🕊️12
"Kau tau lokasinya?" Tanya Noe, mereka berjalan keluar dari istana yang megah. Berjalan menyelusuri jalanan kota yang sepi dan gelapnya malam dihiasi dengan lampu-lampu cerah.
Sangat berbeda dari Dunia Vampir. Dimana malam penuh dengan Kegelapan dan Warna Kemerahan dari Rembulan.
Rembulan merah menambah Pesona Karismatik dari Vampir.
Malam adalah Penantian untuk menjadi Jati Diri Vampir yang sebenarnya. Pesona Karismatik.
"Kita hanya perlu mencarinya kan?" Seru Vanitas dengan santainya. Dia berjalan seperti biasanya. Tanpa ada Masalah.
Noe mengikutinya di sampingnya. Dia harus terus berada bersama Vanitas.
Melindungi Pelukis Manusia, Tugas Dari Ras Vampir akan Partner dan Pasangannya.
"Kau tau Noe?. Menurutku di Kasus kali ini. Tidak ada yang tidak bersalah." Ucapan Vanitas menghentikan langkah mereka berdua. Vanitas berbalik, sebuah senyuman terulas di wajahnya.
"Vampir dan Manusia. Keduanya ikut terlibat dalam Hal ini."
Ucapan penuh ke misteriusan. Sebuah warna mencengkam. Warna biru begitu dalam dan menarik Noe ke Dasarnya.
"Iya ini sedikit aneh. Vanitas. Biasanya Ras Vampir tidak akan pernah mau berurusan dengan Manusia." Seru Noe dengan nada datarnya, saling berbincang di tengah Rembulan dan Bintang yang bersinar penuh Gemerlap.
"Betul. Aku melihatnya, Ras Vampir selain dirimu Noe. Mereka semua lebih memilih mengabaikan ku." Seru Vanitas.
Dia meraih tangan Noe, dan tersenyum simpul pada Noe yang ada disebelahnya. Noe yang ada bersama dengannya.
"Dan aku menemukanmu, Noe." Seru Vanitas. Matanya yang mulai memudar. Perkataan yang penuh dengan semua Perasaan.
Perasaan Senang saat bertemu dengan Sosok Noe, Ras Vampir.
Kutukan yang Sama dengannya. Namun bukan itu yang membuat Vanitas merasa bahagia, Hanya saja-----Kebersamaan dengan seseorang sudah lama menjadi Impiannya. Impian yang tidak Berwujud dan sekarang Vanitas tidak terlalu membencinya.
Ada hal yang tidak Dibencinya.
Perasaan Sedih karena Lukisan tanpa Warna itupun Berakhir.
Noe terdiam. Dadanya terasa hangat, seperti perasaan saling berdebar-debar. Noe perlahan mengusap wajah Vanitas. Merasakan perasaan aneh yang perlahan memenuhinya.
Apa karena Vanitas adalah Manusia? Atau lebih dari itu?
Rambut hitamnya yang panjang seakan menghiasi permata biru paling indah yang ditemukan.
"Diantara Ras Manusia. Dan di antara siapapun di dunia ini. Kau adalah yang pertama, dan yang paling kuinginkan dari semuanya. Hanya kau, Vanitas" seru Noe. Tanpa sadar, dirinya tersenyum tipis. Senyuman yang membuat siapapun Berdebar.
Wajah Vanitas terasa panas, Bagaimana Ekspresinya saat ini?
Noe ingin menikmatinya. Noe ingin melihatnya, segala hal tentang Vanitas. Wujud yang tidak pernah dilihatnya, Vanitas yang sebenarnya. Apakah sosok Vanitas akan lebih indah dari yang pernah dibayangkannya?
Noe mendekatinya. Mencium surai hitam panjang Vanitas yang begitu lembut. Seakan dari Mahkota yang menghiasinya.
"Aku ingin melihatmu, Vanitas. Betapa indahnya Dirimu." Bisik Noe dengan suara memelan.
Apakah Vanitas merasakannya?
Perasaan Membludak dari Noe. Perasaan menggebu-gebu, seakan ingin memiliki Vanitas. Memilikinya. Semuanya.
Noe mencium lembut bibir Vanitas, seperti apa mata indah Vanitas saat menatapnya.
Dia ingin Mengetahuinya.
Noe melepaskan ciuman singkat dan mengadukan dahi mereka. Saling menyelami pandangan masing-masing di dalam Hati.
"Aku yakin kau lebih indah dari ini, Vanitas. Permata Mutiara biru dilautan terdalam. Diantara semua Mutiara disana. Aku akhirnya menemukan Dirimu." Bisik Noe. Tatapan mata Violet seolah memerangkap Vanitas untuk terus memperhatikannya.
Tidak akan bisa Terlepas.
"Kau adalah Hartaku, Mutiara milikku. Milik Noe, Ras Vampir." Seru Noe lagi. Sebelum mengecup lembut bibir Vanitas. Mengusap kedua pipinya.
Memberitahukan Perasaan Terdalam pada Vanitas. Sebuah Perasaan Aneh yang Hangat.
Apakah...Ini adalah Cinta?
Bisakah Noe memiliki Vanitas untuk dirinya sendiri? Permata Biru nan Undah yang Sangat Memukau. Noe tidak ingin ada seorangpun yang Menemukan Keindahan ini selain Dirinya.
Warna Biru di balik Kesendirian.
Vanitas.
.
.
.
.
.
Aroma Darah. Penciuman Ras Vampir sangatlah kuat. Bahkan hingga bermil-mil jauhnya.
Tidak Tertandingi.
Vanitas memasang wajah datarnya. Saatnya sudah Tiba. Penantian dari Permainan.
"Noe. Ini saatnya." Seru Vanitas. Menatap ke arah Sebuah Rumah besar. Rumah Megah Kosong yang penuh dengan Kegelapan bagi yang bisa Melihatnya.
"Vanitas. Tetap bersamaku." Seru Noe. Menarik tangan Vanitas untuk tetap berpegangan dengan dirinya. Vanitas hanya diam.
Mata Noe berwarna Merah, mengikuti Rembulan Merah yang seakan menyambut mereka. Menuju Sebuah Pesta yang tidak Diharapkan.
Sisi lain Dari Kegelapan.
Setiap langkah kaki yang dilalui penuh dengan Kesakitan.
Rasa Pedih dari setiap orang yang saling berteriak, memohon ampun akan Kehidupannya.
Penderitaan Tiada Batas.
Rintihan Kehidupan yang hanya menginginkan sebuah Kematian.
Apa yang sedang Terjadi?
Tidak ada yang tau. Selain sesuatu yang menanti di balik rumah itu. Sebuah Kegelapan, dibalik gelapnya Malam.
Kegelapan Sebenarnya.
Rahasia dari Ras Vampir dan Ras Manusia yang ditutup begitu Kelam dan Kejam. Tidak diketahui oleh Siapapun selain yang Terlibat Didalamnya.
.
.
.
.
.
Srek!
Suara cambukan mengudara. Menyisakan cipratan darah yang mengalir bersamaan.
"Aku mohon. Selamatkan aku!" Seru suara seseorang dengan badan yang penuh dengan Luka.
Berada dalam sebuah Kandang dimana banyaknya Ras Manusia yang terkurung didalamnya.
Srek!
Tidak ada Jawaban. Tidak ada Pengampunan, dan sebuah pisau menghabisi seketika Nyawanya.
"Dasar monster! Iblis!" Umpat anak-anak yang menyaksikan semuanya dalam diam. Sebuah Kematian yang tidak Berujung.
Sosok yang disebutkan hanya membasuh Darah yang menodai wajahnya. Sedikit menjilati dengan Taringnya, dia menatap dengan wajahnya yang Datar.
Namun Tetap Memukau.
"Meksipun menjijikan, darah kalian begitu manis. Membuat kami tidak bisa sepenuhnya menyiksa kalian. Kesalahan yang kalian perbuat harus dibalas."
Manusia menatapnya dengan Tatapan Bengis. Seolah Mereka adalah yang paling Bersalah.
Selain Diri mereka. Terkadang Ketidaktahuan sangatlah Kejam dan Tidak Manusiawi. Membuat setiap orang saling menghakimi. Seolah mereka paling Teratas. Manusialah paling Benar, dan paling Suci diantara Lainnya.
Namun Apakah itu Benar?
Tatkala melukai seseorang adalah hal yang benar, Vampir itu mendekati salah satu dari manusia yang pingsan dan menarik rambutnya. Wajahnya yang terlihat tanpa ada Dosa.
"Setelah kalian menyiksa dan menjadikan kami sebagai Bahan Kepuasan. Kalian menganggap kami orang yang bersalah?" Seru Vampir itu. Dengan mata yang mulai berubah menjadi merah. Dia membuka mulutnya, dan langsung menghisap darahnya.
Sebagai Makanan.
"Kalian salah memilihnya, disini kalian adalah Mangsa." Seru Vampir itu mengusap mulutnya yang penuh dengan darah.
Srek!
Sebuah benda dilemparkan oleh seorang Anak Perempuan.
"Monster! Kalian bukanlah Manusia! Kalian sangat kejam!" Umpat anak itu. Dia menangis, melihat semua penderitaan dan kesakitan pada Ras Manusia.
Di depan Matanya.
"Bagaimana dengan Kami?" Seru Vampir itu. Ribuan Vampir yang lainnya ikut melihatnya dengan tatapan dingin tanpa perasaan.
"Tidakkah kalian lebih kejam daripada Kami?"
Kata-kata tanpa ada Jawaban. Karena pada Kenyataannya, Siapapun bisa menjadi Kejam.
Tergantung dari Situasinya.
.
.
.
.
.
"Noe. Bisakah kau mengetahui, siapakah yang bersalah disini?" Seru Vanitas. Tersenyum disana, senyuman yang begitu Hambar.
Noe hanya diam disana. Saat Noe menyaksikan semuanya, penderitaan yang berbaur di dalamnya. Lautan darah yang sangat Menyedihkan. Dan perasaan tiap orang yang saling Tersakiti satu sama lainnya.
Ras Vampir Maupun Ras Manusia. Noe adalah Ras Vampir dan Noe bisa merasakannya.
Bahwa Ras Vampir Terluka.
Lebih dalam Hingga tidak dapat di sembuhkan lagi. Sama seperti dirinya, Noe. Sebelum bertemu dengan Vanitas. Luka akan sebuah Kegelapan, luka akan Hidup yang Panjang. Luka akan Kehidupan yang Istimewa.
Mata Merahnya sebagai sebuah Kutukan. Kutukan Terindah akan kehidupan dari seseorang Vampir yang tidak Berujung.
Luka karena Seorang Vampir.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top