I. Awal perkenalan
# Lala pov
tteeettttt...............
jam dinding diatas kepalaku berbunyi tepat pukul setengah dua belas, menandakan waktu makan siang telah tiba.
"La, makan yuk!!" teriak sisi teman kantor yang tempat duduknya tepat didepanku
"makan apa kita siang ini?" tanyaku dengan agak malas
"yaweslah, jalan aja yuk...ntar mengikuti langkah kaki kita" jawab sisi terkekeh
setelah keluar dari pintu kantor akhirnya kami pun mendarat dirumah makan tak jauh dari kantorku,
rumah makan yang cukup besar dengan pilihan menu rumahan yang cukup banyak hingga menarik karyawan dari kantor lain untuk menetapkan pilihan mereka mengisi perutnya disini.
dengan tawa renyah kami memasuki pintu masuknya, menatap kesetiap sudut ruangan untuk mencari barangkali ada beberapa teman kantor kami yang makan disana juga seperti biasanya.
"masak apa mbak?" tanyaku kepada salah satu pelayan disini yang kebetulan masih saudara dari sang pemilik tempat makan ini, yang sudah kenal cukup dekat dengan aku dan teman kantorku lainnya.
"ga usah dilayani dia mbak, biarin aja! kasih nasi putih aja dia" tiba-tiba suara laki-laki dari dalam menyahuti perbincanganku dengan mbaknya.
laki-laki ini adalah anak dari pemilik rumah makan tersebut, sebenarnya rumah makan ini sudah menjadi miliknya, karna orang tua nya telah menyerahkan sepenuhnya kepada dia utnuk dikelola dia sendiri.
Adi, lelaki pemilik rumah makan ini yang baru saja berteriak ini namanya Adi. kebetulan aku dan dia kenal cukup dekat, bahkan boleh dibilang berteman cukup dekat. pertemanan kami dimulai dari salah seorang teman kantorku yang adalah tetangga dia, namanya Arin.
"gila ini orang, aku beli disini bayar ya. lagian kalau ngelarang orang buat beli mending ditutup deh ini tempat" jawabku ketus yang melihat dia sambil senyum-senyum menjajah ke arahku.
Adi tak menjawab bahkan menggubris sedikitpun protesku kepadanya, dia hanya tertawa puas atas kemenangannya menjajah makan siangku sambil melakukan aktivitasnya melayani pengunjung yang kebetulan siang ini cukup memenuhi rumah makan punya nya ini. Aku hanya menatap heran dan kesal kepada lelaki didepanku dan pelayan lainnya yang kompak mengikuti perintah Adi.
kesal dan lapar, akhirnya aku putuskan hanya duduk saja memandangi sepiring nasi putih tanpa lauk yang Adi berikan kepadaku.
"La, kamu yakin mau makan nasi tanpa lauk kek gitu?" cetus Sisi dengan mulut nya penuh mengunyah nasi rawonnya.
"ya enggak lah Si, mending ga makan aku, biarin lah puas si Adi menjajahku siang ini, lihat aja ntar balasannya, lebih kejam!!" jawabku sinis sambil melihat Adi yg masih terkekeh melotot ke arahku.
"kalian tengkar?" tanya Sisi ga heran yang melihat kebiasaanku dengan Adi yg seperti tikus dan kucing.
aku sedang asyik mengobrol dengan sisi sambil meminum es teh yg merupakan salah satu menu makan siangku hari ini. tiba-tiba aku merasakan ada kehadiran seseorang yang tengah berdiri disampingku. kuarahkan poros mataku ke kiri atas dengan santai, seolah tak percaya apa yang terjadi. Adi tengah berdiri dengan membawa piring dengan ikan gurami bakar diatasnya dengan ukuran yg cukup besar
"apa?? jangan bilang mau numpahin itu ikan ke muka ku!" aku mengalihkan wajahku lurus ke arah es teh manis ku.
"hahahahaha maunya sih,, tp jangan ah sayang sama gurami nya aku" tawa Adi cukup mengambil perhatian beberapa pengunjung siang ini.
Aku masih bingung dengan scene ini, kesal, kaget, herap campur aduk jadi satu. apa tidak dengar kah kupingku yang sehat ini?? atau aku hanya melamun membayangkan seandainya Adi mendadak dapat hidayah untuk berbaik hati padaku?
"sudah ga usah terharu, ini makanlah. aku siapkan khusus untukmu, aku sendiri lho yg masak" suara Adi tiba-tiba merendah dan lembut disamping kiriku, yg kurasakan ini suara mengandung unsur-unsur merayu. tapi aku tahu Adi orang nya tulus dalam hal apapun itu, meski kami sering bertengkar dan tak akur jika berkumpul.
sejak saat itu, aku merasakan ada gelagat yang tidak beres dari Adi. kebiasan kami yang saling membuli dan menghina satu sama lain lebih sering terjadi. begitu juga dengan tema-teman kantorku, beberapa orang yang sering makan siang kesana bareng aku termasuk Sisi dan Arin, mereka menduga bahwa Adi ada perasaan denganku. terang itu membuat ku menertawakan kesimpulan mereka tentang yg terjadi antara aku dan Adi, jelas mereka juga tahu bahwa Adi kini sedang memiliki pacar.
prinsip ku dari dulu, hatiku otomatis akan menolak orang yang sudah berpasangan, berpacaran bahkan menikah. big no!! yg kurasakan dengan Adi ya murni hanya sebagai teman saja.
**********
# Adi pov
"kamu gimana mas? Ayahku mendesak segera menikah" desak Meta kepadaku yg tengah diam bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanya.
Jujur aku sayang dg Meta, bahkan hubunganku kali ini dengannya adalah hubungan kemenangan. karna perasaanku yg sempat muncul ketika kami SMA baru bisa bersanding dengannya saat ini. kini ia tumbuh menjadi gadis dewasa yg ceria yg setia menemani hari-hariku meski kesibukannya sebagai seorang dokter disalah satu rumah sakit swasta. tapi aku juga sadar, untuk menikah dan hidup bersamanya aku belum siap, Meta cantik, ointar dan seorang Dokter, orang tuanya jelas menginginkan dia bersanding dengan seseorang yg setara posisinya dg Meta, bukan seorang pekerja rumah makan seperti ini.
"mas, malah diem aja, ditanya kok!" Meta menggoyang-goyangkan lenganku dg maksud menyadarkan ku dr lamunan
"aku belum siap yank, kamu sabar dulu ya" aku tersenyum menenangkan wanita disampingku ini
"ya tapi sampai kapan mas, kamu kalau aku tanya selalu dg jawaban yg sama, kamu yg sabar ya..... tp sampai kapan aku sabar mas? kita hampir dua tahun pacaran tp km belum yakin sm hubungan kita, apa perasaanmu selama ini hanya kebohongan saja hah?" serentet pertanyaan Meta yg lagi-lagi menghujam hatiku yg masih belum bisa menjawabnya.
Aku terus memperjuangkan hubunganku dg Meta ke jenjang yg lebih yakni pernikahan, tp entah kenapa semakin aku meyakinkan diriku dg pilihanku, aku semakin takut jika bersama dengan Meta. bahkan selama hubungan yg hampir dua tahun ini pun, tak sekalipun aku berani menginjakkkan kaki dirumah wanitaku. karna aku sadar, orang tuanya tidak begitu respon dg kehadiranku berhubungan dg anak mereka.
kehidupan rumah tangga kakak ku sedikit banyak juga mempengaruhi kehidupanku. istri yg penuntut suami harus sesuai dengan kemauannya, tapi aku yakin Meta tiak akan sperti itu, tapi keluarganya?? orang tuanya?? apa bisa menerimaku dan keluargaku seperti Meta. cukup mertua kakak ku yg menyanjung orang tua ku jika ada perlu nya saja, setelah itu kakak ku sekeluarga dihempaskan begitu saja.
hari-hari ku dipenuhi dengan keraguanku bersama Meta, orang tua nya mengancam jika aku tidak menikahi anaknya, Meta akan dijodohkan dg lelaki pilihan keluarganya. ultimatum itu membuatku sakit, hancur berkeping-keping. jelas aku akan kehilangan wanita yg aku sayangi, sampai detik ini aku belum mampu memperjuangkan gadisku.
"aarrrgghh....!!!!!" aku mengacak rambutku
entah kenapa tiba-tiba aku teringat Lala, gadis periang yg setiap jam makan siang kantornya sering datang ketempatku.
Lala yg usianya satu tahun dibawahku ini gadis yg sederhana, periang, agak gila, baik dan berbeda dr yg lainnya. setiap makan ke tempatku dia selalu datang beramai-ramai dengan teman kerjanya, bahkan saat dia puasa di hari senin atau kamis dia datang ke sini juga hanya untuk menemani teman-temannya makan, sementara dia hanya menggoda temannya sambil membawa buku ditangannya. rasanya teman-teman nya ini akan kesepian kalau makan tanpa Lala, dan aku bisa merasakan hal itu juga. jika segerombolan orang kantor itu datang dan tidak ada Lala disana, aku selalu bertanya-tanya tidak tenang kemana perginya gadis aneh itu??
aku tersenyum mengingat kegaduhan yg ditimbulkan Lala dan rekannya ditempatku karena kegilaan yg di idap Lala.
deg...!!!!! kenapa aku jadi memikirkan gadis aneh itu seperti ini..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top