XVIII. Bismillah, Halal !!

#Adi pov

Hal yang aku takutkan akhirnya terjadi. Hari pernikahan Lala akhirnya datang juga. Aku tahu cepat atau lambat akan ada lelaki lain yang memiliki dia yang pastinya lelaki yang jauh lebih baik dan lebih beruntung dariku. Entah apa aku sudah tidak waras atau bagaimana sulit sekali menggambarkan hatiku. Yang pasti aku hampir gila menerima kenyataan ini.
Beribu penyesalan mulai menghantuiku, seandainya saja dulu aku memperjuangkannya. Seandainya dulu aku melawan bapak toh gak selamanya orang tua membenci anaknya. Seandainya dulu aku mendengarkan suara hatiku

Gila!! Aku benar-benar gila!!

"Dimana istrimu?" Tanya Tari disampingku yang tiba-tiba membangunkanku dari lamunan

"Dia gak bisa ikut. Badannya demam" jawabku asal

Saat ini aku sudah bersama Tari, sahabat Lala dan sekaligus teman dan tetanggaku juga. Kami sedang dalam perjalanan menuju kesebuah masjid ditengah kota. Hari ini adalah hari pernikahan Lala. Sebenarnya tidak ada undangan dari dia buatku, hanya saja si Tari ini berhasil aku paksa membuka mulut untuk mengatakan kapan hari naas buatku itu tiba. Dan seperti janjiku dulu padanya, aku akan datang dihari bahagianya meski aku tak diundang dan datang, dan kini aku menepati janji untuk datang meski dengan hati hancur tak berbentuk.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Antara sakit, penyesalan dan bahagia. Entah bagaimana aku mempersiapkan diriku nantinya.

Kini sampailah kita dipelataran sebuah masjid yang sejuk dan asri. Ratusan manusia berhamburan dipelataran masjid yang sudah dipastikan mereka adalah tamu Lala dan suaminya. Acaranya memang belum dimulai. Tari dan rekan-rekan sekantornya memang sengaja datang lebih awal untuk menyaksikan proses resepsi sahabat mereka itu. Dan tentunya aku pun sama.
Tari dan yang lain berjalan mendekat barisan manusia yang akan dilewati oleh pengantin. Mungkin mereka ingin sahabatnya tahu bahwa mereka menepati janjinya untuk menemani diacara prosesi tersebut.

Aku berdiri dipojok gedung yang penuh dengan nuansa islami yang elegan dengan warna putih sebagai dominan. Menyimak setiap orang yang hampir semuanya tidak aku kenal siapa dan darimana usulnya. Mataku hanya terfokus pada sosok wanita yang baru saja memasuki area gedung ini. Dia berdiri dengan anggunnya, memakai gaun putih yang menjuntai kebawah hingga menyentuh lantai. Wajah yang sangat cantik dengan make up tipis membuat dia terlihat begitu luar biasa. Hingga datang sosok lelaki yang memakai setelan basofi dengan warna senada dengan untaian bunga melati melingkar dilehernya. Mereka terlihat sedikit berbicara hanya senyum keduanya yang penuh dengan makna.

Shitt!! Hatiku begitu sakit melihatnya

Ini rasanya lebih mengenaskan daripada diterjang seekor harimau meski aku belum pernah merasakannya

Semua orang berdecak kagum dan tersenyum bahagia menyaksikan ritual ini. Dan hanya aku satu-satunya yang terluka. Ketika orang yang kamu sayangi telah pergi dan menemukan pusat kebahagiaannya, dia telah mendiamkanmu bahkan membuangmu dan semua tentang mu jauh dari hidupnya.

Mereka berjalan dari arah berlawanan kemudian saling bertemu disatu titik. Saling memandang lalu pengantin pria mencium kening pengantin wanitanya. Saat itu hatiku bagai disambar petir dengan cepatnya. Mereka terlihat sangat serasi, bahkan cicak digedung ini pun aku rasa setuju dengan apa yang aku katakan.

Mataku sedikitpun tak mau bergeser memandang yang lain. Hanya terpaku pada satu wanita yang begitu aku rindukan keberadaannya. Tanpa sengaja semua masa lalu dan kenangan kami berdua muncul dikepalaku begitu saja
Ya Tuhan.... aku sangat sangat merindukan makhluk Mu itu. Andai saja aku yang memilikinya, sudah pasti aku akan sangat bahagia

Tanpa terasa sesuatu membasahi wajahku. Air mataku semakin memperparah keadaanku. Bukankah seorang lelaki jika sudah menangis itu sudah sangat keterlaluan. Lalu disini siapa yang keterlaluan dengan siapa?
Aku merutuki dan meratapi nasibku sendiri diwaktu yang sama

Aku tidak sedikitpun berniat menampakkan hidung didepan Lala. Aku hanya akan tetap menikmatinya dari jauh. Bukankah dia tidak berkenan jika aku datang. Aku akan mengikuti keinginan dia yang tidak ingin aku hadir dipernikahannya meski tidak seratus persen aku menurutinya. Sebegitu benci nya dia padaku hingga haram bagiku untuk datang kesini. Aku masih ingat betapa dulu dia sangat bahagia saat kita berdua keluar meski hanya sekedar membeli gelas, piring dan perabot rumah makan lainnya, karna meski jarak kita sangat dekat namun jarang sekali ada waktuku buat dia. Jika bisa diputar kembali, aku ingin menghabiskan waktuku buat dia jika tahu akan seperti ini akhirnya. Persetan dengan yang lain!

Mataku masih menatap penuh rindu pada wanita yang kini sudah duduk dipelaminan bersama suaminya. Dia sangat cantik hari ini, dia terlihat berbeda dari biasanya, dan rasa sayangku semakin besar hingga hanya sakit yang aku rasakan. Dan airmataku menetes kembali. Mungkin mereka ingin melihat wanita yang dulu pernah membuat majikannya ini terlalu bahagia memilikinya

Melihat setiap tawanya bisa kusimpulkan dia sangat bahagia, begitupun suaminya.

Suaminya? Ada perasaan tidak rela dalam diriku saat menyebut kata 'suaminya' pada pria lain.

Aku masih menganggap dia milikku.

Hanya aku.

Tuhan.. hatiku hancur. Wanita yang kusayangi telah menjadi milik orang lain.

Bahagialah La meski aku tidak rela kamu bersama lelaki lain, aku akan selalu mendoakan kebaikanmu. Perasaanku tidak akan berubah meski kamu telah menjadi milik seseorang.

Aku fikir aku mampu melupakanmu namun ternyata aku salah, justru rasa sayangku semakin besar padamu.
Aku fikir aku sudah melukaimu dua tahun yang lalu dengan pernikahanku, namun sebaliknya kamu justru membunuhku pelan-pelan dengan pernikahanmu ini

Bahagialah. Aku akan lebih bahagia jika melihatmu bahagia.

Senyumanmu adalah mentari kedua dalam hidupku
Canda tawamu bagai penawar rindu yang tak menentu
Kehadiranmu tak kan mampu terhalang waktu
Meski kamu bukan milikku..

Sstt... jangan pernah kamu bersedih
Itu artinya kamu menyuruhku untuk mati
Meski kamu sudah tidak peduli
Hatiku kan kamu bawa hingga mati

Cintaku abadi..
Cintaku pergi..
Hanya perih..
Yang tersisa dihati..

Yours...
Adi Muhammad Fakhri



*******

#Lala pov

Aku terbangun dari tidur dengan badan yang kurasakan tidak karuan. Semalam kami baru tidur jam 2 pagi setelah acara selesai hingga keluarga besar kami yang enggan sekali pulang meski acara sudah kelar sejak jam 10 malam.
Mataku sudah terbuka sepenuhnya namun tubuhku seperi tidak bisa bergerak. Aku melihat lelaki disamping kananku yang masih tertidur pulas , aku hanya duduk terdiam mengamati setiap sudut wajahnya yang baru kali ini bisa kulihat sejelas dan sedekat ini
Wajah tampannya yang tenang, tidak pernah aku melihat Basri seperti ini, terpejam dalam tidur lelapnya. Aku tidak mau membangunkannya karna aku tahu dia juga pasti lelah.

Sulit dipercaya bahwa aku telah menikah dengannya. Hal yang tidak pernah aku duga sama sekali. Basri makhluk yang cukup sempurna sebagai seorang lelaki, karna itu selalu banyak wanita yang mengejar dia. Mungkin saat ini banyak diantara mereka yang mungkin terkejut ternyata aku yang menjadi istri dari seorang Basri Fatahillah.

Jangankan mereka, aku sendiri juga belum percaya.

Dulu aku mengira bahwa aku akan menikah dengan Adi mengingat sudah sejauh itu kami berkomitmen. Bahkan terkadang kami berandai-andai bagaimana saat kami sudah menikah.
Memang benar, sebaik apa kita berencana Allah SWT lah yang menentukan jalan hidup kita. Kini kami tak lebih dari seorang teman. Kami berdua hanya sepenggal kenangan di masa silam yang meninggalkan begitu banyak pelajaran

Berbicara tentang Adi, sepertinya di acara pernikahanku kemarin aku melihatnya. Namun entah benar dia atau bukan aku juga tidak begitu paham karna jumlah tamu yang cukup banyak. Dan seingatkau, aku tidak mengirimkan undangan untuknya.

Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Sebenarnya aku ingin dia datang bersama istrinya tentunya. Agar istrinya tahu bahwa aku dan suaminya sudah tidak ada hubungan lain kecuali teman biasa. Namun aku tidak mau egois, aku tahu Adi masih menyayangiku entah sampai sejauh mana. Aku tidak mau dia tersakiti meski dia juga pernah melakukan hal yang sama padaku. Biarlah hanya aku yang pernah terluka oleh pernikahan dia. Aku tidak mau Adi merasakan hal yang sama denganku, meratapi nasib ditinggal menikah oleh orang yang kita sayangi. Merasakan sakit yang begitu hebat seolah-olah hidup ini tidak adil. Biar aku saja yang mengalami luka itu diantara kami berdua akibat kandasnya hubungan kami, biar hanya dia yang sudah pernah menorehkan luka dalam dihatiku.

Aku juga tidak mau merusak hari bahagiaku dengan kemunculan seorang Adi disana, karna tidak munafik, bagi dua orang yang pernah saling menyayangi sebenci apapun pasti masih tersisa rasa sayang dalam lubuk hatinya yang terkadang ditutupi mati-matian.


"Pagi sayang, kamu sudah bangun?" tiba-tiba Basri mengagetkanku dari lamunan dengan suara serak khas orang bangun tidur

Ah ini makhluk seperti dikirim ketika aku sedang sedih. Mungkin sudah garis takdirnya diciptakan sebagai penghibur kesedihanku karna dia selalu muncul saat aku sedang sedih

"Ayo bangun. Malu tuh sama ayam tetangga" aku tersenyum seperti menemukan kebahagiaan baruku. Aku menarik selimut yang masih menempel ditubuhnya dan justru dia menarik badanku menjadi selimutnya. Karna tenaganya yang cukup besar akupun jatuh dipelukannya

Ah, sial!! mukaku sudah pasti merah mirip kaya lampu setopan!!

--

Byuuurrrrr........

Deburan ombak menyibak jilbabku yang tengah berjalan disepanjang bibir pantai. Saat ini aku sedang menikmati sunset seorang diri sedangkan Basri hanya diam dikamar sibuk menyelesaikan pekerjannya yang tertunda beberapa hari karna pernikahan kami. Sempat kesal juga kenapa dihari libur cutinya dia masih berkutat dengan pekerjaannya.

Ya, ini adalah bulan madu kami di Yogja. Basri memang tidak ingin jauh-jauh yang penting hanya ada kita berdua.

Ah, manis sekali suamiku ini..

Tapi apa masih bisa disebut manis jika dia membiarkanku menikmati deburan ombak pantai yang cantik ini seorang diri?

Aku menggerutu kesal atas perlakuan Basri ini. Tapi sebenarnya dia melarangku hanya saja aku tidak betah didalam kamar hotel seharian.

Entah kenapa begitu banyak orang yang melihat kearahku. Mungkin sebagian mereka mengasihani aku sementara kebanyakan dari mereka datang kesini beramai-ramai.

Gak usah heran ya, anggap saja aku syuting sinetron!! gumamku kesal dalam hati

Namun semakin lama semakin ada perasaan aneh menghampiri. Aku berhenti sejenak dan melihat kearah sekelilingku. Begitu banyak orang dan begitu ramai, samar-samar aku melihat beberapa orang terdekatku. Ah, tidak mungkin! ini kan hari senin yang artinya mereka sedang bekerja dibalik meja mereka masing-masing.

Lalu tiba-tiba... Bugh!!

Seseorang memeluk ku dari belakang dan menutup mataku. Semua menjadi gelap seakan malam sudah datang

Entah kenapa aku tidak melakukan perlawanan atau berteriak seperti biasanya. Dan sepertinya aku mengenal aroma tubuh ini. Aroma maskulin yang berarti orang ini adalah lelaki

Perlahan-lahan tangan yang menutup mataku pun menyingkir. Memperlihatkan sinar cahaya yang begitu hangat dari beberapa lilin. Nyanyian sahabat dan orang terdekat membuatku diam membisu, sambil bergerombol mereka sudah didepanku. Entah darimana mereka muncul

"Selamat ulang tahun, istriku sayang" Basri yang masih belakangku berbisik tepat ditelinga kananku dengan lirih

Aku bahkan sudah lupa kalau ini adalah hari ulang tahunku. Aku terlampau bahagia dengan pernikahanku kemarin sehingga aku melupakan hari lahirku

Abah, umi, fatimah, aisyah, tari, nana aahh semua sahabatku yang lain juga. Betapa aku tidak bahagia mendapat kejutan dengan kedatangan orang-orang terdekatku. Namun tanpa ada keluarga inti ku sendiri

"Terima kasih, mas"

"Sama-sama sayang"

"Ah udah!! Kak Basri jangan nempel kak Lala mulu. Kaya cicak aja" dengus Fatimah kesal melihat Basri yang sedari tadi memelukku dari belakang dan menempelkan dagunya dipundakku

"Sirik aja lo anak kecil" jawab Basri cuek

Dan kami semua tertawa melihat adik kakak yang jarang akur ini. Lalu Fatimah menyodorkan kue tart dihadapanku

"Ayo kak tiup lilinnya. Jangan peduliin nying-nying (baca Monyet) disebelah kak Lala"

Aku meniupnya. Memotong dan membagi kepada orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku ini

Aku sungguh bahagia memiki keluarga dan teman yang menyayangiku. Termasuk Basri, dia suami terhebatku dan semoga akan seperti itu.

Disela acara makan malam disebuah resto dekat pantai ini kami menikmati kebersamaan yang tidak setiap hari bisa dilakukan, aku melihat Basri dengan rona wajahnya yang bahagia meski matanya terlihat lelah. Sebegitu pentingkah diriku baginya? Mataku masih enggan bergeser memandangnya. Tidak pernah ada kata bosan melihat lelaki yang berjanji sehidup semati denganku ini

"Sayang, kamu kenapa?" Rupanya dia sadar kalau mataku tidak pernah lepas mengawasinya

"Terima kasih buat semuanya ya mas. Semoga aku bisa menjadi istri, teman, sahabat dan partner yang bisa kamu andalkan"

Basri tak bergeming. Hanya tersenyum lalu duduk dihadapanku. Matanya tajam menatap mataku dalam-dalam.

Kalau seperti ini, bisa-bisa aku terserang diabetes jika kelamaan melihat senyumannya

"Jangan pernah bosan menuntunku, jangan pernah lelah menghadapiku, jangan pernah menyerah membujukku. Aku tahu banyak sifat jelekku, aku harap mas memarahiku jika aku salah jika aku keliru" tanpa kusadari satu butir air mataku mengalir ke pipiku

"Kamu yang terbaik, sayang. Berapa tahun aku mengenalmu? Dan kini akan kuhabiskan sisa hidupku untuk mengerti kamu. Aku juga bukan lelaki baik, banyak sifat burukku yang mungkin kamu belum tahu. Kita masih perlu banyak belajar. Tapi kita harus berjanji, ketika salah satu dari kita marah satunya jangan pernah menyerah membujuk ya. Percayalah, aku tidak berniat sedemikian rupa. Aku ingin bersamamu dan menjagamu. Jangan pernah bosan denganku" ucapnya tulus

Air mataku semakin deras saja mengalir. Aku merobohkan tubuhku kepada lelaki didepanku ini. Aku bersyukur memilikinya, aku bahagia bersamanya

"I love you" dia mengecup keningku.

Ah Basri selalu membuat wajahku merona

"Emang ya kalau pengantin baru, lupa daratan lupa teman" dengus Nana tidak jauh dariku sambil menyilangkan tangan didadanya

Aku mendekat lalu memeluknya. Juga sengaja menghindar dari Basri takutnya kami berdua khilaf dan melupakan orang yang diresto ini

"Selamat ya sayang, kamu mendapat lelaki yang tepat. Yang jauh lebih baik dari sebelumnya" Nana membalas pelukanku. Dan jawaban Nana mengingatkanku akan semua kisahku yang selalu aku bagi dengannya.

"Udah jangan lama-lama aku cemburu" ucap Basri seolah tidak rela

Kamipun tertawa menikmati kebersamaan ini. Tangan Basri tidak pernah lepas menggenggamku

"Yaelah wan abud, ini istrimu bukan sapi yang terus diikat ya"

Dia hanya tersenyum tidak peduli




*******

#Adi pov

Masih dalam suasana sedihku karna pernikahan Lala yang berlangsung beberapa hari kemarin. Lala telah bahagia bersama pasangannya dan akupun seharusnya begitu. Lalu bagaimana kalau aku sudah merasa sulit sekali cocok dengan pasanganku. Tidak banyak yang aku minta darinya. Cukup dia untuk tidak selalu memperkeruh suasana ketika kita sedang berdua. Namun apa? setiap kita berbicara baik-baik selalu berakhir dengan pertengkaran yang akhirnya membuatku enggan untuk pulang kerumah dan bertemu dengannya.

Mungkin ini hukuman atas apa yang pernah aku lakukan pada Lala. Dia yang tidak tahu apa-apa tiba-tiba aku tinggal menikah begitu saja meski itu bukan keinginanku. Lihatlah, Lala jauh lebih bahagia bersama pasangannya dan akupun bahagia melihatnya.

Hari sudah malam namun Maria tak kunjung pulang. Biasanya dia sudah dirumah ketika aku pulang namun entah apa yang terjadi hingga jam 9 malam dia belum menunjukkan batang hidungnya dirumah. Aku sengaja tidak menanyakan dimana dan sedang apa dia diluar rumah biarlah dia punya itikat tersendiri untuk mengabari aku. Bagaimanapun aku ini suaminya dan kemanapun dia pergi harus ada seijin dariku. Aku semakin geram melihat tingkahnya akhir-akhir ini. Belum cukup puas juga dia selalu menguji kesabaranku

"Aku pulang malam mas, mungkin nanti tidur dirumah ibu" pesan yang dia kirim jam 9.15 WIB

"iya" balasku singkat

Aku yakin dia pasti sengaja pulang kerumah orang tuanya. Bukan karna pekerjaan lebih sehingga membuatnya pulang terlalu malam tapi ini karna aku. Aku yakin dia pasti ingin menghindar dari aku. Mungkin saat ini yang terbaik buat kita berdua, karna tidak jarang sekali selalu ada pertengkaran jika kami bersama. Terkadang aku merindukan sifat dia yang dewasa yang selalu mengerti aku jika aku marah ataupun kekanakanku mulai muncul. Aku merindukan Maria yang seperti itu

--

"Assalamualaikum.." Aku mengetuk pelan pintu rumahnya. Rumah dimana Maria sudah lebih dari tiga hari pergi dariku. Aku akan mejemputnya untuk pulang kerumah kami berdua. Aku ingin menyelesaikan konflik diantara kami tanpa campur tangan orang lain baik orang tuaku atau orang tua Maria

"Nak Adi? ayo masuk.." Ibu mertuaku membuka pintu rumahnya yang besar

"Maria ada bu?"

"Ada didalam, ibu panggilkan sebentar ya"

Keluarlah wanita yang pergi beberapa hari dari sampingku ini. Wajahnya tampak berseri beda saat terakhir kali aku melihatnya. Sebegitu bahagiakah dia tanpa aku disampingnya?

"Ayo pulang" Ucapku langsung tanpa basa-basi lagi

Namun orang didepanku yang aku ajak bicara hanya diam melihatku tanpa mengeluarkan sepatah katapun

"Gak mau pulang?" tanyaku kembali saat yang dia lakukan hanya sama

"Aku kangen kamu mas" jawabnya disertai dengan senyum simpul diwajah tembemnya

Aku membalasnya dengan senyuman juga. Aku bahagia mendengar dia yang lebih tenang dari sebelumnya. Andai dia tahu aku juga merasakan hal yang sama. Kehilangan dia tiga hari sudah membuatku bingung harus berbuat apa. Mau minta maaf juga aku tidak tahu salahku dimana karna memang tidak ada pertengkaran diantara kita sebelumnya. Maria mendekat padaku lalu menghamburkan tubuhnya yang berisi itu ke arahku. Dia memelukku dengan erat seolah enggan terlepas lagi

"KIta pulang ya, jangan nakal atau ngambek lagi. Kita selesaikan dirumah berdua" ucapku sambil meregangkan pelukannya

Dia tersenyum dan mengangguk pelan tanda setuju.


--

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top