🕊️15

Pertemuan Antara Permata.

Merah dan Biru saling Bertautan membuat suatu Janji Kehidupan, Akan bersama Selamanya.

Memeluk satu sama Lainnya.

Dalam Perasaan yang Sama.

.
.
.
.
.

Manusia adalah Makhluk yang Tidak Sempurna.

Tidak akan Pernah Sempurna.

Setiap darinya memiliki Celah, memiliki sebuah Keburukan.

Termasuk Vanitas.

Bertahan hidup setiap Waktunya hingga Mencapai Kematian.

Kelahiran, Perjalanan dan Kematian. Hal Lumrah bagi Ras Manusia. Itulah Nilainya.

Manusia yang Bernilai.

Keunikan dari Ras Manusia.

Setiap darinya begitu Spesial dan memiliki banyak Pemikiran yang sangatlah berbeda akan Dirinya Sendiri dan di antara banyaknya Manusia-manusia Lainnya.

Mencari Sifat dan Arti, Jalan dari Kehidupan Tiap Manusia.

Setiap Manusia Berbeda satu sama lainnya. Tidak ada yang sama. Dan tidak ada yang akan menjadi Sama diantara Ribuan banyaknya Manusia lainnya.

Ciri Khas dari Manusia.

Seperti Kumpulan Permata di suatu Gua yang Terpencil.

Ada yang Berharga dan tidak Berharga. Namun Keragaman itu membuatnya begitu Indah.

Mencari Harta Karun dari setiap Kehidupan kita sendiri.

Kehidupan seorang Manusia.

Riwayat kehidupan yang akan menjadi Kenangan dengan manusia lainnya. Membuatnya menjadi sesuatu yang Berharga. Bagi Dirinya dan Orang Lain yang terlibat dalam Dirinya.

Seseorang akan menentukan Nilai dari Diri Seseorang Sendiri.

Apakah dia Berharga?

Atau Tidak Berharga?

Apakah kehidupannya akan Bernilai? Atau kehidupannya akan penuh dengan Keburukan?

Tanpa ada Nilainya?

Tergantung pada Diri Sendiri.

Tiap Manusia.

Ke-berhargaan bagi Keberadaan Setiap dari Ras Manusia.

Vanitas tidaklah Sempurna, Ada hal Ternoda dalam Dirinya.

Dia tidak pernah mau Peduli dengan Orang Lainnya. Dan pergi mencari Kebebasan Milik Dirinya Sendiri. Hanya Dirinya Sendiri. Tanpa Siapapun.

Vanitas Egois.

Bukankah itulah Manusia?

Mencari Nilai dari Keberadaan Dirinya Sendiri.

Karena inilah Manusia.

Kehidupan Berjalan Adanya Akhir. Tidak seperti Ras Vampir yang memiliki Waktu Panjang.

Manusia memiliki Waktu yang Pendek. Manusia menikmati setiap waktu dari Kehidupan dan menganggapnya Berharga.

Vanitas Tersenyum, di antara banyaknya Penderitaan Melanda seolah Melupakan hal yang Terjadi. Meninggalkan Masa Lalu dan terus berjalan Ke Depan.

Bisa begitu Kejam. Dan bisa begitu Baik, dalam Dirinya Sendiri. Setiap Manusia yang Menentukan Dirinya Sendiri.

Tidak Sempurna. Penuh Dosa dan Kesalahan yang Tidak akan mungkin Termaafkan.

Itulah Keistimewaan Manusia.

Manusia penuh dengan Emosi dan Ribuan Perasaan yang saling Tidak Tertahankan.

Menumpuk satu sama lainnya dan membentuk Emosi Baru.

Tidak ada yang Tahan Dicela, Semuanya ingin Dihargai layaknya seorang Manusia yang menjalani hidup di Dunia.

Manusia ingin Bernilai. Di mata Manusia lainnya. Masyarakat yang begitu Luas. Tidak ada yang tau Sisi Terdalam dari Manusia.

Bisa berubah Setiap Waktunya. Manusia yang tidak Tertebak, dan bisa menjadi Teramat jahat daripada Monster Maupun.

Dan bisa menjadi teramat baik layaknya Malaikat putih tanpa Noda. Semuanya berjalan di dunia Penuh Dosa ini, dunia yang penuh Tipu Muslihat dan banyaknya Keajaiban menanti untuk ditemukan. Bagaimana Tanggapan Dari Manusia?

Apa yang akan dilakukan?

Sangat menarik untuk mencari tau hal yang Dilakukan Manusia.

Karena Tiap dari Manusia bisa menjadi sosok Iblis dan Malaikat tergantung dari Pemikirannya, Tergantung dari Kehidupannya.

Apakah Nilai dari Manusia?

Siapa yang Tau?

Vanitas mencari nilainya dalam bentuk sebuah Lukisan.

Inilah Jati Dirinya.

Melalui sebuah Kuas yang membentuk sebuah Gambar yang memiliki Artian.

Inilah Hal Berharga bagi Vanitas.

Dirinya yang Tidak Berharga.

Diantara Ras Manusia Lainnya. Vanitas mencari Jati Dirinya.

Melalui sebuah Perjalanan tanpa adanya Akhir. Berjalan, dan terus Berjalan tanpa Hentinya dan terus Melukis di Kanvas.

Pelukis Manusia, Vanitas.

.
.
.
.
.

"Ada apa Vanitas? Tanya Noe, berhenti di sebuah padang rumput yang luas. Tanpa ada Siapapun selain Mereka.

Mereka berkelana.

"Apa kau bosan Noe?" Tanya Vanitas dengan senyuman yang menanti di wajahnya.

"Tidak. Selama bersama denganmu, Vanitas. Aku akan mengikutimu sampai Akhir." Seru Noe. Menatap langit di hadapannya. Hembusan angin menyapu lembut dirinya.

Menandakan dirinya Ada.

Setiap Manusia begitu Menarik dan Unik. Di antaranya adalah Vanitas. Salah satu Permata tersembunyi diantara lainnya, Hal yang Di sukai oleh Noe.

"Begitu?, Noe. Kau orang pertama yang akan kuberikan Kenangan akan diriku." Seru Vanitas. Mulai melukis sebuah gambar disana. Mereka berdua, melalui Perjalanan Panjang yang suatu saat akan Berakhir.

"Aku akan selalu mengingatmu Vanitas. Warna dari Permataku." Seru Noe. Kehidupannya yang panjang. Tiada akhir, bersama Vanitas membuat suatu Warna, Kehidupan Noe yang Berharga.

Kehampaan Tanpa Tujuan.

Kegelapan Tiada Ujung.

Terbuang diantara Ras Vampir sempurna Lainnya. Tidak pernah Dipedulikan dan tidak pernah ada Dimanapun.

Adanya hal yang diinginkan Noe. Di antara Kegelapan yang selalu menutupi Dirinya. Sampai mana Perjalanan akan Berlangsung?

Tidak ada yang Tau.

Antara Vampir dan Manusia.

Rahasia Alam yang tidak akan Terpecahkan. Bahkan oleh Para Penghuninya Sekalipun.

"Temani aku Noe." Seru Vanitas, mendekati wajah Noe dan mulai mengecupnya dengan Lembut.

Perasaan hangat yang Dicarinya selama Ini. Ditemukan pada Noe, Pada Sosok Vampir Tunanetra.

Tanpa Penglihatan. Meskipun begitu Sangatlah Sempurna. Hal Terpenting bagi Vanitas.

Jati Diri yang Ditemukannya.

Saling Menemukan Hal yang Berharga satu sama lainnya.

Permata Tersembunyi saling Melengkapi. Permata tidak Berharga, Permata Terkutuk tidak diinginkan Siapapun.

Saling Bertemu. Berhadapan dan membuat Suatu Kisah.

Suatu Perjalanan. Dan saling menemukan arti Berharga dari Keberadaan satu sama lainnya.

Antara Vampir dan Manusia.

.
.
.
.
.

Kling!

Bunyi denting Anting khas dari Vanitas, surai hitam panjang yang perlahan tergerai, Vanitas melukiskan sebuah Lukisan di atas Kanvas Putihnya. Mata birunya menatap lembut, penuh Ketenangan tanpa Suara.

Sosok Vampir, dengan surai putih yang duduk disebelahnya. Mata Violet hampa tanpa warna. Wajah tanpa adanya Ekspresi.

"Mau minum darahku, Noe?" Tanya Vanitas membuka kerah bajunya, Noe hanya diam dan perlahan mendekat. Mengusap kulit putih khas dari Manusia.

Bau yang Manis. Hal yang sangat Berharga dan Dinikmati oleh Noe. Noe perlahan mendekat, menancapkan taring putih khas Vampir di lehernya, Vanitas.

Bite!

Mata merah merona khas dari Vampir. Terbawa rasa Nikmat dan Nafsu. Keistimewaan dari Vampir, menghisap daya hidup seseorang. Meminum Darah.

Helaian surai putihnya perlahan tergerai, menutupi mata merah
hampa Noe yang gemerlap. Noe semakin menutup matanya, dan darah merahnya menetes tanpa bernada suara. Bau yang Manis.

Perlahan-lahan membasahi leher Noe, membuat rona merah penuh noda di bajunya.

Vanitas hanya tersenyum, membiarkan Noe menikmatinya. Vanitas menengadah, melihat ke arah langit biru yang Luas.

Senyuman Misterius. Tanpa ada siapapun yang Tau.

Rahasia Antara Permata.

Antara Noe dan Vanitas. Antara Permata yang saling mengutuk satu sama lainnya tanpa akhir.

Terperangkap Selamanya.

.
.
.
.
.

End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top