V. Menata Kembali
#Adi pov
Kabar mengenai berakhirnya kisahku dengan Meta rupanya sudah menyebar luas, entah dari mana asalnya aku tidak peduli, toh pada akhirnya semua juga akan tahu. Tidak ada yang aku sembunyikan atau aku tutupi. Hanya saja yang aku heran, belum genap tiga hari tapi orang sejagad sudah tahu
Malam ini aku pulang kerumah ibu, bukan ingin melanjutkan kisah melow ku, aku hanya merindukan masakan ibuku saja.
"Kamu masih ingat Meta?" Tanya ibu lembut
Aku kaget melihatnya duduk disampingku, karna jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, aktivitas rumah makan sudah berhenti jam 9, dapur juga sudah sepi jam 9.30 tadi, biasanya ibu sudah tidur dengan lelapnya, mungkin capek dengan rutinitas kesehariannya.
"Ibu belum tidur?" Lanjutku sambil menengok ke arahnya, lalu beliau mengangguk menjawabku
"Wajar kalau masih ingat kan kalian pacaran sudah lama juga, hampir dua tahun. Tapi, harus ikhlas, rela melepas semuanya tanpa tertinggal sedikitpun. Sekali duakali ingat bolehlah..asal jangan merasa sakit atau tersiksa saat mengingatnya, anggap saja dia dosen atau guru yang sempat mengajarkan kita banyak hal tentang kehidupan, membentuk karakter kita seperti sekarang ini. Dan sekarang tugasnya mengajar kita sudah selesai" lanjutnya
"Iya...aku ikhlas bu, dia lebih bahagia bersama orang lain, aku hanya butuh sedikit adaptasi"
"Ibu tahu kamu merindukannya, temui saja apa salahnya, tapi untuk yang terakhir kali lho yaa..." lanjutnya tersenyum simpul
Aku kaget dengan kalimat ibuku barusan
"Temui saja tidak apa kalau niatnya silaturahmi, hubungan yang diawali dengan baik harus berakhir dengan baik pula" kata ibuku "Sudah ah ibu tidur dulu, kamu juga istirahat sana, sudah malam" lanjutnya sambil berjalan menjauhi ku pergi kedalam kamar nya.
Aku terdiam memikirkan apa kata ibuku, mungkin ada benarnya aku menemui Meta untuk yang terakhir kalinya, aku merindukannya lebih dari hari kemarin saat kami masih berstatus pacaran, aku tahu ini salah tapi hatiku tidak bisa melawan logikaku sendiri. Aku akan menemuinya dan setelah itu aku tidak akan memperdulikan apapun tentangnya.
Aku mengambil handphone disaku celanaku, aku menulis pesan singkat untuk Meta
"Lagi dimana?" pesanku terkirim
"Lagi jaga malam dirumah sakit, mas" balasnya lima menit kemudian
"Aku ingin ketemu, untuk yang terakhir kalinya" lanjutku
"Kenapa yang terakhir kalinya?" balasnya cepat
"Setelah ini aku tidak akan menemui kamu lagi, aku janji" aku menahan dadaku yang terasa semakin sesak
"Terserah mas saja" balasnya lagi
"hahahaha lucu ya, aku ingin bertemu dengan calon istri orang, sampaikan maafku pada calon suamimu" ingin kuremas handphone digenggamanku ini saat aku mengetik kalimat barusan
**
Aku duduk dikursi panjang kantin rumah sakit, malam ini terasa lebih dingin dari biasanya ditambah dengan bau rumah sakit yang sangat aku benci ini. Aku memainkan botol air mineral di tanganku, mungkin aku sedikit gugup bahkan gemetaran saat inging bertemu dengannya hingga aku membutuhkan air lebih banyak dari biasanya. Aku menoleh ke kanan kiri mencari orang yang akan kutemui, yang tiga hari ini sudah membuatku hampir gila namun tidak kutemukan.
Tiba-tiba dia menepuk pundak ku dari belakang dan menyapaku dengan senyum manisnya, beberapa menit lagi aku akan terjatuh jika dia menatapku dengan senyumnya terus seperti ini, dulu mungkin aku sudah terbiasa tapi kini senyum itu bukan milikku lagi, aku telah membuang senyuman itu...
"Lama nunggu ya, maaf tadi ada kecelakan jadi ikut membantu sebentar" katanya sambil duduk didepanku
"Nggak kok, baru aja nyampe" jawabku gugup
Kami saling diam, lidahku kelu bingung mau ngomong apa, jujur saja akupun sebenarnya bingung apa tujuanku menemuinya. Aku memutar otak ku berfikir keras, mencari alasan yang masuk akal yang tidak membuat Meta curiga, seketika aku ingat dengan perjodohannya.
"Nanti jangan lupa undang-undang, insyaallah aku datang" aku tersenyum melihatnya
"Insyaallah, emang kamu mau datang mas?" dia tersenyum bahagia, terlihat dari wajah cantik dibalik kerudungnya
Perbincangan santai pun terjadi, kami membicarakan hal yang sedikit banyak menyinggung kebersamaan kami dulu. Aku memandang saat ini dia seperti adik perempuankku walaupun aku tidak memiliki adik, meski usia kami sepantaran hanya terpaut dua bulan lebih tua Meta, malam ini dia terlihat seperti adikku. Aku menikmati suasana seperti ini, benar apa kata ibu, entah ini akan jadi obatku atau makin memperparah keadaanku, yang pasti aku bahagia dengan pertemuan singkat ini.
Hari semakin malam, aku menyuruh Meta balik ke ruang kerjanya dan aku pun pulang. Perasaanku benar-benar berbeda, aku yang tadinya tidak tahu apa bisa bertemu dengannya setelah perpisahan kami, nyatanya biasa saja. Aku merasa seperti bertemu teman lama yang tidak pernah tahu kabarnya, ah aku jadi senyum-senyum sendiri didalam mobil perjalanan pulang
*******
#Lala pov
Sabtu ini terasa sangat pendek karna aku hanya berdiam diri dirumah, biasanya aku punya kesibukan lain meski dirumah, yakni mengajar les kecili-kecilan anak SD dan SMP. Namun tidak untuk saat ini yang musim liburan sekolah, aku hanya duduk-duduk dirumah, melihat acara televisi yang sangat membosankan yang isinya kalau bukan sinetron ya film india, astaga....dimana kah sutradara-sutradara hebat Indonesia, berilah kami tontonan yang hebat yang memukau.
Ah peduli amat dengan dunia pertelevisian toh televisi bukanlah prioritasku saat dirumah. Dibanding melihat televisi aku lebih senang mendengar radio dan membaca buku. Aku mengambil handphone ku saat acara televisi tengah iklan, sesekali aku melihat sosial media sekedar inign tahu kabar teman-temanku disana dan membalas beberapa pesan yang masuk ke aku.
Beginilah teman-temanku, meski intensitas bertemu kami di dunia nyata sangatlah jarang, namun didunia maya kami tak terpisahkan. Mereka teman SMA ku sejak kami masuk ke kelas 1 SMA hingga detik ini, dan doa kami semoga kami sampai aki-aki nini-nini, Aamiin.
Kami membicarakan banyak hal, mulai gosip terkini hingga rencana arisan yang kami adakan tiap bulan di minggu pertama setiap bulannya, meski kami se-gank semua bukan wanita, mereka yang lelaki juga antusias dengan acara yang sudah berlangsung selama 3 bulan ini. Aku sedang asik berselancar didunia maya, tiba-tiba Adi mengirim pesan untuk ku yang sempat tak kuhiraukan karna masih asik bersama teman-temanku.
"Nanti sore kemana?" tanya nya langsung
"Ada jumpa fans, kenapa?" jawabku jujur, karna nanti sore aku harus menemui teman kerja dikantor sebelumnya yang memaksa untuk main kerumah yang sebenarnya tidak ingin kutemui ini namun aku tidak punya alasan kuat untuk menolak, karna aku tahu dia sedang menaruh hati padaku, dan alasanku menolaknya karna dia lebih muda satu tahun dariku
"Jumpa sama aku aja, ayo lari ke stadion dekat alun-alun" ajaknya cepat yang tahu aku suka sekali olah raga apalagi lari dan berenang
Kupikir-pikir mungkin ada baiknya aku ikut si kutu kupret ini, ya meski aku agak curiga dengan dia yang aneh akhir-akhir ini, aahh anggap saja efek orang patah hati ya begini ini
"Oke aku ikut, tapi ada syarat!! Makanku banyak :D " balasku setelah memikirkan panjang kali lebar
***
Saat ini kami bertemu ditempat yang tadi disepakati, masjid dijalan yang searah dengan rumahku menuju ke stadion. Aku menitipkan motor disini dan berangkat memakai motor Adi. Perjalanan setengah jam dan baru kami lewati setengahnya tiba-tiba hujan datang dengan derasnya, sifat aku dan Adi yang sama-sama cuek membuat kami tetap melaju tanpa jas hujan setelah tadi berteduh sebentar
Setelah sampai kami berdua tertawa kencang mendapati badan basah kuyup seperti korban kebanjiran. Kebetulan stadion saat ini sedang sepi mungkin karna hujan dan orang-orang lebih memilih diam dirumah, kami duduk-duduk sebentar di area dudukan stadion sambil sedikit mengeringkan badan yang basah.
Aku melihat Adi yang duduk melamun entah memikirkan apa, namun yang pasti aku melihat wajahnya sangat lelah dan kurang tidur. Mungkin karna patah hati ya... Aku kasihan melihatnya seperti ini. Aku membiarkannya, pura-pura tidak tahu kondisinya, biarkan dia menikmati masa-masa menderitanya agar dia cepat bangkit dan lebih kuat dari sebelumnya. Jujur aku merindukannya yang biasanya kejam dan anarkis ini, yang tiada lelah mengangguku. Aku merindukan temanku yang seperti itu..
"Meta bulan depan menikah" katanya dengan pandangan lurus kedepan
"Ooh.." gumamku datar
"Kok cuma oh..apa gak ada kata lain gitu, kamu yang kuat ya Di.. atau yang sabar Di... atau apa gitu kek" ketusnya melotot ke arahku
"Mbaknya mutusin kamu kenapa coba? Mau nikah kan? ya sudah..." aku terkekeh padanya yang sepertinya sudah sanggup menerima hinaan "Kalo kamu yang nikah baru aku kaget hahahahaha" lanjutku
Akhirnya dia membicarakan Meta, dia mengatakan bahwa Meta dijodohkan dengan orang yang lebih pantas menurut versinya si Adi. Aku hanya bisa melihat dia dengan kasihan, meski aku juga pernah mengalami yang namanya patah hati dan aku rasa lebih menyakitkan dari si Adi.
Waktu itu pasanganku mengenalkan aku kepada keluarganya, indah memang kedengarannya. Dia ingin kami lebih dekat karna kita berdua sudah berniat untuk jenjang yang lebih jauh lagi, mengingat saat itu usia dia sudah 28 tahun dan aku 24 tahun, memang tidak ada masalah di kami berdua, sedikit banyak selisih kami masih bisa mengatasi, saling mengerti dan saling percaya meski saat itu kami LDR, dan itu berjalan hampir 3 tahun.
Tiba-tiba saja aku ditolak dipertemuan pertama oleh mamanya Wildan -pasanganku-. Beliau menginginkan calon menantu yang pintar. Bukannya aku kurang pintar hanya saja aku bukan S2 seperti beliau dan rata-rata keluarga besarnya, meski sesaat sebelum pertemuan itu beliau sempat memujiku dengan berbagai kelebihan yang tidak semua gadis seumuranku lakukan. Sebelum pertemuan "bencana" itu aku sudah mengenal mamanya, kenal dekat malah. Bahkan aku berbisnis dengan calon mama mertuaku itu, kami menjual apapun yang orang lain butuhkan tapi kami belum sempat bertemu, mengingat aku, wildan dan mamanya berada dalam tiga tempat yang berbeda. Keluarga Wildan memang pebisnis handal, papa nya yang sebagai camat kala itupun juga seorang pebisnis yang cukup disegani.
Aku dan Wildan berjuang meyakinkan mamanya, terutama Wildan, dia kurang menerima alasan mamanya menolak ku. Tapi aku memutuskan untuk pergi dari orang yang sangat aku cintai ini. Aku sangat menyayanginya lebih dari apapun, semua yang aku inginkan dari seorang laki-laki ada pada diri Wildan. Sifatnya yang keras dan tegas itu tidak pernah sedikitpun membuatku sakit hati atau terluka, dia selalu dewasa, membuatku nyaman seperti sedang bersama seorang Ayah, aku menjuluki lelakiku ini dengan sebutan 'wajah sangar hati hello kitty' karna meski wajahnya agak garang namun dia mempunyai hati yang lembut, hati yang peka dan hati yang penyayang.
Tanpa sengaja aku berselancar dimasa laluku, masa yang ingin kulupakan meski ada sedikit perasaan tidak rela. Aku semakin jauh menerawang kisah indah ku bersama Wildan, kenangan kami, rintangan kami, semoga bisa dilalui dengan begitu saja
"Perasaan yang patah hati itu aku, tapi yang nangis kenapa kamu?" suara orang disebelah mengagetkanku. Adi sudah sembuh dari lamunannya.
Kita berdua tertawa kencang saling menertawakan
"Kita kesini mau duduk saling meratapi nasib atau mau lari, hah?" aku berdiri menatap dia yang masih tertawa.
*******
#Adi pov
Aku memasuki halaman rumah, meletakkan motorku ditempatnya. Aku memasuki pintu rumah dengan perasaan entah bahagia atau gila, aku hanya ingin tersenyum. Entah apa yang orang rumah pikirkkan saat ini aku sudah tidak peduli, aku sedang bahagia. Hanya beberapa jam dengan Lala aku bahagia, aku mampu melupakan kesedihanku tentang Meta.
Lala seperti dikirim untuk menyembuhkan lukaku, sperti sengaja disediakan sebagai penyanggah saat aku terjatuh sebelum sampai benar-benar terpuruk. Aku bersyukur akan kehadirannya, yang artinya akan semakin sering kuganggu kehidupannya.
Aku semakin dekat dengan Lala hingga aku lupa aku habis terluka. Aku sudah memutuskan melupakan masa lalu, aku akan sembuh jika Lala yang jadi obatku.
Tapi aku belum memastikan perasaanku sendiri, apa aku suka dengan Lala atau hanya aku kesepian dan butuh hiburan??
Entahlah......
Namun yang pasti dengan Lala, aku selalu merasa bahagia, aku merasa nyaman dan ku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus meniru atau berpura-pura menjadi orang lain.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top