selalu mencium wanita tersebut. Dia benar-benar laki-laki brengsek pikirnya.
Tubuhnya tiba-tiba menegang ketika matanya menangkap seseorang gadis yang baru saja turun dari sepedanya, memarkirnya kemudian masuk ke dalam toko bunga tersebut. Kemudian gadis itu keluar lagi dengan membawa semprotan air, lalu mulai menyemprotkannya ke arah bunga-bunga di depan toko tersebut.
Mata Anthony tidak berkedip melihat apa yang ada di depannya sekarang, bukan apa lebih tepatnya siapa.
Takdir benar-benar berpihak padanya. Ketika dirinya merasa putus asa, gadis itu tiba-tiba muncul di hadapannya.
Bibi Jessy
Tiba-tiba Anthony mengingat nama itu. Oh, astaga Bibi Jessy itu bukannya nama pemilik toko bunga tersebut.
Anthony memukul keningnya sendiri. Dirinya benar-benar bodoh pikirnya, kenapa dia bisa melupakan hal itu. Tetapi dirinya dulu sering mengantar jemput Renata kenapa dia tidak pernah melihat gadis itu.
****
Gadis itu terlihat sibuk menata bunga sambil tersenyum dengan manis. Dia tidak menyadari seorang sedang menatapnya.
Manis
Senyumnya sangat manis.
Anthony tenggelam dalam pikirannya sendiri melihat senyum di bibir gadis itu. Dia ingin terus menerus melihat senyum itu. Senyum yang sangat memabukkan dari bibir berwarna merah muda yang pernah di cecap rasanya.
Anthony mulai berjalan mendekati gadis tersebut. " Selamat siang Nona." sapa Anthony pada gadis yang sedang sibuk menata bunganya.
" Selam..." suaranya seperti tercekak di tenggorokan melihat siapa yang tadi mengucapkan salam padanya. Gadis itu membeku ditempatnya.
Anthony dapat melihat perubahan wajah dari gadis tersebut. Senyumnya yang sedari tadi mengembang dari bibirnya hilang berganti dengan aura kebencian dan juga kemarahan.
" Maaf Tuan ada yang bisa saya bantu? " ucapnya dingin pada Anthony.
" Aku hanya ingin meminta maaf atas sikapku malam itu. " ucap Anthony tulus.
Dia benar-benar menyesal.
" Maaf Tuan jika anda tidak ingin membeli sesuatu silakan pergi. " usir gadis tersebut tanpa basa-basi lagi.
" Tunggu. " panggil Anthony ketika gadis itu berbalik meninggalkannya.
Gadis tersebut tidak menghiraukannya. Dan berlalu begitu saja. Tetapi bukan Anthony namanya kalau tidak bisa memaksakan kehendaknya.
Di raihnya tangan gadis tersebut. " Aku bilang tunggu. " ucap Anthony tajam.
Gadis itu membalasnya dengan tatapan tak kalah tajamnya. " Lepaskan aku." ucapnya penuh amarah.
" Maafkan aku. " ucapnya seraya melepaskan cekalan tangannya.
" Saya tidak ada urusan dengan anda Tuan dan jangan pernah datang lagi kemari atau anda akan saya laporkan pada polisi. " ancamnya pada Anthony.
Gadis ini benar-benar berbeda batinnya. Dia bukan gadis yang mudah di taklukan.
Bibi Jessy berjalan ke luar setelah mendengar ada sedikit keributan di depan tokonya.
" Nat, ada apa? " tanya Bibi Jessy pada putrinya.
Veanye Natalie Addams nama gadis tersebut dan Bibi Jessy terbiasa memanggilnya dengan nama Nat sejak kecil. Tetapi teman-temannya lebih suka memanggilnya dengan nama depannya.
Putrinya belum menjawab pertanyaannya, tatapan Bibi Jessy beralih pada siapa lawan bicara putrinya.
" Nak Anthony, " ucap Bibi Jessy yang membuat Veanye sedikit terkejut. Bagaimana bisa ibunya mengenal laki-laki bajingan ini.
" Apa kabar Bibi Jessy? " tanya Anthony dengan sopan.
" Aku baik-baik saja, kau sudah lama tidak kemari setelah Renata memutuskan untuk berhenti bekerja kemudian menikah. " katanya lagi kepada Anthony.
Veanye menyipitkan matanya, sepertinya ibunya sangat mengenal laki-laki yang di panggilnya Anthony ini.
" Ibu mengenalnya? " tanyanya kemudian setelah mendengar ibunya begitu akrab dengan laki-laki tersebut.
" Tentu saja, dia dulu sering mengantar jemput Renata setiap hari. " jawab Bibi Jessy.
Dahi Veanye mengkerut, ditatapnya Anthony. Kenapa Renata bisa mengenal laki-laki brengsek seperti dia?
Bibi Jessy menatap keduanya yang hanya diam membisu. Ada apa diantara putrinya dan Anthony?
" Apakah ada yang kau butuhkan nak Anthony? " tanya Bibi Jessy akhirnya.
Anthony tersenyum. " Aku hanya kebetulan lewat Bibi dan mampir sebentar, tapi sepertinya putri Bibi tidak menyukai kedatanganku. " jawabnya pada Bibi Jessy yang kemudian wanita paruh baya itu menatap lekat-lekat putrinya.
Selalu saja begitu pikirnya. Veanye sangat sulit berinteraksi dengan laki-laki tetapi kenapa dia sepertinya membenci Anthony.
" Apakah kalian terlibat satu masalah? " kali ini pertanyaannya di tujukan pada Veanye.
" Tidak ibu. " jawab Veanye singkat. Tidak mungkin dirinya berkata kalau laki-laki berengsek ini telah menciumnya di pesta pernikahan Renata kan.
Anthony berpikir nampaknya dia harus pergi sebelum suasana menjadi lebih buruk lagi. Karena tatapan Veanye yang terang-terangan tidak menyukainya.
" Baiklah Bibi Jessy, aku harus segera pergi dan..." Anthony tidak meneruskan kata-katanya malah melihat ke arah Veanye.
" Veanye Natalie Addams, " ucap Bibi Jessy yang seolah mengerti kenapa Anthony tidak meneruskan kalimatnya.
" Aku biasa memanggilnya Nat, "
" Ibu, " potong Veanye cepat.
Dia tidak suka ibunya mengenalkannya pada laki-laki brengsek itu.
Veanye mendengus kesal dan meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di depan toko.
" Maafkan putriku Anthony, " ucap Bibi Jessy setelah Veanye pergi.
" Tidak apa-apa Bibi Jessy. " seharusnya dirinya yang meminta maaf batinnya.
Anthony berjalan meninggalkan toko bunga milik Bibi Jessy setelah berpamitan kembali pada pemiliknya.
Veanye Natalie Addams
Sekarang dirinya tahu siapa nama gadis itu. Gadis yang telah membuatnya seperti orang gila dengan terus memikirkannya saja.
" Kau akan jadi milikku sayang. " gumamnya pada dirinya sendiri.
****
Hallo readers
Maaf jika update nya lama karena kesibukan saya di dunia nyata.
Dan untuk para readers yang kemarin baca part 1 ke potong bisa di baca lagi versi lengkapnya.
Karena wattpad saya error kemarin jadi updatenya ke potong.
Terimakasih
Happy reading
Peluk cium Anthony
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top