Terabaikan
Apalah dayaku, yang kupunya hanyalah prosa nelangsa, puisi risi dan sajak terpijak. Tak berharga, tak bisa kau bangga-banggakan di depan siapapun.
Aku tidak seperti dia yang punya seluruh kegemilangan semesta ini untuk diberikan kepadamu.
Aku tetaplah aku, penyair nista dengan puisi basi yang membuatmu jijik.
Beda denganmu, kau adalah jantung di setiap larik puisiku yang tercabik. Inspirasi di setiap bait sajak yang menanjak. Refleksi di setiap rangkaian huruf di dalam prosa yang terdera.
Tanpa alasan, tanpa arah. Dia hanya mengalun mengikuti melodi takdir setiap detiknya.
Tik tok jam yang berdetak mengetuk setiap sudut doaku padamu, lingkar pengharapanku pada Tuhan, dan jalinan syukur betapa beruntungnya aku bisa mengenalmu.
Selamat malam. Jangan lupa beristirahat, bila kau sempat, keluarlah. Tataplah langit yang terang itu, niscaya akan kau dapati dia tersenyum padamu. Menyampaikan salam rinduku yang takkan pernah mampu kusampaikan.
Batam, 2 September 2016
-[Ly]-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top